Pengaruh Budgetary Goal Characteristics Dan Keadilan Prosedural Terhadap Kinerja Manajerial (Pada Pejabat Eselon III Dan IV Pada Pemerintah Kota Tebing Tinggi)

(1)

PENGARUH BUDGETARY GOAL CHARACTERISTICS DAN

KEADILAN PROSEDURAL TERHADAP KINERJA

MANAJERIAL (PADA PEJABAT ESELON III

DAN IV PADA PEMERINTAH

KOTA TEBING TINGGI)

TESIS

Oleh

AYU ZURLAINI DAMANIK

087017089/Akt

S

E K O L AH

P A

S C

A S A R JA

NA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

PENGARUH BUDGETARY GOAL CHARACTERISTICS DAN

KEADILAN PROSEDURAL TERHADAP KINERJA

MANAJERIAL (PADA PEJABAT ESELON III

DAN IV PADA PEMERINTAH

KOTA TEBING TINGGI)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

AYU ZURLAINI DAMANIK

087017089/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

Judul Tesis : PENGARUH BUDGETARY GOAL CHARACTERIS-TICS DAN KEADILAN PROSEDURAL TERHADAP KINERJA MANAJERIAL (PADA PEJABAT ESELON III DAN IV PADA PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI)

Nama Mahasiswa : Ayu Zurlaini Damanik

Nomor Pokok : 087017089

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak) (Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis MAFIS, MBA, CPA) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 09 Februari 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Erlina, SE, MSi, Ph.D, Ak

Anggota : 1. Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak

2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA

3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Pengaruh Budgetary Goal Characteristics dan Keadilan Prosedural terhadap Kinerja Manajerial (pada Pejabat Eselon III dan IV pada Pemerintah Kota Tebing Tinggi).

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Februari 2011 Yang Membuat Pernyataan


(6)

PENGARUH BUDGETARY GOAL CHARACTERISTICS DAN KEADILAN PROSEDURAL TERHADAP KINERJA MANAJERIAL

(PADA PEJABAT ESELON III DAN IV PADA PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI)

Ayu Zurlaini Damanik, Prof. Erlina, SE, MSi, Ph.D, Ak, dan Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk memperoleh bukti empiris dan menganalisis pengaruh Budgetary Goal Characteristics (BGC), Keadilan Prosedural terhadap Kinerja Manajerial secara simultan dan parsial.

Populasi penelitian ini adalah pejabat eselon III dan IV di Kota Tebing Tinggi yang berjumlah 336 orang dengan sampel 77 orang. Data kualitatif berupa data primer yang diperoleh dari hasil kuesioner. Pengujian hipotesis dilakukan dengan 2 cara, cara pertama dilakukan analisis faktor untuk semua karakteristik dari BGC

sehingga diperoleh satu nilai yang mewakili BGC yang akan diuji secara bersama-sama dengan variabel Keadilan Prosedural dengan analisis regresi berganda setelah dilakukan uji kualitas data dan uji asumsi klasik terhadap data sampel. Pengujian kedua yaitu karakteristik dari BGC diuji bersama-sama dengan variabel Keadilan Prosedural dengan analisis regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pengujian pertama BGC dan Keadilan Prosedural baik secara simultan maupun secara parsial berpengaruh terhadap Kinerja Manajerial. Pada pengujian kedua dari kelima karakteristik BGC

hanya Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Keadilan Prosedural yang berpengaruh baik secara simultan maupun parsial terhadap Kinerja Manajerial.

Kata Kunci: Budgetary Goal Characteristics, Keadilan Prosedural, Kinerja Manajerial.


(7)

THE INFLUENCE OF BUDGETARY GOAL CHARACTERISTICS AND PROSEDURAL JUSTICE TO MANAGERIAL PERFORMANCE

(FUNCTIONARY OF ECHELON III AND IV IN PEMKO TEBING TINGGI)

Ayu Zurlaini Damanik, Prof. Erlina. SE, MSi, Ph.D, Ak, and Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak

ABSTRACT

The purpose of this research is conducted to obtain empirical evidence and analyse influence of Budgetary Goal of Characteristics (BGC), Prosedural Justice to Managerial Performance by simultan and parsial.

The population of this research are functionary of echelon III and IV in Pemko Tebing Tinggi which amount 336 people, sampel are 77 people. The qualitative data used in this research are primary data. Hypothesis testing by 2 way, first analysed factor for all characteristic of BGC so that obtained one value which represent BGC to test together with variable Prosedural Justice with multiple regression analysis after the quality test of data and the classical assumption test of sample data. Second test all the characteristic of BGC tested together with variable Prosedural Justice with multiple regression analysis.

The Result of the first test indicate that BGC and Prosedural Justice either through simultan and also by parsial have an effect to Managerial Performance. The second test result from the fifth characteristics of BGC only Budgetary Participation and Prosedural Justice having an effect either through simultan and also by parsial to Managerial Performance.

Keywords: Budgetary Goal Characteristics, Procedural Justice, Managerial Performance.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat, karunia dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul “Pengaruh Budgetary Goal Characteristics dan Keadilan Prosedural terhadap Kinerja Manajerial (pada Pejabat Eselon III dan IV pada Pemerintah Kota Tebing Tinggi”. Penyusunan tesis ini merupakan tugas akhir untuk mencapai derajat Strata Dua (S2) pada Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan tesis ini penulis mengalami berbagai macam kesulitan dan kendala, namun penulis menyadari tugas ini dapat diselesaikan atas bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., M.Sc, (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA, selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan kritik dan saran untuk perbaikan sehingga selesainya tesis ini.


(9)

4. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selaku Sekretaris Program Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan kritik dan saran untuk perbaikan sehingga selesainya tesis ini.

5. Ibu Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam proses penelitian dan penulisan untuk menyusun tesis ini.

6. Ibu Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam proses penelitian dan penulisan untuk menyusun tesis ini.

7. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak, selaku Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan kritik dan saran untuk perbaikan sehingga selesainya tesis ini.

8. Bapak dan Ibu para dosen serta seluruh pegawai pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas ilmu dan bantuan yang diberikan.

9. Rekan-rekan pengelola Sekretariat Program Studi Akuntansi yang telah banyak membantu administrasi penelitian ini.

10. Kedua orang tua tercinta dan tersayang, Papa Zainuddin Damanik dan Ibu Lailan Syafini Nasution, yang telah memberikan dukungan, doa, cinta dan kasih sayang kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan Sekolah Pascasarjana ini.


(10)

11. Putra terkasih dan tersayang Afiya Irhamna, terima kasih nak untuk doa dan kesabaranmu, maafkan Bunda bila tak selalu ada di sampingmu.

12. Papa Afiz tersayang, terima kasih atas dukungan dan cintanya hingga Bunda dapat menyelesaikan semua ini.

13. Rekan-rekan kerja di Pemko Tebing Tinggi, terima kasih atas dukungannya hingga penulis dapat menyelesaikan Sekolah Pascasarjana ini.

14. Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan dukungan dan saran-saran yang berarti bagi penulis serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dan memberikan saran maupun perhatiannya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Jasa mereka semua tidak ternilai, penulis tidak dapat membalasnya, dan dengan ketulusan serta keikhlasan do’a yang penulis panjatkan semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan balasan pahala yang berlipat ganda atas segala perhatian dan bantuan yang telah diberikan. Akhirnya penulis menyadari dengan kemampuan dan pengetahuan yang sangat terbatas, penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan tesis ini, dan semoga dapat bermanfaat bagi penulis serta berbagai pihak yang memerlukan.

Medan, Februari 2011


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...i

ABSTRACT ...ii

KATA PENGANTAR...iii

RIWAYAT HIDUP ...vi

DAFTAR ISI...vii

DAFTAR TABEL ...x

DAFTAR GAMBAR...xi

DAFTAR LAMPIRAN... ...xii

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Rumusan Masalah ...6

1.3. Tujuan Penelitian ...6

1.4. Manfaat Penelitian ...7

1.5. Originilitas ...7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...9

2.1. Landasan Teori...9

2.1.1. Pengertian Anggaran...9

2.1.2. Budgetary Goal Characteristics (BGC)...10

2.1.2.1. Partisipasi penyusunan anggaran (budgetary participation)......11

2.1.2.2. Kejelasan sasaran anggaran (budget goal clarity)...12

2.1.2.3. Evaluasi anggaran (budgetary evaluation)...12

2.1.2.4. Umpan balik anggaran (budgetary feedback) ...13

2.1.2.5. Kesulitan sasaran anggaran (budget goal difficulty) ...14

2.1.3. Keadilan Prosedural ...14

2.1.4. Kinerja Manajerial ...16

2.1.5. Dasar Hukum Pengelolaan Keuangan Daerah ...18

2.2. Review Peneliti Terdahulu (Theoretical Mapping) ...21

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ...26

3.1. Kerangka Konsep ...26


(12)

BAB IV METODE PENELITIAN ...30

4.1. Jenis Penelitian...30

4.2. Lokasi Penelitian...30

4.3. Populasi dan Sampel ...31

4.4. Metode Pengumpulan Data ...32

4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel...33

4.5.1. Kinerja Manajerial (Variabel Dependen) (Y)... 33

4.5.2. Budgetary Goal Characteristics (Variabel Independen)... 34

4.5.3. Keadilan Prosedural (Variabel Independen) (X6)... 35

4.6. Metode Analisis Data...36

4.6.1. Uji Kualitas Data...37

4.6.2. Uji Asumsi Klasik ...38

4.6.3. Model Pengujian Hipotesis ...40

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...43

5.1. Hasil Penelitian ...43

5.1.1. Deskriptif Sampel Penelitian ...43

5.1.2. Deskriptif Statistik Data Penelitian...43

5.2. Hasil Uji Kualitas Data ...44

5.2.1. Uji Validitas ...44

5.2.2. Uji Reliabilitas ...47

5.3. Hasil Uji Asumsi Klasik ...48

5.3.1. Uji Normalitas...48

5.3.2. Uji Multikolinearitas ...49

5.3.3. Uji Heteroskedastisitas...50

5.4. Uji Hipotesis ...51

5.4.1. Uji Hipotesis Model I...51

5.4.1.1. Uji signifikansi simultan (uji statistik F) model I ...52

5.4.1.2. Uji signifikansi parsial (uji statistik t) model I...53

5.4.2. Uji Hipotesis Model II ...54

5.4.2.1. Uji signifikansi simultan (uji statistik F) model II ...54

5.4.2.2. Uji signifikansi parsial (uji statistik t) model II ...55

5.4.3. Analisis Koefisien Determinasi (R2)...56

5.4.4. Hasil Persamaan Regresi...57

5.4.4.1. Hasil persamaan regresi model I ...57


(13)

