Analisis verbatim PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 1. Persiapan penelitian

membantu BB, partisipan hanya mengeluh karena merasa jemu dengan sikap BB yang tidak juga berubah. Hal ini dikatakannya sambil menggelengkan kepala dan sesekali menarik napas panjang. Setelah cukup banyak bertanya, peneliti memutuskan untuk mengakhiri wawancara pada sore itu, karena menimbang kondisi DJ yang tidak begitu aktif dalam menjawab pertanyaan seperti wawancara-wawancara sebelumnya. Peneliti menduga hal ini dikarenakan DJ masih merasa lelah karena baru saja kembali bekerja dari ladang.

3. Analisis verbatim

Analisis verbatim P1W1 Makna Verbatim Marah sebagai emosi yang menonjol pada saat kambuh. Ya, pertama dulu sering marah. P1W1 28 Kambuhnya yah marah- marah. P1W1 42 Cara untuk bisa membawa penderita berobat adalah dengan membohongi dan merayu penderita Tapi kalo saya antar ke sana ditipu kok. Kalo apa adanya gak mau. Jadi harus dibujuk rayu baru mau P1W1 42- 44 Ibu berperan dalam memberikan dukungan ke Oh biasa ibu. Kalo ke rumah sakit tidak dibujuk ibu, tidak penderita untuk pergi ke rumah sakit. mau. Kalo ke solo itu, ibunya yang merayu. Tapi kalo udah agak sehat ke sana biasa dengan saya. P1W1 48-49 Ciri yang ditunjukkan oleh penderita ketika keadaannya membaik adalah mau diajak ke RSJ dengan menggunakan sepeda motor. Tapi kalo udah agak sehat ke sana biasa dengan saya. Kalo pas keadaannya baik, naik sepeda motor itu berani kemana-mana itu. Pas keadaannya agak normal P1W1 50-52 Ciri lain yang penderita ketika kondisinya membaik adalah nafsu makan yang besar dan emosi gembira yang ditunjukkan, sedangkan dalam kondisi kambuh, penderita terlihat sedih. Pokoknya kalo jajannya banyak, kalo makannya banyak itu agak normal. Yah makannya banyak, ada orang odong-odong datang itu jajan gembira. Tapi kalo gak kelihatannya sedih. P1W1 54-58 Aktivitas yang dilakukan oleh penderita ketika penderita dalam kondisi yang tidak kambuh. Ya anu, nyapu, kulaan dagangan, kulaan bensin mau kok. Kulaan itu senang tapi setelah kulaan, yah jajan, beli es, ya kesenangannya itu memang P1W1 61-63 Partisipan dan istrinya membiayai perawatan anaknya. Yah saya yang biayai perawatannya sama ibu. Disini sudah ringan kok, anu periksanya 50ribu. Obatnya yah ringan, 150 rata-rata P1W1 65-69 Keaktifan dalam bekerja pada penderita dalam kondisi yang sedang tidak kambuh berdampak pada sedikitnya jumlah obat yang harus dikonsumsi. Yah, jatah satu bulan bisa untuk dua bulan. Soalnya kalo dia mau kerja siang, malam tidak perlu makan obat. Nanti udah tidur sendiri kok. Otomatis itu. Tapi kalo siangnya itu kerja tidak banyak, obatnya yang banyak gitu. Intinya, kalo kerjanya banyak, obatnya dikit, biayanya ringan. Hanya makannya juga banyak. P1W1 73-78 Partisipan berperan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari penderita. Iya, saya yang layani, yang ngontrol kebutuhannya. Uangnya ambil sendiri di warung sambil tertawa P1W1 80-82 Penderita diberikan Ya, sudah ditentukan, pengarahan dan dilibatkan dalam melakukan kegiatan berdagang namun hal tersebut tetap dikontrol oleh P. termasuk caranya kulaan. Pembeliannya sekian, jualnya sekian. Disitu sudah saya tulis, saya beritahu juga untuk mengecek jujur tidaknya. P1W1 86-88 Partisipan berperan dalam mengontrol konsumsi obat penderita, karena penderita tidak mampu mandiri dalam mengatur jadwal untuk minum