membantu BB, partisipan hanya mengeluh karena merasa jemu dengan sikap BB yang tidak juga berubah.
Hal ini dikatakannya sambil menggelengkan kepala dan sesekali menarik napas panjang. Setelah cukup
banyak bertanya,
peneliti memutuskan
untuk mengakhiri wawancara pada sore itu, karena
menimbang kondisi DJ yang tidak begitu aktif dalam menjawab pertanyaan seperti wawancara-wawancara
sebelumnya. Peneliti menduga hal ini dikarenakan DJ masih merasa lelah karena baru saja kembali bekerja
dari ladang.
3. Analisis verbatim
Analisis verbatim P1W1 Makna
Verbatim
Marah sebagai emosi yang menonjol pada saat
kambuh. Ya, pertama dulu sering
marah. P1W1 28 Kambuhnya yah marah-
marah. P1W1 42 Cara untuk bisa membawa
penderita berobat adalah dengan membohongi dan
merayu penderita Tapi kalo saya antar ke sana
ditipu kok. Kalo apa adanya gak mau. Jadi harus dibujuk
rayu baru mau P1W1 42- 44
Ibu berperan dalam memberikan dukungan ke
Oh biasa ibu. Kalo ke rumah sakit tidak dibujuk ibu, tidak
penderita untuk pergi ke rumah sakit.
mau. Kalo ke solo itu, ibunya yang merayu. Tapi
kalo udah agak sehat ke sana biasa dengan saya. P1W1
48-49 Ciri yang ditunjukkan
oleh penderita ketika keadaannya membaik
adalah mau diajak ke RSJ dengan menggunakan
sepeda motor. Tapi kalo udah agak sehat ke
sana biasa dengan saya. Kalo pas keadaannya baik, naik
sepeda motor itu berani kemana-mana itu. Pas
keadaannya agak normal P1W1 50-52
Ciri lain yang penderita ketika kondisinya
membaik adalah nafsu makan yang besar dan
emosi gembira yang ditunjukkan, sedangkan
dalam kondisi kambuh, penderita terlihat sedih.
Pokoknya kalo jajannya banyak, kalo makannya
banyak itu agak normal. Yah makannya banyak, ada
orang odong-odong datang itu jajan gembira. Tapi kalo
gak kelihatannya sedih. P1W1 54-58
Aktivitas yang dilakukan oleh penderita ketika
penderita dalam kondisi yang tidak kambuh.
Ya anu, nyapu, kulaan dagangan, kulaan bensin
mau kok. Kulaan itu senang tapi setelah kulaan, yah
jajan, beli es, ya kesenangannya itu memang
P1W1 61-63 Partisipan dan istrinya
membiayai perawatan anaknya.
Yah saya yang biayai perawatannya sama ibu.
Disini sudah ringan kok, anu periksanya 50ribu. Obatnya
yah ringan, 150 rata-rata P1W1 65-69
Keaktifan dalam bekerja pada penderita dalam
kondisi yang sedang tidak kambuh berdampak pada
sedikitnya jumlah obat yang harus dikonsumsi.
Yah, jatah satu bulan bisa untuk dua bulan. Soalnya
kalo dia mau kerja siang, malam tidak perlu makan
obat. Nanti udah tidur sendiri kok. Otomatis itu.
Tapi kalo siangnya itu kerja tidak banyak, obatnya yang
banyak gitu. Intinya, kalo kerjanya banyak, obatnya
dikit, biayanya ringan. Hanya makannya juga
banyak. P1W1 73-78 Partisipan berperan dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari penderita.
Iya, saya yang layani, yang ngontrol kebutuhannya.
Uangnya ambil sendiri di warung sambil tertawa
P1W1 80-82 Penderita diberikan
Ya, sudah ditentukan,
pengarahan dan dilibatkan dalam melakukan
kegiatan berdagang namun hal tersebut tetap
dikontrol oleh P. termasuk caranya kulaan.
Pembeliannya sekian, jualnya sekian. Disitu sudah
saya tulis, saya beritahu juga untuk mengecek jujur
tidaknya. P1W1 86-88 Partisipan berperan dalam
mengontrol konsumsi obat penderita, karena
penderita tidak mampu mandiri dalam mengatur
jadwal untuk minum obat. Iya, kalo untuk minum obat,
saya kontrol terus obatnya. P1W1 94.
Yah kalo tidak dikontrol, seenaknya sendiri. Kecuali
makan, lauk pauknya tidak usah dikontrol. sambil
tertawa. P1W1 99-100 Ibu mempunyai
keterbatasan waktu dalam mengurus penderita.