5.5. Pembahasan 58

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...64

6.1. Kesimpulan ...64

6.2. Keterbatasan Penelitian...65

6.3. Saran...66


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Review Peneliti Terdahulu ... 24

4.1 Daftar Populasi dan Sampel... 31

4.2 Definisi Operasional ... 36

5.1 Data Hasil Kuesioner ... 43

5.2 Deskriptif Statistik ... 44

5.3 Keterangan Butir Pernyataan Kuesioner... 45

5.4 Hasil Pengujian Validitas... 46

5.5 Uji Reliabilitas Variabel ... 48

5.6 Collinerity Statistics Coefficients... 50

5.7 Uji Statistik F...52

5.8 Uji Statistik t...53

5.9 Uji Statistik F ... 54

5.10 Uji Statistik t ... 55


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1 Kerangka Konsep... 26 5.1 Pengujian Normalitas Data ... 49 5.2 Scatterplot ...51


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner... 72

2. Data Hasil Kuesioner... 80

3. Data Hasil Olahan untuk Regresi pada Persamaan Model I... 82

4. Data Hasil Olahan untuk Regresi pada Persamaan Model 2... 84

5. Deskriptif Statistik... 86

6. Uji Validitas dan Reabilitas ...87

7. Total Variance Explained...91

8. Persamaan Regresi Model I ...94

9. Persamaan Regresi Model 2...98

10. Deskripsi Hasil Penelitian... 102

11. Waktu Penelitian... 105

12. Tabel Distribusi t... 106


(17)

PENGARUH BUDGETARY GOAL CHARACTERISTICS DAN KEADILAN PROSEDURAL TERHADAP KINERJA MANAJERIAL

(PADA PEJABAT ESELON III DAN IV PADA PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI)

Ayu Zurlaini Damanik, Prof. Erlina, SE, MSi, Ph.D, Ak, dan Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk memperoleh bukti empiris dan menganalisis pengaruh Budgetary Goal Characteristics (BGC), Keadilan Prosedural terhadap Kinerja Manajerial secara simultan dan parsial.

Populasi penelitian ini adalah pejabat eselon III dan IV di Kota Tebing Tinggi yang berjumlah 336 orang dengan sampel 77 orang. Data kualitatif berupa data primer yang diperoleh dari hasil kuesioner. Pengujian hipotesis dilakukan dengan 2 cara, cara pertama dilakukan analisis faktor untuk semua karakteristik dari BGC

sehingga diperoleh satu nilai yang mewakili BGC yang akan diuji secara bersama-sama dengan variabel Keadilan Prosedural dengan analisis regresi berganda setelah dilakukan uji kualitas data dan uji asumsi klasik terhadap data sampel. Pengujian kedua yaitu karakteristik dari BGC diuji bersama-sama dengan variabel Keadilan Prosedural dengan analisis regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pengujian pertama BGC dan Keadilan Prosedural baik secara simultan maupun secara parsial berpengaruh terhadap Kinerja Manajerial. Pada pengujian kedua dari kelima karakteristik BGC

hanya Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Keadilan Prosedural yang berpengaruh baik secara simultan maupun parsial terhadap Kinerja Manajerial.

Kata Kunci: Budgetary Goal Characteristics, Keadilan Prosedural, Kinerja Manajerial.


(18)

THE INFLUENCE OF BUDGETARY GOAL CHARACTERISTICS AND PROSEDURAL JUSTICE TO MANAGERIAL PERFORMANCE

(FUNCTIONARY OF ECHELON III AND IV IN PEMKO TEBING TINGGI)

Ayu Zurlaini Damanik, Prof. Erlina. SE, MSi, Ph.D, Ak, and Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak

ABSTRACT

The purpose of this research is conducted to obtain empirical evidence and analyse influence of Budgetary Goal of Characteristics (BGC), Prosedural Justice to Managerial Performance by simultan and parsial.

The population of this research are functionary of echelon III and IV in Pemko Tebing Tinggi which amount 336 people, sampel are 77 people. The qualitative data used in this research are primary data. Hypothesis testing by 2 way, first analysed factor for all characteristic of BGC so that obtained one value which represent BGC to test together with variable Prosedural Justice with multiple regression analysis after the quality test of data and the classical assumption test of sample data. Second test all the characteristic of BGC tested together with variable Prosedural Justice with multiple regression analysis.

The Result of the first test indicate that BGC and Prosedural Justice either through simultan and also by parsial have an effect to Managerial Performance. The second test result from the fifth characteristics of BGC only Budgetary Participation and Prosedural Justice having an effect either through simultan and also by parsial to Managerial Performance.

Keywords: Budgetary Goal Characteristics, Procedural Justice, Managerial Performance.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Organisasi pemerintah daerah merupakan lembaga yang menjalankan roda pemerintah yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Sejalan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat serta adanya pengaruh globalisasi yang menuntut adanya keterbukaan maka pola-pola lama penyelenggaraan pemerintah tidak sesuai lagi bagi tatanan masyarakat yang telah berubah. Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Daerah, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 mengakibatkan pemerintah daerah semakin dituntut untuk meningkatkan kinerjanya dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat.


(20)

Mangkunegara (2000) memberikan suatu kesamaan antara kinerja dengan prestasi kinerja, dengan suatu konsep definisinya, yaitu: istilah kinerja berasal dari

Job Performance atau Actual Performance (kinerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Kinerja adalah kemampuan atau prestasi kerja yang telah dicapai oleh para personil yang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, untuk melaksanakan fungsi, tugas dan tanggung jawab mereka dalam menjalankan operasional perusahaan. Kinerja manajerial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kinerja individu dalam kegiatan manajerial yang mencakup perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, pengawasan, pemilihan staff, negosiasi dan perwakilan. Kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang dapat dipakai untuk meningkatkan efektivitas organisasi (Handoko, 1996). Kinerja akan dikatakan efektif apabila pihak-pihak bawahan mendapat kesempatan terlibat atau berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran.

Lahirnya otonomi daerah mengakibatkan pergeseran sistem pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi dan memberikan jalan bagi pemerintah daerah untuk melakukan pembaharuan dalam sistem pengelolaan keuangan daerah khususnya penganggaran dan penatausahaan keuangan daerah di mana pertanggungjawaban keuangan daerah lebih ditekankan pada konsep penganggaran kinerja atau berdasarkan prestasi kerja.

Penganggaran kinerja atau berdasarkan prestasi kerja adalah penganggaran yang menekankan pada orientasi output (keluaran) dan outcome (hasil) yang


(21)

memiliki konsekuensi pada mekanisme penyusunan anggaran yang lebih partisipatif dan dilaksanakan oleh tataran pejabat pemerintahan daerah pada tingkatan paling bawah yaitu para pejabat eselon IV atau setingkat kepala sub bagian, kepala sub bidang dan kepala seksi dan pejabat setingkat di atasnya yaitu pejabat eselon III atau setingkat sekretaris, kepala bagian dan kepala bidang.

Anggaran merupakan salah satu elemen penting dalam perencanaan agar dapat melakukan pengendalian terhadap pencapaian tujuan organisasi dalam hal ini pemerintah daerah. Anggaran dibutuhkan oleh sebuah organisasi untuk menerjemahkan keseluruhan strategi ke dalam rencana dan tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Selanjutnya, mengingat pentingnya fungsi anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian dalam organisasi maka proses penyusunan, pelaksanaan dan evaluasi anggaran perlu dilakukan agar dapat disesuaikan dengan tujuan anggaran. Berdasarkan pendekatan kinerja, APBD disusun berdasarkan pada sasaran tertentu yang hendak dicapai dalam satu tahun anggaran. Oleh karena itu, dalam rangka menyiapkan rancangan APBD, maka pemerintah daerah (eksekutif) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (legislatif) menyusun Kebijakan Umum APBD (KUA) yang memuat petunjuk dan ketentuan-ketentuan umum yang disepakati sebagai pedoman dalam penyusunan APBD. Penyusunan Kebijakan Umum APBD pada dasarnya merupakan upaya pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan program kepala daerah yang berpedoman kepada


(22)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dengan memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan standar pelayanan minimum yang telah ditetapkan pemerintah.

Diberlakukannya otonomi daerah beberapa tahun belakangan ini, menjadikan seluruh evaluasi anggaran merupakan tanggung jawab dari pemerintah daerah masing-masing. Permasalahan yang terjadi di beberapa daerah yang menjadi kendala pencapaian tujuan anggaran itu sendiri adalah ketidakmampuan SKPD dalam

merencanakan dan mengelola anggaran dengan baik. Seperti yang terjadi di Pemerintah Kota Tebing Tinggi, banyak program kerja yang terlambat

dilaksanakan. Diketahui bahwa Pemko Tebing Tinggi hanya mampu menyerap anggaran senilai Rp. 349 milyar dari Rp. 396 milyar Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2009. Ketidakmampuan merealisasikan anggaran ini kelihatannya akan berlanjut di tahun 2010. Data realisasi penyerapan dana sampai dengan bulan September 2010 pada 3 SKPD terbesar di Kota Tebing Tinggi yaitu Dinas Pendidikan, Dinas Pekerjaan Umum, dan Dinas Kesehatan rata-rata hanya mampu menyerap dana APBD sebesar 40% dari anggaran yang telah ditetapkan.

Kenis, (1979) menyimpulkan bahwa variasi dalam penyusunan anggaran manajer tingkat atas seperti yang direfleksikan dalam Budgetary Goal Characteristics

(BGC) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja dari manajer tingkat bawah. Agar pelaksanaan anggaran dapat berjalan secara efektif (Kenis, 1979)


(23)

penyusunan anggaran dan penerapannya harus memperhatikan 5 komponen BGC

yaitu: partisipasi penyusunan anggaran (budgeting participation), kejelasan sasaran anggaran (budget goal clarity), evaluasi anggaran (budgeting evaluation), umpan balik anggaran (budgeting feedback), dan kesulitan sasaran anggaran (budgeting goal difficulty).