obat. Iya, kalo untuk minum obat, saya kontrol terus obatnya. P1W1 94. Yah kalo tidak dikontrol, seenaknya sendiri. Kecuali makan, lauk pauknya tidak usah dikontrol. sambil tertawa. P1W1 99-100 Ibu mempunyai keterbatasan waktu dalam mengurus penderita. Kalau ibu tidak, gak sempat, harus masak, cuci, apalagi mertua saya disini, ngurusi orang tua. P1W1 96-97 P berendapat bahwa beban kuliah yang berat menjadi salah satu penyebab munculnya penyakit. Cita-citanya dulu teknik kimia, tapi tidak kuat. Setelah itu disuruh istirahat dulu 2 tahun tidak mau. Ikutan teman, tapi tidak ngukur kemampuannya sendiri. P1W1 105-107 P mengarahkan penderita Keinginannya terlalu tinggi, memilih jurusan yang sesuai kemampuan penderita, namun penderita mengabaikan arahan tersebut. tapi diarahkan angel. Kimia tidak kuat kemudian diarahkan oleh kiai dari adiknya ibu supaya istirahat 2 tahun, tidak mau kok P1W1 107-109 P bermaksud melibatkan penderita untuk beraktivitas, namun penderita tidak memiliki minat untuk melakukan kegiatan tersebut. Tidak mau ikut kegiatan apapun dia P1W1 111. Yah, kalo saya ke ladang saya ajak tapi dia tidak mau P1W1 116 P merasa jenuh dalam menyarankan penderita untuk melakukan aktivitas. Oh nyaranin ikut kegiatan ini itu, sampai jemu. P1W1 114 P tidak memaksa penderita untuk melakukan kegiatan untuk menghindari konflik yang dapat terjadi. Oh kalo dipaksa malah anu repot. Mau yah ikut, tidak mau yah ga ikut P1W1 122- 123 Kekhawatiran P terhadap penderita ketika penderita berpergian, membuat P memberikan arahan Oh diberitahu, jalan belakang, kalo lewat jalan besar gak mau kok. Gak berani. Soalnya waktu di mengenai jalan yang dapat dilewati. Semarang simnya diambil polisi. P1W1 134-136 Pengalaman penderita yang pernah melanggar peraturan lalulintas karena jalan pemikirannya yang kurang rasional. Pikirannya udah goyang, ada lampu merah nekat kok. Kalo sekarang udah mulai normal P1W1 136-137 Dalam kondisi yang membaik tidak kambuh, penderita mampu melakukan aktivitas berdagang. Yah iya, kulaan dagangan itu bisa. Tapi kalo udah agak normal P1W1 139 Keluarga memberikan pengarahan dan mendorong penderita untuk beraktifitas atau melakukan suatu pekerjaan di rumah pada saat penderita dalam kondisi baik. Yah nyatat, kalo ada yang beli terus utang, ditulis semua. Kalo dia lagi pikirannya normal, saya suruh ke toko, kulaan dagangan, tapi kalo gak yah gak. Biasanya saya juga sarankan nyapu, terutama ibunya. Kalo gak gitu yah gak mau. Gak mau bangun kalo gak dibangunin P1W1 145-149 P merupakan sosok yang ditakuti oleh penderita. Yah, saya bilang, dia agak takut kalo dengan saya P1W1 151 P menasehati penderita dengan menunjukkan kemarahan, namun hal ini dibatasi agar tidak terjadi konflik yang besar antara keduanya. Oh pernah marah banget saya waktu dulu. Yah saya batasi marahnya makanya, supaya nanti tidak ada dendam. Ya toh, soalnya pikirannya udah terganggu. P1W1 153-156 Penghargaan yang diberikan oleh keluarga jika penderita melakukan hal yang baik. Misalnya kalo kerjaannya baik yah diberi hadiah, kayak permen dan sebagainya. P1W1 168-169 Pemberian nasehat dengan tidak menunjukkan sikap marah karena menghindari konflik yang akan menyusahkan P dan keluarga. Kalo dimarahin malah repot nanti. Lah kadang-kadang saya ajak kemana gitu juga ikut. Kadang gak juga P1W1 169-170 Keluarga mendorong penderita untuk meniru hal yang baik dari anggota keluarga