5.5. Pembahasan
Keberhasilan pencapaian kinerja manajerial diukur melalui target pelaksanaan anggaran yang telah ditetapkan dapat dipertanggungjawabkan secara tepat waktu dan
akuntabel. Agar dapat melaksanakan anggaran yang tepat waktu dan akuntabel diperlukan anggaran yang secara sistematis mengatur alokasi sumber daya manusia,
material dan sumber daya lainnya dengan baik karena penyusunan anggaran merupakan awal dari siklus pengelolaan keuangan daerah kemudian pelaksanaan dan
penatausahaan, perubahan anggaran, pertanggungjawaban serta akuntansi dan pelaporan.
Hasil penelitian model I menunjukkan bahwa Budgetary Goal Characteristic dan Keadilan Prosedural secara simultan dan parsial berpengaruh positif terhadap
Kinerja Manajerial di lingkungan Pemerintah Kota Tebing Tinggi. Secara keseluruhan dapat dijelaskan bahwa pejabat eselon III dan IV yang diberi wewenang
untuk berpartisipasi dalam penyusunan APBD yang direfleksikan dalam Budgetary Goal Characteristics dan memiliki persepsi yang dapat diterima terhadap keadilan
prosedural tentang cara mengevaluasi, proses promosi dan umpan balik dalam mengkomunikasikan kinerja benar-benar melaksanakan tugas dan fungsinya sehingga
dapat mempengaruhi kinerja manajerial. Hasil ini sejalan dengan penelitian Ulupui 2005 dan Bawono 2009 tetapi bertentangan dengan penelitian Kurnia 2004 yang
menyimpulkan Budgetary Goal Characteristics tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial.
Universitas Sumatera Utara
Rendahnya nilai koefisien determinasi nilai adjusted R
2
yaitu sebesar 45,10 menunjukkan bahwa masih adanya variabel independen lainnya yang dapat
mempengaruhi kinerja manajerial, seperti motivasi, kualitas sumber daya manusia SDM, keadilan distributif, goal commitmen dan komitmen organisasi.
Untuk melihat apakah secara parsial masing-masing karakteristik dari BGC dan keadilan prosedural mempengaruhi kinerja atau tidak maka dilakukan pengujian
kedua. Hasil pengujian pada model II menunjukkan variabel partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, kesulitan sasaran anggaran, evaluasi anggaran,
umpan balik anggaran dan variabel keadilan prosedural berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap Kinerja Manajerial. Secara parsial hanya Partisipasi
Penyusunan Anggaran PPA dan keadilan prosedural yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial di lingkungan Pemerintah Kota Tebing Tinggi. Jika
tingkat keterlibatan para pejabat eselon III dan IV dalam partisipasi penyusunan anggaran tinggi maka para pejabat tersebut merasa bertanggung jawab dan berusaha
mencapai apa yang telah mereka anggarkan sehingga kinerja manajerial akan meningkat.
Dari hasil pengujian kedua dapat dilihat bahwa dari ke 5 karakteristik BGC secara parsial hanya Partisipasi Penyusunan Anggaran PPA yang mempengaruhi
Kinerja Manajerial. Di samping itu dari hasil uji korelasi pada tabel correlations Lampiran 9 dapat dilihat nilai korelasi dari masing-masing karakteristik BGC relatif
rendah yaitu diantara 0,126 sampai 0,700. Jika nilai korelasi tinggi atau lebih besar
Universitas Sumatera Utara
dari 0,90 Ghozali, 2009 maka setiap karakteristik dari BGC dapat digunakan sebagai variabel dalam pengujian. Dapat disimpulkan bahwa ke 5 karakteristik BGC
tersebut merupakan satu kesatuan yang membentuk variabel BGC. Dengan kata lain sebaiknya pengujian karakteristik BGC tidak dilakukan secara satu variabel sendiri-
sendiri. Hal ini sejalan dengan nilai F dari model I yang jauh lebih besar dari nilai F pada model II.
Pada Lampiran 5 menggambarkan bahwa BGC yang dialami dan dirasakan responden sudah baik, hal ini dapat dilihat dari jawaban yang di atas rata-rata kecuali
untuk kejelasan sasaran anggaran dan evaluasi anggaran. Kebanyakan pejabat eselon IV yang diteliti menjawab kejelasan sasaran anggaran dan evaluasi anggaran
dirasakan masih kurang. Hal ini mungkin disebabkan karena di SKPD terdapat beberapa pejabat eselon IV, pada saat atasan mendiskusikan kejelasan sasaran
anggaran dan mengevaluasi anggaran tidak langsung kepada pejabat yang bersangkutan melainkan kepada pejabat eselon IV lainnya. Untuk variabel keadilan
prosedural rata-rata jawaban responden sudah di atas rata-rata, hal ini berarti bahwa para pejabat eselon III dan IV di lingkungan Pemerintah Kota Tebing Tinggi sudah
merasa proses pengambilan keputusan yang dilakukan sudah adil. Penilaian terhadap variabel kinerja manajerial juga sudah di atas rata-rata terutama jawaban dari pejabat
eselon III yang sangat tinggi. Kendala yang ditemui sering kali anggaran hanya disusun oleh satu orang
pejabat yang dipercaya oleh kepala SKPD tanpa melibatkan pejabat lainnya sehingga
Universitas Sumatera Utara
apa yang direncanakan tidak mengakomodasi kebutuhan bagian lain di SKPD dan tidak sesuai dengan sumber daya yang ada, hal inilah yang menyebabkan
terlambatnya pencapaian anggaran karena para pejabat merasa tidak berpartisipasi dalam penyusunan anggaran dan apa yang dianggarkan tidak sesuai dengan
kebutuhan sehingga menurunkan kinerja. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Maisyarah 2008 dan Harefa 2008 yang menyimpulkan partisipasi
manajer dalam penganggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial. Variabel kejelasan sasaran anggaran secara parsial menunjukkan hasil yang
tidak signifikan terhadap kinerja manajerial. Ini disebabkan luasnya sasaran anggaran banyak yang masih belum dinyatakan secara jelas dan spesifik serta masih kurang
dimengerti oleh para pejabat eselon. Sering kali rincian belanja dari suatu program dan kegiatan saling bertolak belakang sehingga program dan kegiatan tersebut
terpaksa harus ditunda pelaksanaannya. Selain itu adanya sejumlah program dan kegiatan yang rutin dilaksanakan setiap tahun mengakibatkan timbulnya
kecenderungan untuk meniru dari tahun-tahun yang lalu tanpa mennyesuaikan dengan kebutuhan saat ini.