Selain BGC, keadilan prosedural juga dapat mempengaruhi kinerja manajerial. Keadilan prosedural berhubungan dengan keadilan dan kelayakan prosedur-prosedur yang digunakan untuk mengalokasikan keputusan-keputusan dalam organisasi. McFarlin dan Sweeny, (1992) menjelaskan bahwa keadilan prosedural berhubungan dengan persepsi bawahan mengenai seluruh proses yang diterapkan oleh atasan mereka, sebagai sarana untuk mengkomunikasikan feedback

kinerja dan untuk menentukan reward bagi mereka seperti promosi atau kenaikan gaji. Pengaruh keadilan prosedural juga disebut sebagai pengaruh proses yang adil karena persepsi mengenai keadilan dari proses dapat berpengaruh dalam meningkatkan outcome bahkan ketika outcome tersebut mempunyai implikasi yang tidak diinginkan (Saunders et al, 2002). Beberapa studi tentang pembuatan keadilan prosedural banyak dikaitkan dengan kinerja manajerial dan memiliki hasil positif (Milani, 1975; Kenis, 1979; Early & Lind, 1987, sementara Kanfer et al. (1987)) menemukan korelasi yang sebaliknya.

Beberapa penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan oleh Bawono (2009) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa keadilan prosedural berpengaruh positif


(24)

terhadap kinerja manajerial dan keadilan prosedural terhadap kinerja manajerial melalui BGC juga terbukti berpengaruh positif. Penelitan Ulupui (2005) juga menyimpulkan hal yang sama bahwa partisipasi berpengaruh terhadap kinerja, sedangkan keadilan prosedural menunjukkan adanya pengaruh terhadap kinerja dinas. Kurnia (2004) menghasilkan pendapat yang berbeda yaitu BGC tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial. Pendapat ini juga didukung oleh penelitian Murthi dan Sujana (2008) BGC tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial.

Dari beberapa peneliti terdahulu terdapat ketidak konsistenan hasil penelitian sehingga penulis ingin melakukan penelitian ulang dengan mengubah BGC dan keadilan prosedural sebagai variabel bebas. Permasalahan yang menjadi focus perhatian dalam penelitian ini adalah: Apakah Budgetary Goal Characteristics dan keadilan prosedural secara simultan dan parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial pada pejabat eselon III dan IV pada Pemerintah Kota Tebing Tinggi?

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang tersebut di atas penulis ingin menguji pengaruh budgetary goal characteristics dan keadilan prosedural terhadap kinerja manajerial dengan rumusan masalah: “Apakah Budgetary Goal Characteristics dan


(25)

keadilan prosedural secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial di lingkungan Pemerintah Kota Tebing Tinggi?”

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk: Memperoleh bukti empiris dan menganalisis pengaruh Budgetary Goal Characteristics dan keadilan prosedural secara simultan dan parsial terhadap kinerja manajerial di lingkungan Pemerintah Kota Tebing Tinggi.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat dalam memperdalam pengetahuan peneliti di bidang akuntansi keuangan daerah pada umumnya hubungan antara keadilan prosedural dengan kinerja manajerial pada khususnya.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi Pemerintah Kota Tebing Tinggi dalam rangka meningkatkan kinerjanya.

3. Dapat menjadi masukan bagi rekan-rekan yang berminat dan tertarik memperdalam penelitian kinerja pemerintah daerah.

4. Dapat menambah wacana tentang pencapaian kinerja pada organisasi sektor publik yang selanjutnya dapat dijadikan informasi tambahan atas penelitian sejenis di masa yang akan datang.


(26)

1.5. Originilitas

Penelitian ini terinspirasi dari penelitian Bawono (2009) dengan judul “Peran

Budgetary Goal Characteristics sebagai Variabel Intervening dalam Hubungan antara Keadilan Prosedural dan Kinerja Manajerial (Studi pada Pejabat Eselon III dan IV pada Pemerintah Daerah se-Eks Keresidenan Surakarta)”.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Bawono adalah:

1. Pada penelitian ini variabel BGC sebagai variabel independen sedangkan peneliti sebelumnya variabel BGC sebagai variabel intervening.

2. Penelitian ini dilakukan di Pemko Tebing Tinggi sedangkan peneliti sebelumnya dilakukan di Pemerintah Daerah se-Eks Keresidenan Surakarta.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Dalam bab ini akan dibahas lebih jauh mengenai pengaruh budgetary goal

characteristic dan keadilan prosedural terhadap kinerja manajerial. Menjabarkan

teori-teori yang melandasi penelitian ini dengan referensi atau keterangan tambahan yang dikumpulkan selama penelitian.

2.1.1. Pengertian Anggaran

Anggaran adalah rencana rinci tentang perolehan dan penggunaan sumber daya keuangan dan sumber daya lainnya untuk suatu periode tertentu. Secara umum anggaran dimaksud menggambarkan tentang rencana manajemen secara komprehensif untuk masa yang akan datang dan bagaimana rencana tersebut dapat dicapai dengan baik (Garrison dan Norren, 2000). Anggaran dalam arti lain adalah suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukuran lain yang mencakup jangka waktu tertentu biasanya satu tahun (Mulyadi, 2001).

Fungsi anggaran menurut Mulyadi (2001) yaitu:

1. Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja.

2. Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan perusahaan di masa yang akan datang.


(28)

3. Anggaran berfungsi sebagai alat penghubung berbagai unit organisasi dalam perusahaan yang menghubungkan manajer bawah dengan manajer atas.

4. Anggaran berfungsi sebagai tolok ukur yang dipakai sebagai pembanding hasil operasi sesungguhnya.

5. Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian yang memungkinkan manajemen menunjuk bidang yang kuat dan yang lemah bagi perusahaan. 6. Anggaran berfungsi sebagai alat untuk mempengaruhi dan memotivasi

manajer dan karyawan agar senantiasa bertindak secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan organisasi.

2.1.2. Budgetary Goal Characteristics (BGC)

Sistem penganggaran merupakan komponen-komponen yang berperan serta dalam mewujudkan tersusunnya suatu rencana keuangan baik rencana jangka pendek maupun jangka panjang. Dengan penggunaan anggaran secara terus menerus, maka fungsi anggaran sebagai alat pengendalian akan tercapai.

Kenis (1979) mengemukakan lima Budgetary Goal Characteristics (BGC) yaitu:

1. Partisipasi Penyusunan Anggaran (Budgetary Participation). 2. Kejelasan Sasaran Anggaran (Budget Goal Clarity).

3. Evaluasi Anggaran (Budgetary Evaluation). 4. Umpan Balik Anggaran (Budgetary Feedback).


(29)

2.1.2.1 Partisipasi penyusunan anggaran (budgetary participation)

Menurut Brownell (1982), partisipasi anggaran adalah tingkat keterlibatan dan pengaruh individu dalam penyusunan anggaran sementara Chong (2002) menyatakan sebagai proses di mana bawahan/pelaksana anggaran diberikan kesempatan untuk terlibat dalam dan mempunyai pengaruh dalam proses penyusunan anggaran. Partisipasi manajer dalam proses penganggaran mengarah kepada seberapa besar tingkat keterlibatan manajer dalam menyusun anggaran serta pelaksanaannya untuk mencapai target anggaran (Kenis, 1979).

Partisipasi anggaran menunjukkan pada luasnya partisipasi bagi aparat pemerintah daerah dalam memahami anggaran yang diusulkan oleh unit kerjanya dan pengaruh tujuan pusat pertanggungjawaban anggaran. Partisipasi memungkinkan terjadinya komunikasi yang semakin baik, interaksi satu sama lain serta bekerjasama dalam tim untuk mencapai tujuan.

Dengan menyusun anggaran secara partisipatif diharapkan kinerja aparat pemerintah akan meningkat. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa ketika suatu tujuan atau standar yang dirancang secara partisipatif disetujui, maka pegawai akan menginternalisasikan tujuan atau standar yang ditetapkan, dan pegawai juga memiliki rasa tanggung jawab pribadi untuk mencapainya karena mereka ikut serta terlibat dalam penyusunannya (Milani, 1975). Semakin tinggi tingkat keterlibatan manajer dalam proses penyusunan anggaran, akan semakin meningkatkan kinerja (Indriantoro, 2000).


(30)

2.1.2.2. Kejelasan sasaran anggaran (budget goal clarity)

Kejelasan sasaran anggaran menggambarkan luasnya sasaran anggaran yang dinyatakan secara jelas dan spesifik dan dimengerti oleh pihak yang bertanggung jawab terhadap pencapaiannya (Kenis, 1979). Penelitian Ivancevich (1976) menunjukkan hasil bahwa kejelasan dan spesifikasi sasaran anggaran mempunyai dampak yang positif terhadap komitmen pencapaian sasaran dan timbulnya kepuasan terhadap pegawai.

Locke (1968) menyatakan bahwa mencantumkan sasaran anggaran secara spesifik adalah lebih produktif dibandingkan dengan tidak adanya sasaran yang spesifik dan hanya mendorong pegawai untuk melakukan yang terbaik. Sasaran yang tidak jelas dapat menyebabkan kebingungan, tekanan dan ketidakpuasan dari pegawai.

Kenis (1979) menemukan bahwa manajer memberi reaksi positif dan secara relatif sangat kuat untuk meningkatkan kejelasan tujuan anggaran. Manajemen tingkat atas dapat meningkatkan kepuasan kerja, menurunkan ketegangan kerja, dan memperbaiki anggaran yang dihubungkan dengan sikap, kinerja anggaran, dan efisiensi biaya manajer tingkat bawah secara signifikan meningkatkan kejelasan dan ketegasan tujuan anggaran mereka.