Kalau ibu tidak, gak sempat, harus masak, cuci, apalagi
mertua saya disini, ngurusi orang tua. P1W1 96-97
P berendapat bahwa beban kuliah yang berat
menjadi salah satu penyebab munculnya
penyakit. Cita-citanya dulu teknik
kimia, tapi tidak kuat. Setelah itu disuruh istirahat
dulu 2 tahun tidak mau. Ikutan teman, tapi tidak
ngukur kemampuannya sendiri. P1W1 105-107
P mengarahkan penderita Keinginannya terlalu tinggi,
memilih jurusan yang sesuai kemampuan
penderita, namun penderita mengabaikan
arahan tersebut. tapi diarahkan angel. Kimia
tidak kuat kemudian diarahkan oleh kiai dari
adiknya ibu supaya istirahat 2 tahun, tidak mau kok
P1W1 107-109 P bermaksud melibatkan
penderita untuk beraktivitas, namun
penderita tidak memiliki minat untuk melakukan
kegiatan tersebut. Tidak mau ikut kegiatan
apapun dia P1W1 111. Yah, kalo saya ke ladang
saya ajak tapi dia tidak mau P1W1 116
P merasa jenuh dalam menyarankan penderita
untuk melakukan aktivitas.
Oh nyaranin ikut kegiatan ini itu, sampai jemu. P1W1
114
P tidak memaksa penderita untuk
melakukan kegiatan untuk menghindari konflik yang
dapat terjadi. Oh kalo dipaksa malah anu
repot. Mau yah ikut, tidak mau yah ga ikut P1W1 122-
123
Kekhawatiran P terhadap penderita ketika penderita
berpergian, membuat P memberikan arahan
Oh diberitahu, jalan belakang, kalo lewat jalan
besar gak mau kok. Gak berani. Soalnya waktu di
mengenai jalan yang dapat dilewati.
Semarang simnya diambil polisi. P1W1 134-136
Pengalaman penderita yang pernah melanggar
peraturan lalulintas karena jalan pemikirannya yang
kurang rasional. Pikirannya udah goyang, ada
lampu merah nekat kok. Kalo sekarang udah mulai
normal P1W1 136-137
Dalam kondisi yang membaik tidak kambuh,
penderita mampu melakukan aktivitas
berdagang. Yah iya, kulaan dagangan itu
bisa. Tapi kalo udah agak normal P1W1 139
Keluarga memberikan pengarahan dan
mendorong penderita untuk beraktifitas atau
melakukan suatu pekerjaan di rumah pada
saat penderita dalam kondisi baik.
Yah nyatat, kalo ada yang beli terus utang, ditulis
semua. Kalo dia lagi pikirannya normal, saya
suruh ke toko, kulaan dagangan, tapi kalo gak yah
gak. Biasanya saya juga sarankan nyapu, terutama
ibunya. Kalo gak gitu yah gak mau. Gak mau bangun
kalo gak dibangunin P1W1 145-149
P merupakan sosok yang ditakuti oleh penderita.
Yah, saya bilang, dia agak takut kalo dengan saya
P1W1 151 P menasehati penderita
dengan menunjukkan kemarahan, namun hal ini
dibatasi agar tidak terjadi konflik yang besar antara
keduanya. Oh pernah marah banget
saya waktu dulu. Yah saya batasi marahnya makanya,
supaya nanti tidak ada dendam. Ya toh, soalnya
pikirannya udah terganggu. P1W1 153-156
Penghargaan yang diberikan oleh keluarga
jika penderita melakukan hal yang baik.
Misalnya kalo kerjaannya baik yah diberi hadiah,
kayak permen dan sebagainya. P1W1 168-169
Pemberian nasehat dengan tidak menunjukkan sikap
marah karena menghindari konflik yang
akan menyusahkan P dan keluarga.
Kalo dimarahin malah repot nanti. Lah kadang-kadang
saya ajak kemana gitu juga ikut. Kadang gak juga
P1W1 169-170
Keluarga mendorong penderita untuk meniru
hal yang baik dari anggota keluarga lain.
Yah itu kasih contoh keluarga sendiri, dibilangin
biar lihat kakaknya yang berhasil, adiknya juga sudah
bekerja. P1W1 173-174
Analisis verbatim P1W2 Makna
Verbatim
Keluarga mengarahkan penderita untuk berhenti
sekolah sementara waktu, namun penderita
mengabaikan arahan tersebut.
Dia sakit, terus disuruh istirahat dulu, nda mau.
Terus keluar, sekolah lagi katanya saudaranya di
semarang, disuruh istirahat 2 tahun dulu,
tidak boleh sekolah dulu biar pikirannya tenang.
Dia tidak mau, kemudian beberapa bulan ikut itu,
aduh namanya apa. Masuk perguruan tinggi namanya
apa itu loh P1W2 7-11 Nasehat untuk beristirahat
setelah pasca perawatan dari keluarga diabaikan
oleh penderita yang ingin mengaktualisasikan
dirinya dalam dunia pendidikan.