lain. Yah itu kasih contoh keluarga sendiri, dibilangin biar lihat kakaknya yang berhasil, adiknya juga sudah bekerja. P1W1 173-174 Analisis verbatim P1W2 Makna Verbatim Keluarga mengarahkan penderita untuk berhenti sekolah sementara waktu, namun penderita mengabaikan arahan tersebut. Dia sakit, terus disuruh istirahat dulu, nda mau. Terus keluar, sekolah lagi katanya saudaranya di semarang, disuruh istirahat 2 tahun dulu, tidak boleh sekolah dulu biar pikirannya tenang. Dia tidak mau, kemudian beberapa bulan ikut itu, aduh namanya apa. Masuk perguruan tinggi namanya apa itu loh P1W2 7-11 Nasehat untuk beristirahat setelah pasca perawatan dari keluarga diabaikan oleh penderita yang ingin mengaktualisasikan dirinya dalam dunia pendidikan. Iya sakit, disuruh istirahat tidak mau, terus beberapa bulan melu testing lagi ke perguruan tinggi negeri P1W2 16-17 Pemikiran yang sering berubah-ubah atau tidak konsisten serta kebingungan menjadi Ya anu, sering bingung itu loh. Pokoknya pemikirannya berubah- ubah. P1W2 25-27 gejala yang ditunjukkan penderita Keadaan dan kegiatan penderita pada saat di salah satu RSJ di Solo 2 kali yah, di opname. Di solo itu yah dicampur itu sama orang seng anak yang tidak sekolah, yang sekolah sd, smp, sma, perguruan tinggi dicampur. disana itu tidak dilatih, dibiarke tidur, repot toh P1W2 36-40 Perawatan di rumah sakit dipilih keluarga sebagai cara untuk memulihkan penderita yang sering menunjukkan gejala bingung di rumah. Rawat jalan dulu di rumah. Udah di rumah jadi bingung, akhirnya diopname sampai kira- kira 2 bulan P1W2 47- 48 Ada penanganan yang lebih baik yang diberikan oleh salah satu psikiater. Kalo dengan bu A iya, perbedaannya banyak. Kalo bu A itu misalnya cara menangani dan memberi perhatian ke orang sakit itu P1W2 52- 54 Penderita mencoba mengaktualisasikan Bar loro, durung di opname trus ada buka dirinya dengan berusaha melanjutkan studi serta mengikuti pengajaran- pengajaran agama, namun penderita tidak mampu untuk melanjutkan pilihannya tersebut. pendaftaran, dia tes, masuk. Setelah itu sekolah fkip, kemudian ikutan pengajian juga yang aliran keras. Terus ga kuat ajarannya, ga kuat sekolahnya, yah jadi bingung toh. Sarafnya itu udah renggang P1W2 59- 63 P membandingkan kebiasaan anak-anaknya di rumah, dan salah satu kebiasaan penderita sendiri sebelum sakit yaitu menghindari kegiatan- kegiatan di luar rumah. Lah anak yang nomor 1 itu kuat yang terakhir ya kuat kok, hanya yang nomor 2 ini yang ga kuat. Soalnya mereka itu ikutan kegiatan apa-apa. Ikut karate, hanya BB yang ga mau ikut apa-apa, ga mau kerja apa-apa, jadinya kayak gitu. P1W2 64-68 Penerapan pola asuh yang berbeda oleh P terhadap adik penderita anak P yang ketiga setelah melihat kondisi penderita yang menderita gangguan Berhubung anak saya yang nomor dua kayak begitu, jadi anak saya yang nomor 3 itu saya suruh ukur kemampuannya kalo jiwa. sekolah, jangan ikutan konconya. Terus aku ajak kulaan, ke pasar. Saya latih biar ga malu kayak kakaknya ini. Sejak dulu kan ga ada kerjaan P1W2 68-72 Biaya pengobatan yang mahal menjadi salah satu masalah yang dialami keluarga dalam merawat penderita di rumah. Iya balik Solo, tapi obatnya mahal. Di sana itu 1 minggu habisnya 2 juta loh. Iya, mahal itu di Solo. Tiap bulan yah rawat jalan yah mahal banget itu. Obatnya itu dulu pertama habisnya 30 ribu, jaman dulukan itu mahal. Sekitar tahun 91 itu. Berat