2.1.2.3. Evaluasi anggaran (budgetary evaluation)

Evaluasi anggaran adalah tindakan yang dilakukan untuk menelusuri penyimpangan atas anggaran ke departemen yang bersangkutan dan digunakan


(31)

sebagai dasar untuk penilaian kinerja departemen (Kenis, 1979). Hal ini akan mempengaruhi tingkah laku, sikap dan kinerja manajer. Punitive approach dapat mengakibatkan rendahnya motivasi dan sikap yang negatif, sedangkan supportive approach dapat mengakibatkan sikap dan perilaku yang positif

Evaluasi secara mendasar mempunyai 4 tujuan yaitu 1) meyakinkan bahwa kinerja yang sesungguhnya sesuai dengan kinerja yang diharapkan, 2) memudahkan untuk membandingkan antara kinerja individu satu dengan yang lainnya, 3) sistem evaluasi kinerja dapat memicu suatu isyarat tanda bahaya, memberi sinyal mengenai masalah-masalah yang mungkin terjadi dan 4) untuk menilai pembuatan keputusan manajemen.

2.1.2.4 . Umpan balik anggaran (budgetary feedback)

Kenis (1979) menyatakan bahwa umpan balik terhadap sasaran anggaran yang dicapai adalah variabel penting yang memberikan motivasi kepada manajer. Jika anggota organisasi tidak mengetahui hasil yang diperoleh dari upayanya untuk mencapai sasaran, maka ia tidak mempunyai dasar untuk merasakan kesuksesan atau kegagalan, dan tidak ada insentif untuk menunjukkan kinerja yang lebih baik, dan pada akhirnya menjadi tidak puas (Becker dan Green, 1962). (Steers, 1975) mengemukakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara umpan balik anggaran dengan kinerja. Namun penelitian yang dilakukan oleh (Hackman and

Lawler, 1971) memperoleh hasil yang berbeda yaitu tidak adanya hubungan antara umpan balik anggaran dengan kinerja.


(32)

2.1.2.5. Kesulitan sasaran anggaran (budget goal difficulty)

Kenis (1979) mengemukakan bahwa kesulitan sasaran anggaran mempunyai rentang sasaran dari sangat longgar dan mudah dicapai sampai sangat ketat dan tidak dapat dicapai. Muslimah (1998) menyatakan bahwa sasaran anggaran yang lebih ketat menimbulkan motivasi yang lebih tinggi, namun jika melewati batas limitnya, maka pengetatan sasaran anggaran justru akan mengurangi motivasi.

Locke, (1968) menyimpulkan bahwa sasaran anggaran yang lebih sulit akan mengakibatkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan sasaran anggaran yang lebih mudah. Carroll dan Tosi, (1970) menemukan hubungan yang positif dan signifikan antara kesulitan sasaran anggaran dan kinerja. Namun penelitian yang dilakukan dan (Steers, 1975) menunjukkan hasil yang berbeda yaitu tidak terdapat hubungan yang positif antara kesulitan sasaran anggaran dengan motivasi dan kinerja.

2.1.3. Keadilan Prosedural

Keadilan prosedural berhubungan dengan persepsi bawahan mengenai seluruh proses yang diterapkan oleh atasan mereka untuk mengevaluasi kinerja mereka, sebagai sarana untuk mengkomunikasikan feedback kinerja dan menentukan reward bagi mereka seperti promosi atau kenaikan gaji (McFarlin dan Sweeny, 1992). Anggapan adil atau tidak adil mengenai proses dan prosedur yang diterapkan menunjukkan tingginya atau rendahnya keadilan prosedural menurut bawahan.

Keadilan prosedural merupakan sisi keadilan dalam penganggaran yang memperhatikan aspek prosedur yang digunakan dalam melakukan distribusi


(33)

anggaran. Leventhal (1980) mengusulkan beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam mengevaluasi keadilan dalam suatu proses pengalokasian:

Respresentativeness: proses tersebut menggabungkan minat dan nilai-nilai dari semua subgroup penting dalam masyarakat yang dipengaruhi oleh keputusan itu; Accuracy: keputusan-keputusan yang berdasarkan informasi yang benar dan akurat, pendapat yang mengandung informasi yang baik; Competency: semua orang yang dipengaruhi oleh proses menerima perlakuan yang sama (konsistensi antar orang) dan proses yang digunakan dibuat dalam cara yang sama setiap saat (konsistensi antar waktu); Bias

Suppression: pengambil keputusan tidak memiliki kepentingan pribadi dalam

keputusan tersebut dan memberikan semua pandangannya dengan pertimbangan yang cukup; Correctability: proses tersebut memungkinkan melakukan koreksi terhadap keputusan yang buruk; dan Ethicality: proses tersebut sesuai dengan standar etika dan moralitas pribadi.

Lau dan Lim (2002) dan Wasisto dan Sholihin (2004) mengukur keadilan prosedural persepsian dengan seberapa adil prosedur yang digunakan organisasi untuk mengevaluasi kinerja. Hal ini mengindikasikan bahwa seberapa jauh sebuah organisasi menekankan pentingnya keadilan prosedural, maka hal tersebut akan mendorong bawahan untuk selalu mengevaluasi penyimpangan yang terjadi pada anggaran yang menjadi tanggung jawabnya.

Ahadiyat (2005) menyebutkan salah satu dimensi keadilan prosedural adalah selalu diberi peluang untuk melakukan koreksi bagi bawahan yang melakukan


(34)

penyimpangan. Bagaimanapun, ketika organisasi menerapkan prosedur yang adil dalam menilai kinerja terhadap apa yang menjadi tanggung jawabnya termasuk anggaran, maka persepsi bawahan terhadap evaluasi penyimpangan anggaran akan meningkat.

2.1.4. Kinerja Manajerial

Mahoney et.al, (1965) mendefinisikan kinerja manajerial didasarkan pada fungsi-fungsi manajemen yang ada dalam teori manajemen klasik, yaitu seberapa jauh manajer mampu melaksanakan fungsi-fungsi manajemen yang meliputi: perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, supervisi, pemilihan staf, negosiasi dan perwakilan. Menurut Indriantoro (1993) dan Supomo (1998), kinerja dikatakan efektif apabila tujuan anggaran tercapai dan bawahan mendapat kesempatan terlibat atau berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran serta memotivasi bawahan mengidentifikasi dan melakukan negosiasi dengan atasan mengenai target anggaran, menerima kesepakatan anggaran dan melaksanakannya sehingga dapat menghindarkan dampak negatif anggaran yaitu faktor kriteria kinerja, sistem penghargaan (reward) dan konflik.

Selain itu, menurut Kenis (1979), kinerja manajer juga dapat diukur dari kelima dimensi BGC, yaitu partisipasi dalam penyusunan anggaran, kejelasan anggaran, umpan balik anggaran, evaluasi anggaran, dan kesulitan sasaran anggaran. Kelima dimensi BGC tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya dan diharapkan dapat meningkatkan kinerja. Partisipasi dapat meningkatkan kinerja


(35)

karena partisipasi memungkinkan bawahan mengkomunikasikan apa yang mereka butuhkan kepada atasannya dan partisipasi dapat memungkinkan bawahan untuk memilih tindakan yang dapat membangun komitmen dan dianggap sebagai tanggung jawab atas apa yang telah dipilih. Oleh karena itu, partisipasi dalam hal ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja manajerial secara keseluruhan. Kejelasan sasaran anggaran mencerminkan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara spesifik dan jelas sehingga dapat dipahami oleh orang yang bertanggung jawab dalam pencapaiannya. Apabila sasaran tidak disebutkan secara spesifik akan menyebabkan kebingungan yang akan berdampak buruk terhadap kinerja. Tujuan anggaran adalah

range dari “sangat longgar dan mudah dicapai” sampai dengan “sangat ketat dan

tidak dapat dicapai” (Munawar, 2006). Tujuan anggaran yang mudah dicapai akan gagal untuk memberikan suatu tantangan untuk partisipan dan memiliki sedikit pengaruh motivasi. Sebaliknya tujuan yang sangat ketat dan tidak dapat dicapai mengarahkan pada perasaan gagal, frustasi, dan tingkat aspirasi yang rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa yang menjadi tingkat kesulitan untuk tujuan anggaran adalah “ketat, tetapi dapat dicapai”. Evaluasi dan umpan balik terhadap sasaran anggaran merupakan variabel penting yang memberikan motivasi kepada manajer. Dengan adanya umpan balik yang diperoleh dari pencapaian sasaran anggaran dan dilakukannya evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan yang telah diprogramkan, maka karyawan akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja untuk meminimalkan terjadinya penyimpangan terhadap anggaran.


(36)

Kinerja manajerial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kinerja individu dalam kegiatan manajerial yang mencakup perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, pengawasan, pemilihan staff, negosiasi dan perwakilan.

2.1.5. Dasar Hukum Pengelolaan Keuangan Daerah

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggung Jawab Keuangan Negara.

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

6. PP No. 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

7. Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

8. PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. 9. PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.


(37)

10. Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

11. Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Menurut Permendagri No. 13 Tahun 2006, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/ pengguna barang. Sedangkan Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/ pengguna barang, yang juga melaksanakan pengelolaan keuangan daerah. Kepala SKPD diberikan wewenang oleh Kepala Daerah untuk membuat rencana kerja anggaran sebagai dasar untuk menentukan anggaran periode berikutnya.

Kepala SKPD dibantu oleh KaSubdis atau Kasubbid untuk menentukan rencana kerja anggaran. Wewenang pelaksanaan anggaran berada di tangan Bendahara penerima dan pengeluaran, PPTK, kuasa BUD yang dipertanggungjawabkan dananya oleh kepala SKPD. Tahapan pelaksanaan APBD, yaitu:

1. Penyusunan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA-SKPD).

2. Penyusunan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Lanjutan (DPAL-SKPD). 3. Penyusunan Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran (DPPA-SKPD). 4. Anggaran Kas.


(38)

5. Penerbitan Surat Penyediaan Dana (SPD). 6. Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP). 7. Penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM). 8. Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D). 9. Pelaksanaan Belanja.

