ketiga partisipan, diketahui juga bahwa dukungan yang diberikan oleh keluarga dapat dilihat dari beberapa faktor lain yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor yang dimaksud adalah jenis permasalahan yang dihadapi, usia tahap perkembangan penderita,
dan gejala yang ditunjukkan penderita. Berikut akan dijelaskan berbagai macam dukungan yang diberikan keluarga kepada
penderita skizofrenia pasca perawatan, serta motivasi dan faktor yang mempengaruhi pemberian dukungan tersebut.
a. Dukungan Emosional
Dukungan emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan
House, dalam Smet 1994. Selain itu Weiss dalam Cutrona, 1994, menambahkan aspek lain dalam dukungan emosional,
yang meliputi kelekatan emosional yang ditunjukkan melalui ekspresi dari kasih sayang serta memberikan rasa aman kepada
penerima dukungan. Aspek dukungan sosial secara emosional ini sama-sama
ditunjukkan oleh ketiga partisipan. Namun, letak perbedaan dalam hal pemberian dukungan ini adalah bentuk dukungan
nyata yang diterapkan oleh masing-masing partisipan dan keluarganya bagi penderita. Bentuk dukungan emosional dari
masing-masing partisipan dan keluarga dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3. Bentuk dukungan emosional yang diberikan partisipan dan keluarga kepada anggota keluarga penderita skizofrenia pasca perawatan
Bentuk Dukungan Emosional yang Diberikan
P1 Adanya rasa empati partisipan terhadap penderita. Perasaan
empati ini cenderung karena kasihan melihat kondisi penderita yang memiliki banyak keterbatasan. Partisipan mencoba untuk
mengajak penderita beribadah ke mesjid, untuk membekali penderita dalam kehidupan religiusitasnya, dengan harapan
Tuhan dapat memampukan penderita mengatasi keterbatasan yang dimilikinya.
P2 Pemenuhan keinginan penderita untuk bertemu dengan
cucunya. Hal ini dilakukan oleh partisipan untuk membuat penderita merasa senang dan merasa dekat dengan anggota
keluarganya, khususnya cucu-cucu penderita. Dalam hal ini partisipan berusaha memfasilitasi pertemuan antara penderita
dan keluarga besarnya sebulan atau dua bulan sekali. Inisiatif partisipan tersebut, bertujuan untuk menumbuhkan hubungan
kedekatan antara penderita dan keluarga, sehingga penderita merasa senang karena diperhatikan oleh keluarga besarnya.
Selain itu, partisipan juga menyediakan waktu untuk mendengar setiap cerita atau keluhan penderita terkait apa yang sedang
dirasakan oleh penderita.
P3 Kebiasaan menghadapi kondisi penderita yang kambuh secara
bersama-sama dalam keluarga partisipan, menunjukkan kedekatan antara anggota dalam keluarga. Perasaan empati
terhadap kondisi penderita ini yang membuat keluarga partisipan sering berkumpul bersama untuk saling mendoakan,
membaca Alkitab dan memberikan nasehat satu dengan yang lainnya, termasuk ketika menemani saat penderita mengalami
kekambuhan dan kesulitan untuk tidur.
b. Dukungan Penghargaan