kok ongkosnya itu P1W2 85-93 P mencari informasi mengenai psikiater yang dapat menangani perawatan anaknya. Dulu anu, disitu ada yang sering berobat ke sana. Jadi mereka memberi tahu toh. Ya, ketemu bu A psikiater P1W2 99-102 Ada perubahan perilaku penderita ke arah yang Oh ga diopname, hanya obat jalan saja. Iya, lebih baik soalnya sekarang udah mau disuruh. Dulukan ga mau P1W2 106-107 Pemberian saran oleh psikiater kepada keluarga terkait konsumsi obat penderita. Iya sebulan. Tapi bu A pernah berkata kalo waktu siang banyak bekerja, obat tidurnya tidak usah di anu tidak usah diminum. Jadi kalo siangnya sudah kerja sudah rajin bekerja tidak perlu dikasih obat. P1W2 110-113 Partisipankeluarga melibatkan penderita untuk melakukan pekerjaan rumah sehari- hari. Ya belum, setelah saya bilang baru lakukan. Buang sampah, kalo saya suruh saja. Ya jaga warung. Kalo dia jaga dibayar pake uang 50an, masih bingung balikin. Dia itu ga mau terima uang yang sobek, yang jelek, yah ada baiknya juga sih P1W2 128-130 Pemberian obat, melibatkan penderita untuk beraktifitas dan Ya anu, disuruh bekerja itu menurut kemampuannya sendiri. memberikan pengarahan sebagai salah satu cara yang digunakan dalam menangani penderita. Seperti buang sampah itu. P1W2 134-135 Pemberian obat menjadi pilihan yang diambil P bagi penderita daripada menasehati, karena menghindari konflik yang akan menyusahkan P dan keluarga. Tapi saya juga beri obat setelah itu tidur dia. Kalo diomongin yah angel itu. Jadi saya kasih obat saja diberitahu susah, kalo dibilangin malah repot. P1W2 135-137 Psikiater memberi pengaruh baik dalam pemulihan penderita. Mau, sudah diberitahu sama bu A kok. Jadi pengaruhnya bu A itu baik terhadap orang sakit itu. P1W2 142-143 Berbicara sendiri, kecenderungan untuk mudah marah, dan pemikiran yang terganggu merupakan perilaku yang ditunjukkan oleh penderita. Ga, paling hanya ngomong-ngomong sendiri aja. Kalo marah sudah jarang itu. Kalo sudah gitu dikasih obat saja supaya ga marah. Kalo diberitahu yah ga masuk kok ke pikirannya. Diberitahu pikirannya sudah tidak menerima. P1W2 150-153 Ada perasaan sedih dan bingung yang dialami oleh keluarga penderita. Oh iya, sedih. ini sudah jatah. Jatah dari Tuhan sambil tertawa sudah jatah dari Tuhan ini. yah kadang mumet saya. P1W2 161-162 Pemberian nasehat dan obat oleh P kepada penderita ketika penderita mulai kambuh. Yah diberitahu toh dengan kata-kata lunak, terus diobatin tadi udah. Ya kasih tau ini obatnya dari bu A, harus diminum P1W2 165-168 P melibatkan anggota lain untuk mendukung pemulihan penderita dengan memberikan pekerjaan sesuai dengan kemampuannya. Biasanya saya libatkan adeknya atau kakaknya, gitu aja. Dulu dikasih kerja sedapatnya. P1W2 178-179 P mengalihkan kemarahan penderita ke aktivitas yang dapat dilakukannya, namun perhatian dan minat dalam mengerjakan aktivitas tersebut cepat beralih. Oh dulu iya, marah tapi saya beritahu yang lunak- lunak. Misalnya kalo ada kesempatan saya alihkan untuk mengerjakan hal lain. Seperti mengetik sesuatu, pakai mesin ketik. Tapi baru beberapa hari udah ogah kok. Udah gak mau ngetik lagi pakai mesin ketik itu P1W2 185-190 Aktivitas penderita saat membaik di rumah tetap dikontrol P, sehingga penderita tetap konsisten terhadap pekerjaan yang telah dipercayakan kepadanya. Yah anu, di rumah itu, kulaan dagangan pakai sepeda motor. Yah kulaan dagangan yang lain, yah