10. Pengesahan Surat Pertanggungjawaban (SPJ).

11. Sistem akuntansi Pemerintah Daerah, yang terdiri dari:

a. Sistem Akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), yang mencatat transaksi-transaksi yang terjadi di lingkungan satuan kerja. b. Akuntansi Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD), yang

mencatat transaksi-transaksi yang dilakukan oleh pemerintah Daerah. Selain itu sistem akuntansi PPKD ini juga melaksanakan fungsi sebagai konsolidator yang mencatat akun-akun kontrol selama periode pelaksanaan anggaran dan melakukan penyusunan laporan konsolidasi di akhir periode.

c. Pelaporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para


(39)

pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik tujuan laporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Laporan keuangan memuat informasi mengenasi entitas pelaporan dalam hal: aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, belanja, transfer, pembiayaan dan arus kas. Pembuatan laporan keuangan dilakukan oleh masing-masing SKPD. Selanjutnya laporan keuangan tersebut dikonsolidasikan oleh sistem akuntansi PPKD menjadi laporan keuangan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota.

Laporan keuangan pemerintah Provinsi/kabupaten/kota terdiri dari: i. Laporan realisasi APBD

ii. Neraca

iii. Laporan Arus Kas

iv. Catatan atas Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah menyampaikan rancangan Peraturan Daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan dan dilampiri laporan keuangan Perusahaan Daerah yang telah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan paling lambat 6 bulan setelah berakhirnya tahun anggaran. Laporan keuangan disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.


(40)

2.2. Review Peneliti Terdahulu (Theoretical Mapping)

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan antara lain oleh Kurnia (2004) mengenai Pengaruh Budgetary Goal Characteristics terhadap Kinerja Manajerial dengan Budaya Paternalistik dan Komitmen Organisasi sebagai Moderating Variabel (Studi Empiris pada Perguruan Tinggi Swasta Kopertis Wilayah III) hasil yang diperoleh budgetary goal characteristics tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial.

Ulupui (2005) meneliti Pengaruh Partisipasi Anggaran, Persepsi Keadilan Distributif, Keadilan Prosedural, dan Goal Komitmen terhadap Kinerja Dinas kesimpulan yang didapat partisipasi berpengaruh terhadap kinerja. Keadilan distributif tidak memiliki pengaruh langsung terhadap kinerja, sedangkan keadilan prosedural menunjukkan adanya pengaruh terhadap kinerja dinas. Goal komitmen tidak memberikan pengaruh terhadap kinerja.

Murthi dan Sujana (2008) meneliti tentang Pengaruh Budgetary Goal

Characteristics terhadap Kinerja Manajerial pada Rumah Sakit Pemerintah di Kota

Denpasar hasilnya budgetary goal characteristics tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada rumah sakit pemerintah di kota Denpasar. Budaya paternalistik mampu memperlemah pengaruh budgetary goal characteristics terhadap kinerja manajerial dan komitmen organisasi tidak mampu memperkuat pengaruh budgetary goal characteristics terhadap kinerja manajerial.


(41)

Harefa (2008) meneliti Analisis Pengaruh Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial dengan Komunikasi sebagai Variabel Moderating pada PT BNI Tbk Medan hasil yang didapat partisipasi manajer dalam penganggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial dan komunikasi.

Penelitian Maisyarah (2008) mengenai Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial dengan Komunikasi dan Komitmen sebagai Variabel Moderating pada PDAM Provinsi Sumatera Utara mendapatkan hasil partisipasi manajer dalam penganggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial, sedangkan komunikasi dan komitmen bukanlah variabel moderating.

Bawono (2009) meneliti Peran Budgetary Goal Characteristics sebagai Variabel Intervening dalam Hubungan antara Keadilan Prosedur dan Kinerja Manajerial (studi pada Pejabat Eselon III dan IV pada Pemerintah Daerah se-Eks Karesidenan Surakarta) hasil yang diperoleh keadilan prosedural berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial dan melalui budgetary goal characteristics menunjukkan pengaruh positif terhadap kinerja manajerial.

Ringkasan hasil penelitian berupa tahun penelitian, nama peneliti, judul penelitian, variabel dan hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini.


(42)

Tabel 2.1. Review Peneliti Terdahulu

Tahun Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian

Ratnawati Kurnia (2004)

I .G. K. Ulupui (2005)

Pengaruh Budgetary Goal

Characteristics terhadap Kinerja Manajerial dengan Budaya Paternalistik dan Komitmen Organisasi sebagai Moderating Variabel (Studi Empiris pada Perguruan Tinggi Swasta Kopertis Wilayah III).

Pengaruh Partisipasi Anggaran, Persepsi Keadilan

Distributif, Keadilan Prosedural, dan Goal Komitmen terhadap Kinerja Dinas.

Variabel independen:

budgetary goal characteristics (X). Variabel moderating: budaya paternalistik dan komitmen organisasi.

Variabel dependen: kinerja manajerial (Y).

Variabel independen: Partisipasi Anggaran (X1), Keadilan Distributif (X2),

Keadilan Prosedural

(X3), Goal

Commitment (X4). Variabel dependen: Kinerja (Y).

Budgetary goal characteristics tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial.

Partisipasi berpengaruh terhadap kinerja. Keadilan distributif tidak

memiliki pengaruh langsung terhadap kinerja, sedangkan keadilan prosedural menunjukkan adanya pengaruh terhadap kinerja dinas. Goal komitmen tidak memberikan pengaruh terhadap kinerja.

Ida Ayu Mas May Murthi dan I Ketut Sujana

(2008)

Pengaruh Budgetary Goal

Characteristics terhadap Kinerja Manajerial pada Rumah Sakit Pemerintah di Kota Denpasar.

Variabel independen:

budgetary goal characteristics (X), Variabel moderating: budaya paternalistik dan komitmen organisasi.

Variabel dependen: kinerja manajerial (Y).

Budgetary goal characteristics tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada rumah sakit pemerintah di Kota Denpasar. Budaya paternalistik mampu memperlemah pengaruh budgetary goal characteristics terhadap kinerja manajerial dan komitmen organisasi tidak mampu memperkuat pengaruh

budgetary goal characteristics terhadap


(43)

Lanjutan Tabel 2.1

Tahun Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian

Kornelius Harefa (2008)

Analisis Pengaruh Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial dengan Komunikasi sebagai Variabel Moderating pada PT BNI Tbk Medan.

Variabel independen: partisipasi dalam penyusunan anggaran (X). Variabel moderating: komunikasi. Variabel dependen: kinerja manajerial (Y).

Partisipasi manajer dalam penganggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial dan komunikasi. Renny Maisyarah (2008) Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial dengan Komunikasi dan Komitmen sebagai Variabel Moderating pada PDAM Propinsi Sumatera Utara.

Variabel independen: partisipasi dalam penyusunan anggaran (X). Variabel moderating: komunikasi dan komitmen. Variabel dependen: kinerja manajerial (Y).

Partisipasi manajer dalam penganggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial, sedangkan komunikasi dan komitmen bukanlah variabel moderating. Andy Dwi Bayu Bawono (2009)

Peran Budgetary Goal

Characteristics sebagai

Variabel intervening dalam Hubungan antara Keadilan Prosedural dan Kinerja Manajerial (studi pada Pejabat Eselon III dan IV pada Pemerintah Daerah se-Eks Karesidenan Surakarta).

Variabel independen: keadilan prosedural (X). Variabel intervening: budgetary goal characteristics. Variabel dependen: kinerja manajerial (Y).

Keadilan prosedural berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial dan melalui

budgetary goal characteristics

menunjukkan pengaruh positif terhadap kinerja manajerial.


(44)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Penelitian ini memberikan perhatian pada hubungan variabel Budgetary Goal

Characteristics (BGC) dan keadilan prosedural dengan kinerja manajerial yang

disajikan sebagai berikut:

BUDGETARY GOAL CHARACTERISTICS

Partisipasi Penyusunan Anggaran

X1

Keadilan Prosedural X6

Kejelasan Sasaran Anggaran X2

Umpan Balik Anggaran X5

Kesulitan Sasaran Anggaran X3

Evaluasi Anggaran X4

Kinerja Manajerial Y


(45)

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

Kinerja manajer akan dikatakan efektif apabila tujuan organisasi yang telah tertuang dalam anggaran dapat dicapai. Kenis (1979), kinerja manajer juga dapat diukur dari kelima dimensi BGC, yaitu partisipasi dalam penyusunan anggaran, kejelasan anggaran, umpan balik anggaran, evaluasi anggaran, dan kesulitan sasaran anggaran. Kelima dimensi BGC tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya dan diharapkan dapat meningkatkan kinerja.

Partisipasi penyusunan anggaran sebagai suatu mekanisme dalam pertukaran informasi memungkinkan karyawan untuk memperoleh pemahaman yang lebih jelas tentang pekerjaan mereka. Partisipasi tersebut juga membantu mereka untuk memperbaiki kesalahan, yang akhirnya dapat mempengaruhi kinerja manajerial (Hopwood, 1976).

Partisipasi dapat meningkatkan kinerja karena partisipasi memungkinkan bawahan mengkomunikasikan apa yang mereka butuhkan kepada atasannya dan partisipasi dapat memungkinkan bawahan untuk memilih tindakan yang dapat membangun komitmen dan dianggap sebagai tanggung jawab atas apa yang telah dipilih. Oleh karena itu, partisipasi dalam hal ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja manajerial secara keseluruhan.

Kejelasan sasaran anggaran mencerminkan sejauhmana tujuan anggaran ditetapkan secara spesifik dan jelas sehingga dapat dipahami oleh orang yang bertanggung jawab dalam pencapaiannya. Apabila sasaran tidak disebutkan secara


(46)

spesifik akan menyebabkan kebingungan yang akan berdampak buruk terhadap kinerja.

Tujuan anggaran adalah range dari “sangat longgar dan mudah dicapai” sampai dengan “sangat ketat dan tidak dapat dicapai” (Munawar, 2006). Tujuan anggaran yang mudah dicapai akan gagal untuk memberikan suatu tantangan untuk partisipan dan memiliki sedikit pengaruh motivasi. Sebaliknya tujuan yang sangat ketat dan tidak dapat dicapai mengarahkan pada perasaan gagal, frustasi, dan tingkat aspirasi yang rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa yang menjadi tingkat kesulitan untuk sasaran anggaran adalah “ketat, tetapi dapat dicapai”.