Variabel kesulitan sasaran anggaran secara parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Hal ini kemungkinan disebabkan para pejabat eselon merasa
rentang sasaran sangat longgar sehingga sangat mudah dicapai tidak memerlukan usaha yang cukup keras, keahlian dan pengetahuan yang tinggi untuk mencapainya.
Hal ini merupakan kegiatan yang rutin dilakukan selama bertahun-tahun pada
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10 dapat dilihat 68,9 dari responden memiliki masa kerja lebih dari 21 tahun, para pejabat eselon merasa tidak ada tantangan untuk mencapai sasaran
anggaran tersebut. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel evaluasi anggaran secara
parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Ini dimungkinkan karena para pejabat eselon merasa kurang mendapatkan evaluasi dari atasan terhadap anggaran
yang menjadi tanggung jawabnya, hal ini dapat dilihat dari jawaban responden Lampiran 10. Bagaimanapun hasil kerjanya, pernah melakukan pelanggaran atau
tidak, dalam waktu 4 tahun sekali pasti akan mendapatkan kenaikan golongan. Variabel umpan balik anggaran secara parsial tidak berpengaruh terhadap
kinerja. Dari jawaban responden Lampiran 10 dapat diambil kesimpulan bahwa mereka kurang mendapat umpan balik anggaran yang cukup dari atasannya. Hal ini
berkaitan dengan organisasi pemerintah yang tidak berorientasi pada laba sehingga umpan balik yang diberikan tidak dapat dirasakan langsung oleh pegawai seperti
bonus, kenaikan gaji, kenaikan golongan dan lain-lain. Umpan balik yang diterima kurang memberikan motivasi bagi pegawai untuk meningkatkan kinerjanya.
Variabel keadilan prosedural secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial. Jika persepsi terhadap keadilan prosedural dapat diterima maka
para pejabat berusaha untuk mencapai anggaran agar kinerja manajerial meningkat. Satu konstruk penting dalam teori keadilan prosedural adalah “process control” atau
“voice effect” Lind, 1988. Diberikannya kesempatan kepada bawahan untuk
Universitas Sumatera Utara
mengemukakan keinginan, opini, pandangan dan preferensi mereka sebelum suatu keputusan dibuat akan dapat meningkatkan pengertian mereka tentang proses yang
adil. Secara psikologis, voice effect memberikan suatu perasaan bagi bawahan bahwa mereka turut mengendalikan hasil suatu keputusan. Sehingga dapat mempengaruhi
tingkat kinerja mereka. Nilai adjusted R
2
dari hasil penelitian ini adalah 0,4850. Dengan kata lain 48,50 perubahan kinerja manajerial mampu dijelaskan oleh partisipasi penyusunan
anggaran, kejelasan sasaran anggaran, kesulitan sasaran anggaran, evaluasi anggaran, umpan balik dan keadilan prosedural.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah budgetary goal characteristics dan keadilan prosedural berpengaruh terhadap Kinerja
Manajerial baik secara simultan maupun parsial di lingkungan Pemerintah Kota Tebing Tinggi. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Hasil penelitian model I menunjukkan bahwa Budgetary Goal Characteristics
dan Keadilan Prosedural secara simultan dan parsial berpengaruh positif terhadap Kinerja Manajerial di lingkungan Pemerintah Kota Tebing Tinggi.
Secara keseluruhan dapat dijelaskan bahwa pejabat eselon III dan IV yang diberi wewenang untuk berpartisipasi dalam penyusunan anggaran, yang
memperoleh pemahaman jelas mengenai kejelasan dan kesulitan sasaran anggaran, mendapatkan evaluasi dan umpan balik anggaran serta merasakan
persepsi yang adil tentang evaluasi kinerja akan mempengaruhi kinerja manajerial.
2. Hasil penelitian model II menunjukkan secara simultan seluruh variabel
karakteristik BGC dan variabel keadilan prosedural berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Manajerial. Secara parsial hanya Partisipasi Penyusunan
Anggaran PPA dan keadilan prosedural yang berpengaruh signifikan
Universitas Sumatera Utara