pekerjaan rumah, yah nyapu, tapi kalo gag diperintah yah gag mau. Kalo gag dikasih tahu yah tidur lagi. Iya, lah tugasnya menutup pintu warung kalo udah malam, yah kalo tidak diperintah yah di kamar terus. Lebih banyak di kamar dia P1W2 197-205 Salah satu kehilangan minat penderita untuk bekerja, menurut P adalah karena kurangnya keterlibatan penderita dalam kegiatan-kegiatan Lah ini karna di Solo ga diberi ladang kerja jadi tidur makan, tidur mandi. Keterusan sampai rumah P1W2 205-206 pada saat penderita menjalani perawatan di RSJ. Ketakutan P akan terjadinya suatu masalah atau konflik ketika penderita keluar rumah terlalu lama. Saya yah takut, pikirnya dia diapakan orang, ternyata mampir tempatnya teman sambil tertawa. Lah pakai motor tidak bawa surat itu loh kalo ketangkap yah repot saya P1W2 210-213 Adanya upaya untuk tetap sabar yang dimiliki oleh keluarga dalam mendukung pemulihan penderita. Yah diberi tahu lagi, habis gimana lagi, hanya bisa beritahu dia. Kalo ga sabar yah susah sendiri sambil tertawa gitu. Apalagi dia sakit jiwa toh. P1W2 219-221 Penderita mengalami penurunan daya ingat. Oh sering, lebih banyak lupanya, jadi harus diingatin. Dari 10 kali yah yang tidak lupa satu kali sambil tertawa. Ingatannya udah agak turun itu. P1W2 226-228 P merasa tugas dan Iya toh, tugas orang tua tanggung jawabnya sebagai orang tua berat. seperti itu yah berat P1W2 230 P mencoba memfasilitasi penderita yang memiliki keinginan untuk kembali bersekolah, dengan tetap mengarahkan pemilihan jurusan yang lebih mudah daripada teknik. Yah saya tahu dia pengen sekolah lagi tapi sudah terlanjur putus syarafnya yah repot. Saya tuh suruh yang rendah dulu jangan yang tinggi-tinggi kayak teknik itu kan repot P1W2 233-235 Usaha partisipankeluarga untuk terus memberikan saran dan pengarahan kepada penderita. Saya menyarankan hampir tiap hari tapi tidak masuk sini kok sambil menunjuk ke kepala. Kadang saya beri saran 10 kali, hanya 1 kali yang masuk disini menunjuk ke kepala P1W2 249- 251 Perasaan sedih dialami oleh keluarga penderita, karena harus menerima keadaan atau nasibnya. Yah sedih, mau gimana lagi. Sudah jatahnya yah. P1W2 254 Kondisi penderita terlihat membaik dalam hal menangkap informasi Yah komunikasi tetap sering itu, tapi sukar menangkap. Ini udah agak yang diberikan oleh P baik. Sekarang udah agak mudeng. Udah agak mudah dibilangin. Dulu angel kok P1W2 273- 275 Ada dorongan dari keluarga bagi penderita untuk melakukan pekerjaan demi pemulihan penderita. Yah saran untuk banyak kerja, sehingga penyakitnya berkurang. Terus obatnya berkurang. Iya, sering saya lakukan, saya suruh BB kerja toh. Tapi kalo ke ladang, gak mau. Yang disenangi aja dilakukannya. P1W2 281-285 P dan penderita jarang melakukan komunikasi, jika tidak begitu penting hal yang ingin dibicarakan. Aduh, jarang itu ngobrol, tidak pernah. Seperlunya aja P1W2 297 Kesulitan P dalam memberikan saran kepada penderita karena kesulitan penderita dalam menerima saran-saran tersebut. Yah sesekali aja. Kalo saya ngomong 10 kali yang diterima 1 tok P1W2 302 Penderita mengalami Iya toh, diberi tahu besok penurunan daya ingat udah lupa misalnya menutup pintu, kalo tidak diberitahu yah sampai malam tidak ditutup. Iya toh, dia itu tidak berubah, pikirannya tidak menerima kalo dibilangin P1W2 307-310 Penderita hanya melakukan hal yang diminati. Iya, sering saya lakukan, saya suruh BB kerja