Evaluasi dan umpan balik terhadap sasaran anggaran merupakan variabel penting yang memberikan motivasi kepada manajer. Dengan adanya umpan balik yang diperoleh dari pencapaian sasaran anggaran dan dilakukannya evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan yang telah diprogramkan, maka karyawan akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja untuk meminimalkan terjadinya penyimpangan terhadap anggaran.

Early dan Lind (1987), dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa keadilan prosedural berkorelasi positif dengan kinerja manajer. Mereka menemukan bukti bahwa persepsi manajer lini terhadap cara mengevaluasi, proses promosi dan umpan balik dalam mengkomunikasikan kinerja akan mempengaruhi kinerja manajerial para manajer lini. Kinerja manajerial akan meningkat jika persepsi bawahan (manajer lini) terhadap keadilan prosedural dapat diterima.


(47)

Tang dan Baldwil (1996) dalam (Bawono, 2009) melakukan penelitian terhadap karyawan yang diberi perlakuan yang berbeda. Mereka menemukan bukti bahwa jika manajer dapat menerapkan peraturan secara adil dan konsisten ke seluruh karyawan dan memberikan penghargaan/imbalan bagi mereka berdasarkan kinerja dan kelebihan yang dilakukan tanpa bias pribadi, maka karyawan akan memiliki persepsi positif mengenai keadilan prosedural.

3.2. Hipotesis

Berdasarkan uraian latar belakang, tinjauan pustaka dan kerangka konsep pengaruh budgetary goal characteristics dan keadilan prosedural terhadap kinerja manajerial dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: Budgetary goal characteristics

dan keadilan prosedural berpengaruh positip terhadap kinerja manajerial baik secara simultan maupun parsial.


(48)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini dapat dikatakan sebagai penelitian kausal yaitu untuk melihat hubungan beberapa variabel yang belum pasti, (Erlina, 2008) menyebutkan penelitian kausal bertujuan untuk menguji hipotesis dan merupakan penelitian yang menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan antar variabel. Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengidentifikasikan hubungan sebab akibat antara berbagai variabel.

Tujuan penelitian untuk menguji hipotesis yang berkaitan dengan responden yang diteliti. Hasil pengujian dapat digunakan sebagai dasar untuk menarik kesimpulan penelitian, mendukung atau menolak hipotesis yang dikembangkan dari telaah teoritis. Penelitian ini akan mengidentifikasi bagaimana variabel independen mempengaruhi variabel dependen.

4.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di lingkungan Pemerintah Kota Tebing Tinggi, yang menjadi objek penelitian adalah para pejabat eselon III dan IV pada setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Penelitian dilakukan dari bulan Oktober sampai


(49)

dengan Januari 2011. Namun, penyebaran dan pengumpulan kembali kuesioner sendiri dilakukan di bulan Nopember 2010.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah pejabat eselon III dan IV di Kota Tebing Tinggi yang berjumlah 336 orang sampai dengan Mei 2010. Pengambilan pejabat eselon III dan IV dikarenakan rata-rata pejabat terkait adalah pejabat level tengah dan bawah yang bertanggung jawab pada penyusunan anggaran pada setiap unit kerjanya pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Pejabat eselon II tidak diikut sertakan dalam penelitian ini dikarenakan pejabat eselon II merupakan pengguna anggaran di dinas dan badan, sehingga tidak akan tepat untuk diukur keadilan proseduralnya. Metode penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah stratified random sampling.

Tabel 4.1. Daftar Populasi dan Sampel

No SKPD Populas Estimas Realisasi

1. Dinas Pendidikan 15 4 orang 2 orang

2. Dinas Kesehatan 15 4 orang 4 orang

3. Rumah Sakit Umum 10 2 orang 2 orang

4. Dinas Pekerjaan Umum 15 4 orang 4 orang

5. Bappeda 15 3 orang 3 orang

6. Dinas Perhubungan 10 2 orang 2 orang

7. Kantor Lingkungan Hidup 4 1 orang 2 orang

8. Dinas Kebersihan 15 4 orang 4 orang

9. Dinas Sosial dan Tenaga Kerja 12 3 orang 3 orang 10. Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil 15 3 orang 3 orang 11. Kantor Pemberdayaan Perempuan 4 1 orang 1 orang 12. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan 15 3 orang 3 orang 13. Dinas Pemuda dan Olah Raga 12 3 orang 3 orang

14. Kesbang Linmas 15 3 orang 3 orang


(50)

Lanjutan Tabel 4.1

No SKPD Populas Estimas Realisasi

16. Sekretariat DPRD 9 2 orang 2 orang

17. Inspektorat 15 4 orang 4 orang

18. Kecamatan 35 8 orang 8 orang

19. Dinas Pendapatan 15 3 orang 2 orang

20. Badan Kepegawaian 12 3 orang 3 orang

21. BPMK 15 3 orang 3 orang

22. Kantor Perpustakaan Umum 4 1 orang 1 orang

23. Kantor Ketahanan Pangan 4 1 orang 1 orang

24. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu 4 1 orang 1 orang

25. Dinas Pertanian 15 3 orang 3 orang

26. Kantor Satuan Polisi Pamong Praja 4 1 orang 1 orang

Jumlah 336 77 77 orang

Pada Tabel 4.2 daftar populasi berjumlah 26 SKPD dari yang seharusnya 30 SKPD hal ini disebabkan 5 kecamatan digabung menjadi 1 SKPD. Jumlah sampel yang akan diambil sebanyak 77 orang dari 30 SKPD yang ada di lingkungan Pemerintah Kota Tebing Tinggi. Jumlah 77 orang berdasarkan kriteria kecukupan sampel Slovin yaitu:

2

)

(

1

N

e

N

n

2

)

1

.

0

(

336

1

336

n

77

Estimasi = Populasi di tiap SKPD x 77 Jumlah seluruh Populasi


(51)

4.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kualitatif yang terdiri dari data primer. Data primer pada penelitian ini, berasal dari hasil kuesioner yang telah diisi oleh pejabat eselon III dan IV di setiap bagian, dinas, badan, dan kantor di lingkungan Pemerintahan Kota Tebing Tinggi. Instrumen dalam kuesioner

Budgetary Goal Characteristics diambil dari penelitian Milani (1975), untuk

kuesioner keadilan prosedural diadopsi dari penelitian Laventhal (1980), sedangkan untuk kuesioner kinerja manajerial diambil dari penelitian Mahoney, Jerdee dan Caroll (1963). Kuesioner terdiri dari pertanyaan-pertanyaan dengan konotasi positif dan negatif dengan skor 1 sampai 5 untuk variabel keadilan prosedural dan BGC

sedangkan variabel kinerja manajerial diberi skor 1 sampai 5, untuk pertanyaan yang berkonotasi negatif dalam proses pengolahan data skor tersebut akan dibalik.

Langkah-langkah pengambilan data primer atau pengiriman kuesioner yaitu, kuesioner dikirim kepada semua anggota populasi. Setelah 1 minggu, peneliti mengumpulkan kuesioner yang telah diisi responden. Jika ada responden yang belum mengembalikan daftar pertanyaan tersebut, maka kepada mereka diberi waktu 1 minggu lagi. Setelah batas waktu yang ditentukan dan kuesioner telah dikembalikan oleh responden, maka peneliti akan mengolah data jika jumlah data yang terkumpul sudah mencapai 77, tetapi jika data belum mencukupi, maka akan dicoba kembali untuk mengirimkan kuesioner kepada responden yang belum mengembalikan kuesioner tersebut.


(52)

4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel

Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:

4.5.1. Kinerja Manajerial (Variabel Dependen) (Y)

Kinerja manajerial merupakan tingkat keberhasilan para pejabat terkait yang mencakup tingkat kecakapan dalam melaksanakan aktivitas manajemen meliputi perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, pengawasan, pengaturan staf, negosiasi dan perwakilan. Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen sembilan item kuesioner yang dikembangkan oleh Mahoney et al (1963). Skala pengukurannya adalah interval dengan skor 1 sampai 5.

4.5.2. Budgetary Goal Characteristics (Variabel Independen)

Budgetary Goal Chracteristics merupakan suatu sistem rencana jangka

pendek yang disusun berdasarkan rencana jangka panjang yang ditetapkan dalam proses pemrograman yang terdiri dari 5 karakteristik penganggaran yaitu:

1. Partisipasi Penyusunan Anggaran (budgetary participation) (X1) yaitu tingkat keterlibatan pejabat eselon III dan IV dalam penyusunan anggaran.

2. Kejelasan Sasaran Anggaran (budget goal clarity) (X2) adalah luasnya sasaran anggaran yang dinyatakan secara jelas dan spesifik dan dimengerti oleh pihak yang bertanggung jawab terhadap pencapaiannya.

3. Kesulitan Sasaran Anggaran (budget goal difficulty) (X3). Rentang sasaran dari sangat longgar dan mudah dicapai sampai sangat ketat dan tidak dapat dicapai.


(53)

4. Evaluasi anggaran (budgetary evaluation) (X4) adalah tindakan yang dilakukan untuk menelusuri penyimpangan atas anggaran ke SKPD yang bersangkutan dan digunakan sebagai dasar untuk penilaian kinerja SKPD. 5. Umpan balik anggaran (budgetary feedback) (X5). Hasil yang diperoleh dari

upayanya untuk mencapai sasaran sebagai dasar untuk merasakan kesuksesan atau kegagalan.

Kelima karakteristik sistem penganggaran diukur dengan menggunakan 25 item kuesioner yang telah digunakan oleh (Kenis, 1979) dan (Muslimah, 1998). Setiap item diberi skor 1 sampai 5. Skala pengukurannya adalah interval.

4.5.3. Keadilan Prosedural (Variabel Independen) (X6)

Keadilan prosedural adalah keadilan yang dipahami individu berdasarkan proses yang digunakan untuk menetapkan distribusi imbalan (reward) tentang seluruh proses yang diterapkan oleh atasan mereka untuk mengevaluasi kinerja mereka. Variabel ini diukur dengan empat indikator yaitu evaluasi kinerja, promosi jabatan, komunikasi dan keterlibatan dalam kegiatan. Untuk mengetahui indikator tersebut penelitan menggunaan instrumen empat item kuesioner yang digunakan oleh (Leventhal, 1980), (Lau dan Lim, 2002), (Solihin, 2002) dan (Wasisto dan Sholihin, 2004) dengan setiap item diberi skor 1 sampai 5. Skala pengukurannya adalah interval.


