43
penelitian yang berbeda maka keunggulan tersebut belum tentu menjadi tepat diberikan kepada subjek penelitian. Dengan demikian dapat
disimpulkan kekurangan penedektan kontekstual adalah 1 Memerlukan waktu yang cukup lama dalampembelajaran ini
karena mengkaitakan materi dengan tema. 2 Dapat terjadi keadaan kelas yang kurang kondusif.
D. Penelitian yang Relevan
1. Dika Arif
Chrisnawan 2014
dengan judul
skripsi “Pengaruh
Pendekatan Kontekstual Berbasis Outing Class Terhadapa Pemahaman Kosa Kata Bahasa Inggris Pada Sisw kelas III di SD Gajahan
Karanganyar Tahun Ajaran 2013-2014”. Hasilnya dengan pembelajaran kontekstual melalui pembelajaran dengan setting pembelajarann di luar
dan di dalam kelas, pengaruh peningkatan perbrndaharaan kata anak menjadi meningkat dengan signifikan. Hal tersebut dibuktikan dengan
bertambahnya perbedaharaan kata pada anak. 2. Ngesti Winahyu Arum 2015 dengan judul skripsi “Peningkatan
Keterampilan Menulis Kalimat Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Anak Tunarungu Kelas V Di Sekolah Luar Biasa Wiyata Dharma 4
Godean”. Hasil dari penelitian tersebut menujukan bahwa pendekatan kontekstual
dengan melalui
identifikasi benda-benda
yang ada
dilingkungan sekitar dapat meningkatka kosa kata anak tunarungu, selanjutnya anak mampu menggunakan kosa kata tersebut untuk
44
membuat kalimat sederhana. Peningkatan kemampuan subjek sebesar 25, dan 27,5.
E. Kerangka Pikir
Keterbatasan anak tunarungu adalah pada hambatan kemampuan mendengar. Anak tunarungu kesulitan untuk menerima rangsangan dari
auditori karena adanya kerusakan organ pendengaran. Karena adanya hal tersebut maka informasi atau suara tidak dapat tersampaikan secara
sempurna kepada anak melalui sesonsri auditif. Dengan demikian hal tersebut akan berdampak pada kemampuan berkomunikasi sehingga ia
kesulitan mendapat informasi dari sekitarnya. Hambatan dalam organ pendengaran anak tunarungu akan menghambat
kemampuan berbahasa anak. Anak akan mengalami keterhambatan bahasa karena kehilanagn fase meniru dari rangsangan pendengaran akibtanya anak
akan mengalami kekurangan kosa kata. Kekayaan kata anak tunarungu sangat sedikit, karena anak terhambat kemampuan mendengarnya. Kesulitan
berbicara tersebut dikerenakan anak memiliki hambatan dalam penguasaan kosakata. Miskinnya kekayaan kosakata anak tunarungu dikarenakan anak
kehilangan sesori auditif. Anak tidak dapat menerima rangsangan melalui sensori auditif sehingga anak kehilangan fase perkembangan dalam
meraban. Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang
mengkaitkan materi belajar dengan dunia nyata. Pendekatan ini diharapkan dapat membantu peningkatan kekayaan kata anak tunarungu. Pendekatan
45
kontekstual memiliki keunggualan yaitu mengkaitan pembelajaran dengan hal-hal nyata. Sehingga pembelajaran berdasar sesuatu yang dialami oleh
anak atau belajar dari hal nyata secara langsung. Selain itu juga dalam pendekatan kontekstual hasil belajar anak bukan hanya sekedar mengingat
tetapi meyakini. Keunggulan pendekatan kontekstual adalah siswa mampu belajat
didalam lingkungan secara langsung atau bedasar kejadian yang telah dialami. Siswa mampu mengingat dengan sesuatu yang telah diamati secara
langsung, kemampuan bertanya juga dapat meningkatkan pemahaman anak terhadap pembelajaran yang dilakukan. dengan benda-benda nyata dan
Penerapan pendekatan kontekstual berdasarkan materi belajar dan hasil dari fakta-fakta yang telah dilihat atau dialami oleh anak. Pembelajaran ini
mengkaitan pengalaman- pengalaman anak didalam lingkungan sekolah atau rumah. Anak diminta mengingat benda-benda atau hal-hal yang dialami
kemudian dikaitkan dengan pembelajaran kata. Selanjutnya anak diminta untuk mengungkapkan hasil yang telah difikiran oleh anak melalui ucapan
atau diungkapan kepada teman berdiskusi atau dengan guru. Selanjutnya anak diminta untuk menuliskan kata dari beberapa hal yang telah ia alami
dan diamati dalam tahap berfikir atau mengingat sesuatu. Dengan penerapan pendekaan kontekstual diharapkan perbendarahaan
kata anak tunarungu akan meningkat. Anak akan belajar dari hal-hal nyata disekitarnya sehingga anak akan memahami kata yang akan diucapkannya.
46
F. Hipotesis Tindakan