toh. Tapi kalo ke ladang, gak mau. Yang disenangi aja dilakukannya. P1W2 312-314 Partisipan menyadari perbedaan antara anaknya yang menderita sakit dan anaknya yang lain. Kalo anak saya pikiran lancar jadi tidak perlu diberitahu, kalo yang ini kan diberitahu tapi gak mau denger, malah baca koran terus kerjaannya, kalo yang nomor 1 yah rajin, kalo yang kecil juga ranking 1 terus kok. Ini yang nomor 2 lebih istimewa, jadi agak diatur P1W2 314-318 Upaya P dalam memberikan reward kepada penderita agar penderita termotivasi dalam mencari pekerjaan yang sesuai kemampuannya. Ya saya tetap beritahu, tapi dengan kalimat yang lunak-lunak. Misalnya besok kalo udah punya anu kalo kerjaannya sudah baik ajak piknik misalnya, ke tempat siapa saya ajak P1W2 323-326 Penurunan daya ingat membuat penderita sulit bertanggung jawab terhadap suatu hal. Yah iya, tapi menerima saja. Biasa baru dikasih tau seketika udah lupa. Semisal dirumah piring udah bersih, terus dipakai, kalo tidak dibilang yah tidak dicuci kok P1W2 343-345 P merasa jenuh dan kesulitan dalam memberikan nasehat dan petunjuk karena keterbatasan kemampuan kognitif penderita dalam menerima informasi dan memberikan respons yang tepat. Yah, udah dibilang sampai jemu sendiri. Diberitahu sekarang nanti udah lupa kok. Yah repotlah. Disini kan sambil tunjuk kepala ingatannya udah tidak sampai. Katanya bu A kalo disini sudah tidak sampai, tidak baik kok. Ditanya A sering jawab B. Kemana, misalnya ke utara jawabnya ke selatan. Misalnya begitu. Kerjaannya apa? Belum bekerja tapi katanya udah bekerja. kalo ditanya udah urut yah baik, tapi kadang-kadang tidak urut. P1W2 348-355 Penderita hanya melakukan pekerjaan yang dikehendakinya. Ya iya, kalo tidak sesuai keinginannya tidak mau. Umpama disuruh kasih makan burung itu, nda mau. Bukan kehendaknya sendiri P1W2 348-355 Adanya perubahan perlakuan terhadap penderita oleh salah satu anggota keluarga anak ketiga P setelah memahami kondisi penderita Oh ya dulu, sekarang udah tidak pernah. Sebelum Yusuf bekerja itu yah sering marah. Yah itu kan belum tau kalau masalah itu begini-begini. Setelah Yusuf sudah saya beritahu, terus dia juga udah mulai bekerja, setelah itu mulai berubah pikirannya. Tidak menghiraukan. Malah sekarang kalo punya oleh- oleh malah diletakkan dimeja, BB minta yah dia iya aja P1W2 368-375 Analisis verbatim P1W3 Makna Verbatim Peran psikiater yang baik membuat frekuensi emosi marah penderita berkurang Yah waktu belum ke bu A yah iya marah-marah, sekarang udah gak P1W3 10-11 Upaya yang dilakukan P adalah membawa penderita ke RSJ ketika menunjukkan gejala bingung, namun hal tersebut melibatkan peran ibu dalam merayu penderita untuk mau pergi berobat. Iya, saya bawa ke Solo itu, karena bingung terus. Tapi dia gak mau, jadi diberi nasehat oleh ibunya baru mau dia. Yah terus pake motor ke sana. Kadang pakai bis P1W3 19-21 P menyadari perlakuan terhadap anaknya dengan memukul kurang tepat, sehingga adanya Yah saya kerasi sungguh. Sekarang tidak. Yah pernah mukul, tapi saya hati-hati jangan sampai perubahan perlakuan pada saat ini. kepala. P1W3 33-34 Perasaan dan kesulitan yang dialami keluarga dalam merawat penderita. Yah, saya rasa repot. Pikiran saya. Diberitahu sekali malah seketika yah taat. Misalnya nunggu warung sebentar, setelah itu keluar pergi jajan. P1W3 45-47 P berusaha menerima keadaan yang dialaminya dan keluarganya Yah anu, jatahnya