(54)

Tabel 4.2. Definisi Operasional

Jenis Variabel Nama Variabel

Definisi Variabel Pengukuran Variabel Skala

Dependen Kinerja Manajerial

Merupakan tingkat keberhasilan para pejabat terkait yang mencakup tingkat kecakapan dalam melaksanakan aktivitas manajemen meliputi perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, pengawasan, pengaturan staf, negosiasi dan perwakilan.

Variabel ini diukur dengan sembilan indikator, yaitu perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pemilihan staf, negosiasi, perwakilan, kinerja secara menyeluruh. Interval (Skala Likert tipe 5)

Independen Budgetary Goal Characteris-tics

Merupakan suatu sistem rencana

jangka pendek yang disusun

berdasarkan rencana jangka panjang yang ditetapkan dalam proses pemrograman.

Meliputi lima indikator, yaitu: sistem penganggaran, yaitu: partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, evaluasi anggaran, umpan balik anggaran dan kesulitan sasaran anggaran. Interval (Skala Likert tipe 5) Independen Keadilan Prosedural

keadilan yang dipahami individu berdasarkan proses yang digunakan untuk menetapkan distribusi imbalan (reward) tentang seluruh proses yang diterapkan oleh atasan mereka untuk mengevaluasi kinerja mereka.

Variabel ini diukur dengan empat indikator adil dalam evaluasi kinerja, promosi jabatan, komunikasi, umpan balik dan keterlibatan dalam kegiatan.

Interval (Skala Likert tipe 5)

4.6. Metode Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini akan menggunakan teknik statistik deskriptif dan inferensial dalam menganalisis data multivariate. Tujuan penelitian di samping mendeskripsikan distribusi data, juga menguji dependensi dan interdependensi antar variabel yang diteliti (Indriantoro dan Supomo, 1998). Analisis dependensi merupakan metode statistik dalam analisis multivariate yang digunakan untuk menjelaskan dan memprediksi satu atau lebih variabel dependen berdasarkan


(55)

beberapa variabel independen. Analisis interdependensi merupakan metode statistik dalam analisis multivariat yang digunakan untuk mengetahui struktur dari sekelompok variabel atau objek.

4.6.1. Uji Kualitas Data

Kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan instrumen penelitian dapat dievaluasi melalui uji validitas dan realibilitas. Pengujian tersebut masing-masing untuk mengetahui konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan dari penggunaan instrumen. Ada 2 prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini untuk mengukur kualitas data, yaitu:

1. Uji validitas, digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Uji tersebut dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan apakah instrumen penelitian yang telah disususun benar-benar akurat sehingga mampu mengukur apa yang seharusnya diukur oleh kuesioner tersebut. Jika r hitung untuk r tiap butir dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total

Correlation lebih besar dari r tabel dan nilai positif, maka butir atau

pertanyaan tersebut dikatakan valid (Ghozali, 2002).

2. Uji reliabilitas, yaitu untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten jika diulangi beberapa kali (Supramono dan Utami, 2004). Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach


(56)

Alpha > 0,60 (Ghozali, 2002). Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan alat bantu program statistik.

4.6.2. Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi berganda perlu dilakukan pengujian asumsi klasik sebagai persyaratan dalam analisis agar datanya dapat bermakna dan bermanfaat. Uji asumsi klasik meliputi:

1. Uji normalitas, bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal (Nugroho, 2005). Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak dapat dilihat melalui normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika disribusi data adalah normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2002).

2. Uji multikolinieritas, bertujuan untuk menguji apakah ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) pada model regresi. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem Multikolinieritas (multiko). Multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel bebas diantara satu dengan lainnya. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2002). Selain itu deteksi terhadap


(57)

multikolinieritas juga bertujuan untuk menghindari kebiasan dalam proses pengambilan kesimpulan mengenai pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Deteksi multikolinieritas pada suatu model dapat dilihat jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1. Maka model tersebut dapat dikatakan terbebas dari multikolineritas. VIF = 1/Tolerance, jika VIF = 10 maka Tolerance = 1/10 = 0,1.

3. Uji heteroskesdastisitas, bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokesdastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara memprediksi ada tidaknya heteroskesdastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar scatterplot model tersebut (Nugroho, 2005). Penelitian ini menggunakan metode grafik plot, untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas. Metode grafik plot dilakukan dengan cara mendiagnosa diagram residual plot. Residual plot

(Studenzized) dibandingkan dengan hasil prediksi. Jika titik-titik sebar

membentuk pola tertentu dan teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka mengidentifikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.


(58)

4.6.3. Model Pengujian Hipotesis

Penelitian ini menggunakan 1 variabel dependen dan 2 variabel independen maka untuk menguji hipotesis yang diajukan digunakan alat analisis regresi berganda (multiple regression analysis). Regresi bertujuan untuk menguji pengaruh antara satu variabel dengan variabel lain.

Budgetary Goal Characteristic terdiri dari 5 karakteristik, pengujian

dilakukan dengan 2 cara. Cara pertama dilakukan analisis faktor untuk seluruh karakteristik dari BGC. Hasil pengujian akan diperoleh satu nilai yang mewakili BGC

yang akan digunakan sebagai nilai yang mewakili variabel BGC dan nilai ini akan diuji secara bersama-sama variabel Keadilan Prosedural untuk melihat pengaruhnya terhadap Kinerja Manajerial. Persamaan regresi yang digunakan:

Y = a + b1X1 + b2X2 + ε

Di mana:

Y = kinerja manajerial a = konstanta

X1 = budgetary goal characteristics

X2 = keadilan prosedural

b1, b2 = koefisien regresi

ε = error

Cara kedua yaitu karakteristik dari BGC akan diuji secara bersama-sama dengan variabel Keadilan Prosedural terhadap Kinerja Manajerial sehingga persamaan regresinya adalah

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3+ b4X4+ b5X5 + b6X6 + ε

Di mana:

Y = kinerja manajerial a = konstanta


(59)

X1 = partisipasi penyusunan anggaran

X2 = kejelasan sasaran anggaran

X3 = kesulitan sasaran anggaran

X4 = evaluasi anggaran

X5= umpan balik anggaran

X6 = keadilan prosedural

b1,.. b6 = koefisien regresi

ε = error

Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi (α) 0,05 atau 5%. Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak maka dilakukan pengujian terhadap variabel-variabel penelitian dengan cara menguji secara simultan melalui uji signifikansi simultan (uji statistik F) yang bermaksud untuk dapat menjelaskan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan. Apabila nilai F hitung lebih besar dari F tabel berarti hipotesis diterima, jika nilai F hitung lebih kecil dari F tabel berarti hipotesis ditolak.

Sedangkan untuk menguji masing-masing variabel secara parsial dilakukan dengan uji signifikansi parameter individual (uji t statistik) yang bertujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen serta variabel mana yang dominan mempengaruhi variabel dependen. Jika nilai t hitung adalah positif atau lebih besar dari t tabel berarti hipotesis diterima. Sebaliknya jika nilai t hitung lebih kecil dari t tabel maka hipotesis ditolak.

Selanjutnya dilakukan pengujian Koefisien Determinasi (R2) yang bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat (Kuncoro, 2003: 220). Nilai koefisien determinasi adalah diantara nol


(60)

dan satu (0 ≤ R2 ≤ 1). Nilai R2 yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksikan variasi variabel dependen, dan apabila nilai R2 semakin kecil mendekati nol, berarti variabel-variabel independen hampir tidak memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Menurut Ghozali (2009: 87), kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model.


(61)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskriptif Sampel Penelitian

Hasil survei dari 90 kuesioner yang dikirim kepada Pejabat eselon III dan IV pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota Tebing Tinggi 77 kuesioner yang kembali dan diolah dalam penelitian ini sehingga dalam penelitian ini memperoleh

respon rate sebesar 85,6%, hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Data Hasil Kuesioner

Keterangan Jumlah

Kuesioner yang dikirim 90

Kuesioner yang kembali 77

Kuesioner yang tidak kembali 13

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian 77

Tingkat pengembalian (respon rate) 85,6%

5.1.2. Deskriptif Statistik Data Penelitian

Dari hasil kuesioner yang kembali diperoleh gambaran mengenai variabel penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 5.2.


(1)

terhadap kinerja manajerial di lingkungan Pemerintah Kota Tebing Tinggi. Artinya penerapan karakteristik BGC harus secara keseluruhan tidak terpisah-pisah sehingga secara bersama-sama dengan keadilan prosedural dapat meningkatkan kinerja manajerial di lingkungan Pemko Tebing Tinggi.

6.2. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini memiliki banyak keterbatasan. Keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini adalah:

1. Peneliti menerapkan metode survei melalui kuesioner, sehingga peneliti tidak melakukan wawancara secara langsung. Hal ini menyebabkan kesimpulan yang diambil hanya berdasarkan data yang terkumpul melalui penggunaan instrumen tertulis. Salah persepsi terhadap pertanyaan penelitian bisa saja terjadi.

2. Sampel yang digunakan berjumlah 77 responden, sehingga kemungkinan banyak pendapat yang tidak terwakili.

3. Penelitian ini hanya menggunakan dua variabel bebas untuk menerangkan variasi variabel terikat. Hal ini dapat dilihat dengan kecilnya nilai adjusted R2 yang hanya sebesar 45,10%. Kecilnya nilai adjusted R2menunjukkan masih adanya variabel independen lainnya yang dapat mempengaruhi kinerja manajerial.


(2)

6.3. Saran

Terlepas dari keterbatasan yang dimiliki, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan dan justifikasi. Berikut ini beberapa saran dari peneliti berkaitan dengan keterbatasan antara lain:

1. Diharapkan peneliti berikutnya selain menerapkan metode survei melalui kuesioner juga melakukan wawancara secara acak sehingga salah persepsi terhadap pertanyaan dalam kuesioner dapat dihindari.

2. Menambah jumlah sampel penelitian sehingga hasil penelitian lebih dapat terwakili.

3. Sebaiknya penelitian selanjutnya menambahkan variabel komunikasi, goal commitment, komitmen organisasi sebagai variabel independen maupun variabel intervening, karena kinerja manajerial tidak hanya dapat diukur dengan budgetary goal characteristics dan keadilan prosedural saja.

Dengan tanpa mengabaikan berbagai keterbatasannya, penelitian ini telah menyajikan bukti empiris mengenai dampak persepsi pejabat eselon III dan IV pada Pemerintah Kota Tebing Tinggi mengenai budgetary goal characteristics, keadilan prosedural, dan kinerja manajerial. Hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan literatur penelitian. Dengan demikian, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan mendorong tercapainya budgetary goal characteristics dan keadilan prosedural secara optimal.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ahadiyat, Ayi. 2005. Ulasan Kritis terhadap Relatisasi di Tempat Kerja; Peranan Keadilan Distributif, Prosedural dan Interaksional. Kompak. Edisi Januari – April. hal. 89.

Bawono, Andi Dwi Bayu. 2009. Peran Budgetary Goal Characteristics sebagai Variabel Intervening dalam Hubungan antara Keadilan Prosedural dan Kinerja Manajerial (Studi pada Pejabat Eselon III dan IV pada Pemerintah Daerah se-Eks Karesidenan Surakarta). Tesis. Program Studi Magister Sains Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang.

Becker, s, dan Green, D. 1962. Budgeting and Employee Behaviour. Journal of Bussiness. Oktober. hal. 295-305.

Brownell, P. 1982. A Field Study Examination of Budgetary Participation and Locus of Control. The Accounting Review, Vol. LVII No. 4. Oktober.

Carrol, S.J, dan Tosi, H.L. 1970. Goal Characteristics and Personality Factors in a Management by Objectives Program. Administrative Science Quarterly. hal. 295-305.

Chong, V.K dan Kar Ming Chong. 2002. Budget Goal Commitmen and Informational Effects of Budget Participation on Performance: A Structural Equation Modeling Approach. Behavioral Research in Accounting. USA.

Early, P.C, dan Lind, E.a. 1987. Procedural Justice and Partisipation in Task Selection, The Role of Control in Mediating Justice. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 52. No. 6.

Erlina. 2008. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi 2. Penerbit USU Press. Medan.

Fatma, A. Lubis; Syahputra, Adi. 2008. Pedoman Penulisan Proposal dan Tesis. Program Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana USU. Medan.

Garrison, Ray H, dan Eric W. Noreen, 2000. Akuntansi Manajerial. Edisi I. Terjemahan Totok Budisantoso. Penerbit Salemba. Jakarta.


(4)

Ghozali, Imam. 2002. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 2. Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

________. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Hackman, J.R, dan Lawler, E.E. 1971. Employee Reactions to Job Characteristics. Journal of Applied Psychology. hal. 259-286.

Handoko, T Hani. 1996. Manajemen. BPFE. Yogyakarta.

Harefa, Kornelius. 2008. Anaslisis Pengaruh Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial dengan Komunikasi sebagai Variabel Moderating pada PT BNI Tbk Medan. Tesis. Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan.

Hasibuan, Melayu, S.P. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Cetakan Kedua. Bumi Aksara. Jakarta.

Hopwood, A. 1976. Control in Organization: Accounting and Human Behaviour. Engglewood Cliffs. Penerbit Prentice Hall.

Indriantoro, Nur. 2000. The Effect of Participative Budgeting on Job Performance and Job Satisfaction with Locus of Control and Cultural Dimensions as Moderating Variable. Dissertation.

Ivancevich, John. 1976. Effects of Goal Setting on Performance and Job Satisfaction. Journal of Applied Psychology. hal. 605-612.

Kanfer, R, Sawyer, J., Earley, P.C. dan Lind, E.A. 1987. Participation in Task Evaluation Procedures: The Effects of Influential Opinion Expession and Knowledge of Evaluation Criteria on Attitudes and Performance. Social Justice Research. hal. 1.

Kenis, I. 1979. Effects of Budgetary Goal Characteristics on Managerial Attitudes and Performance. The Accounting Review. hal. 707-721.

Kuncoro, Mudrajat. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perekonomian, Strategi dan Peluang. Airlangga. Jakarta.

Kurnia, Ratnawati. 2004. Pengaruh Budgetary Goal Characteristics terhadap Kinerja Manajerial dengan Budaya Paternalistik dan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderating. Simposium Nasional Akuntansi VII. Bali.


(5)

Lau, C.M, dan Lim, E.W. 2002. The Intervening Effects of Partisipation on the Relationship Between Prosedural Justice and Managerial Performance. British Accounting Review. hal. 34.

Leventhal, G.S. 1980. What Should be Done with Equity Theory? In Social Exchange: Advances in Theory and Research. Edited by K. J. Gergen, M.S. Greenberg, and R.h. Willis. Penerbit Plenum Press. New York.

Lind, E.S., and Tyler, T.R. 1988. The Social Psychology of Procedural Justice. Plenum Press. New York.

Locke, E. A, 1968. Toward A Theory of Task Motivation and Incentives, Organizational Behaviour and Human Performance. hal. 68-106.

Mahoney, T. A, Jerdee, T.H, dan Caroll, S.J. 1965. Development of Managerial Performance: A Research Approach. Penerbit South Western Publishing. Cincinnati.

Maisyarah, Renny. 2008. Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial dengan Komunikasi dan Komitmen sebagai Variabel Moderating pada PDAM Provinsi Sumatera Utara. Tesis. Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan.

Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Pertama. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Penerbit Andi. Yogyakarta.

MC Farlin, D.B, dan Sweeney, P.d. 1992. Distributive and Procedural Justice as Predictors of Satisfaction with Personal and Organizational Outcomes. Academy of Management Journal. hal. 626-637.

Milani, Ken. 1975. The Relationship of Participation in Budget Setting to Industrial Supervisor Performance and Attitudes, A Field Study. The Accounting Review. hal. 274-284.

Mulyadi. 1999. Total Quality Management. Edisi I. Penerbit Aditya Media. Yogyakarta.


(6)

Munawar. 2006. Pengaruh Karakteristik Tujuan Anggaran terhadap Prilaku, Sikap dan Kinerja Aparat Pemerintah Daerah di Kabupaten Kupang. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang.

Murray, Denis. 1990. The Performance Effects of Participatice Budgeting, An Integration on Intervening & Moderating Variables. Behaviour Research in Accounting. Vol. 2.

Murthi, Ida Ayu Mas May dan Sujana, I Ketut. 2008. Pengaruh Budgetary Goal Characteristics terhadap Kinerja Manajerial pada Rumah Sakit Pemerintah di Kota Denpasar. Skripsi. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Bali.

Muslimah, S. 1998. Dampak Gaya Kepemimpinan, Ketidakpastian Lingkungan dan Informasi Job Relevant terhadap Perceived Usefulness Sistem Penganggaran. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 1, No. 2.

Nugroho, Bhuono Agung. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Edisi I. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri dalam

Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Ramandei, Pilipus. 2009. Pengaruh Karakteristik Sasaran Anggaran dan Sistem Pengendalian Intern terhadap Kinerja Manajerial Aparat Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Jaya Pura). Tesis. Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang.

Santoso, Singgih. 2001. SPSS Statistik Parametrik. Elex Media Komputindo. Jakarta. Saunder, MNK, Thornhill, A, dan Lewis P. 2002. Understanding Employees Reaction

to The Management of Change: An Exploration Through an Organizational Justice Frame Work. Irish Journal of Management.

Steers, R.M. 1975. Task Goal Attributes, Achievement, and Supervisory Performance, Organizational Behaviour and Human Performance. hal. 392-403.

Supomo, Bambang dan Indriantoro, Nur. 1998. Pengaruh Struktur dan Budaya Organisasional terhadap Keefektifan Anggaran Partisipatif dalam


Dokumen yang terkait

PENGARUH BUDGETARY GOAL CHARACTERISTICS TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA SE-PROVINSI LAMPUNG

0 11 64

PENGARUH BUDGETARY GOAL CHARACTERISTICS TERHADAP KINERJA MANAJERIAL RUMAH SAKIT PEMERINTAH DAERAH DI PROVINSI LAMPUNG

2 35 62

PENGARUH BUDGETARY GOAL CHARACTERISTICS DALAM HUBUNGAN ANTARA KEADILAN PROSEDURAL DENGAN KINERJA MANAJERIAL DAN KEPUASAN KERJA

0 4 72

KEADILAN PROSEDURAL DALAM HUBUNGAN ANTARA BUDGETARY GOAL CHARACTERISTICS DAN KINERJA MANAJERIAL PEJABAT PEMERINTAH

0 3 11

PENDAHULUAN PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, GOAL COMMITMENT, DAN KEADILAN PROSEDURAL TERHADAP KINERJA MANAJERIAL.

0 4 9

PENUTUP PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, GOAL COMMITMENT, DAN KEADILAN PROSEDURAL TERHADAP KINERJA MANAJERIAL.

0 2 26

PENGARUH EVALUASI ANGGARAN DAN KEADILAN PROSEDURAL TERHADAP KINERJA MANAJERIAL (Studi Empiris pada pejabat eselon III dan IV di Pemerintah Kabupaten Sukoharjo).

0 2 9

PERAN ANGGARAN PARTISIPATIF SEBAGAI VARIABEL INTERVENING DALAM HUBUNGAN ANTARA KEADILAN PROSEDURAL DAN KINERJA MANAJERIAL (Studi pada Pejabat Eselon III dan IV pada Pemerintah Daerah se-Eks Karesidenan Surakarta ).

0 0 10

PENGARUH BUDGETARY GOAL CHARACTERISTICS TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PENGARUH BUDGETARY GOAL CHARACTERISTICS TERHADAP KINERJA MANAJERIAL ( Studi Empiris Pada Perguruan Tinggi Swasta Di Surakarta).

0 1 12

PENDAHULUAN PENGARUH BUDGETARY GOAL CHARACTERISTICS TERHADAP KINERJA MANAJERIAL ( Studi Empiris Pada Perguruan Tinggi Swasta Di Surakarta).

0 0 5