sudah begitu. Perubahannya hanya sedikit. Yang penting dia gak ke mana- mana itu loh. Kalau ke mana-mana ya repot. Dulu pernah ke Semarang sendiri ke rumah kakak saya. Yah kakak saya telpon beritahu P1W3 54- 57 Membawa penderita ke psikiater dan berdoa adalah upaya yang dilakukan keluarga dalam merawat penderita. Yah paling-paling saya bawa ke dokter A itu. Setelah itu yah tetap permohonan sama Tuhan itu tetap ada. Selain bawa ke bu A. Yah doa ke Yang di Atas. Tapi perbandingan ke yang dulu, dulu sering pergi jauh-jauh, sekarang tidak. P1W3 60-63 Permohonan P kepada Tuhan untuk menyembuhkan anaknya. Yah, saya minta permohonan kepada Tuhan supaya ada perbaikan atau kalau bisa sembuh. Hanya kalau ada perubahan sedikit-sedikit udah senang aku P1W3 72-74 Sikap pasrah P dan pilihan untuk berusaha tetap senang dalam merawat penderita. Yah udah ada perubahan sedikit. Yah senang tidak senang saya buat senang soalnya anak kan tidak hanya satu P1W3 76-77 Ketidakmampuan penderita untuk berinisiatif melakukan pekerjaan di rumah merupakan kesulitan yang dihadapi keluarga. Yah disuruh kadang mau kadang tidak. Misalnya pagi disuruh buang sampah itu tidak mau. Maunya siang, tapi kalo siang ya kadang dibuang, kadang tidur. Mencuci piring yah kalau diperintah yah satu kali dua kali, terus lain kali sudah tidak mau lagi. Jadi semua harus saya atau ibu perintah dulu P1W3 80- 84 Keluarga merasa kasihan berkaitan dengan kondisi dan keterbatasan penderita. Yah saya kasihan dia kemampuannya terbatas. Yah diberitahu satu dua setelah itu lupa kok sambil tertawa. Yah, saya kasihan, anak soalnya kok sambil tertawa P1W3 86-88 Keluarga berusaha melibatkan penderita dalam kegiatan kerohanian. Yah sering saya ajak ke mesjid, kadang-kadang mau, kadang-kadang tidak. Kalau mau yah datang, udah siap-siap sebelum ke mesjid, tapi kalo pas tidak mau yah tidur. P1W3 92-94 Penderita pernah mencoba bekerja di bagian pemasaran barang setelah pasca perawatan pertama Yah sekitar 3 atau 4 bulan. Dia kerja jadi bagian promosi mesin cuci. Yah soalnya tidak kali, namun terpaksa keluar karena keterbatasan yang dimilikinya menjadi penghambat dalam pekerjaannya. bisa memasarkan barang, kan itu harus pintar omong. Lah pikirannya gak nyampe kok P1W3 102-107 Upaya P dalam melibatkan penderita untuk melakukan beberapa kegiatan dengan pemberian reward tidak mampu menumbuhkan minat penderita. Ya malah saya ajak tidak mau kok. Umpama mau yah saya beri uang 5000 atau berapa, tapi tetap tidak mau. Iya, umpama mau. Tapi tidak mau. Saya ajak tidur ke tempat mba e sana juga ga mau kok P1W3 113-117 Biaya pengobatan penderita ditanggung oleh keluarga. Saat ini, ada perasaan lega karena adanya keringanan biaya pengobatan. Yah dari saya, uang pensiun saya. Sekarang udah mendingan, ringan juga biayanya P1W3 121-122 Partisipan mendukung pemulihan penderita dengan berkonsultasi ke psikiater dan menyampaikan informasi tersebut ke penderita. Yah, kalau saya ke bu dokter, kalo bu dokter memberikan saran apa, kadang-kadang saya tulis itu. Saya beritahu, tapi beberapa hari dia lupa lagi kok, kalo tidak diingatkan. P1W3 125-127 Saran yang diberikan psikiater kepada P dan penderita dalam hal perawatan penderita di rumah. Yah bu dokter mengatakan kalau siang itu rajin bekerja atau membantu tidurnya malam tidak usah minum obat tidur. Obatnya otomatis kan berkurang, terus berkurang biayanya P1W3 129-131 Partisipan melibatkan penderita dalam kegiatan kerohanian supaya ada perubahan yang lebih baik. Yah suruh ikut ke mesjid, jumatan. Kadang-kadang mau, kadang-kadang tidak. Tapi kalo saya ajak ke mesjid itu ada perubahan, tapi kadang tidak mau kok. P1W3 144-146 P memilih untuk tidak memaksa penderita melakukan kegiatan yang tidak disenanginya karena menghindari konflik. Tidak, dipaksa malah kemana-mana repot. Kalau saya ajak, pulangnya malah nyari jajan, yah repot. Setiap ada warung berhenti yah repot P1W3 148-150 Setelah melakukan analisis wawancara partisipan, langkah selanjutnya adalah melakukan proses kategorisasi tema, yang mana melalui proses ini menghasilkan beberapa kategori data partisipan pertama, yaitu : Kategori Data P1 1 Latar belakang partisipan, keluarga dan penderita 2 Ciri-ciri atau gejala yang ditunjukkan oleh penderita skizofrenia pada saat sakit atau kambuh 3 Ciri-ciri yang ditunjukkan oleh penderita skizofrenia pada ketika sudah lebih membaik 4 Persepsi P mengenai latar belakang penyebab anaknya menderita skizofrenia 5 Permasalahan yang dihadapi oleh keluarga ketika merawat penderita 6 Perasaan keluarga dalam menghadapi dan merawat penderita skizofrenia di rumah 7 Peran psikiater dalam merawat dan menangani penderita skizofrenia 8 Usaha orang tua dalam mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi ketika merawat penderita di rumah. 9 Upaya dari keluarga sebagai bentuk dukungan sosial yang diberikan pada saat merawat penderita skizofrenia 10 Motivasi pemberian dukungan sosial oleh keluarga kepada penderita 11 Perkembangan penderita pasca perawatan Berdasarkan kategori-kategori yang telah ada, maka langkah berikutnya adalah merekonstruksi kategori- kategori tersebut ke dalam sebuah narasi.

4. Analisis partisipan 1

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pandangan dan Peran Keluarga dalam Perawatan Anggota Keluarga yang Menderita Skizofrenia di Kelurahan Tegalrejo Salatiga T1 462011010 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pandangan dan Peran Keluarga dalam Perawatan Anggota Keluarga yang Menderita Skizofrenia di Kelurahan Tegalrejo Salatiga T1 462011010 BAB II

0 1 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pandangan dan Peran Keluarga dalam Perawatan Anggota Keluarga yang Menderita Skizofrenia di Kelurahan Tegalrejo Salatiga T1 462011010 BAB IV

0 0 48

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pandangan dan Peran Keluarga dalam Perawatan Anggota Keluarga yang Menderita Skizofrenia di Kelurahan Tegalrejo Salatiga T1 462011010 BAB V

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pandangan dan Peran Keluarga dalam Perawatan Anggota Keluarga yang Menderita Skizofrenia di Kelurahan Tegalrejo Salatiga

0 1 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Anggota Penderita Skizofrenia dalam Menjalani Masa Pasca Perawatan T1 802008112 BAB I

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Anggota Penderita Skizofrenia dalam Menjalani Masa Pasca Perawatan T1 802008112 BAB II

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Anggota Penderita Skizofrenia dalam Menjalani Masa Pasca Perawatan T1 802008112 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Anggota Penderita Skizofrenia dalam Menjalani Masa Pasca Perawatan

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Anggota Penderita Skizofrenia dalam Menjalani Masa Pasca Perawatan

0 0 57