Iya sakit, disuruh istirahat tidak mau, terus beberapa
bulan melu testing lagi ke perguruan tinggi negeri
P1W2 16-17
Pemikiran yang sering berubah-ubah atau tidak
konsisten serta kebingungan menjadi
Ya anu, sering bingung itu loh. Pokoknya
pemikirannya berubah- ubah. P1W2 25-27
gejala yang ditunjukkan penderita
Keadaan dan kegiatan penderita pada saat di
salah satu RSJ di Solo 2 kali yah, di opname. Di
solo itu yah dicampur itu sama orang seng anak
yang tidak sekolah, yang sekolah sd, smp, sma,
perguruan tinggi dicampur. disana itu tidak
dilatih, dibiarke tidur, repot toh P1W2 36-40
Perawatan di rumah sakit dipilih keluarga sebagai
cara untuk memulihkan penderita yang sering
menunjukkan gejala bingung di rumah.
Rawat jalan dulu di rumah. Udah di rumah
jadi bingung, akhirnya diopname sampai kira-
kira 2 bulan P1W2 47-
48
Ada penanganan yang lebih baik yang diberikan
oleh salah satu psikiater. Kalo dengan bu A iya,
perbedaannya banyak. Kalo bu A itu misalnya
cara menangani dan memberi perhatian ke
orang sakit itu P1W2 52-
54
Penderita mencoba mengaktualisasikan
Bar loro, durung di opname trus ada buka
dirinya dengan berusaha melanjutkan studi serta
mengikuti pengajaran- pengajaran agama, namun
penderita tidak mampu untuk melanjutkan
pilihannya tersebut. pendaftaran, dia tes,
masuk. Setelah itu sekolah fkip, kemudian ikutan
pengajian juga yang aliran keras. Terus ga kuat
ajarannya, ga kuat sekolahnya, yah jadi
bingung toh. Sarafnya itu udah renggang P1W2 59-
63 P membandingkan
kebiasaan anak-anaknya di rumah, dan salah satu
kebiasaan penderita sendiri sebelum sakit yaitu
menghindari kegiatan- kegiatan di luar rumah.
Lah anak yang nomor 1 itu kuat yang terakhir ya
kuat kok, hanya yang nomor 2 ini yang ga kuat.
Soalnya mereka itu ikutan kegiatan apa-apa. Ikut
karate, hanya BB yang ga mau ikut apa-apa, ga mau
kerja apa-apa, jadinya kayak gitu. P1W2 64-68
Penerapan pola asuh yang berbeda oleh P terhadap
adik penderita anak P yang ketiga setelah
melihat kondisi penderita yang menderita gangguan
Berhubung anak saya yang nomor dua kayak
begitu, jadi anak saya yang nomor 3 itu saya
suruh ukur kemampuannya kalo
jiwa. sekolah, jangan ikutan
konconya. Terus aku ajak kulaan, ke pasar. Saya
latih biar ga malu kayak kakaknya ini. Sejak dulu
kan ga ada kerjaan P1W2 68-72
Biaya pengobatan yang mahal menjadi salah satu
masalah yang dialami keluarga dalam merawat
penderita di rumah. Iya balik Solo, tapi
obatnya mahal. Di sana itu 1 minggu habisnya 2
juta loh. Iya, mahal itu di Solo. Tiap bulan yah
rawat jalan yah mahal banget itu. Obatnya itu
dulu pertama habisnya 30 ribu, jaman dulukan itu
mahal. Sekitar tahun 91 itu. Berat kok ongkosnya
itu P1W2 85-93
P mencari informasi mengenai psikiater yang
dapat menangani perawatan anaknya.
Dulu anu, disitu ada yang sering berobat ke sana.
Jadi mereka memberi tahu toh. Ya, ketemu bu A
psikiater P1W2 99-102 Ada perubahan perilaku
penderita ke arah yang Oh ga diopname, hanya
obat jalan saja. Iya,
lebih baik soalnya sekarang udah
mau disuruh. Dulukan ga mau P1W2 106-107
Pemberian saran oleh psikiater kepada keluarga
terkait konsumsi obat penderita.
Iya sebulan. Tapi bu A pernah berkata kalo waktu
siang banyak bekerja, obat tidurnya tidak usah di anu
tidak usah diminum. Jadi kalo siangnya sudah kerja
sudah rajin bekerja tidak perlu dikasih obat. P1W2
110-113
Partisipankeluarga melibatkan penderita
untuk melakukan pekerjaan rumah sehari-
hari. Ya belum, setelah saya
bilang baru lakukan. Buang sampah, kalo saya
suruh saja. Ya jaga warung. Kalo dia jaga
dibayar pake uang 50an, masih bingung balikin.
Dia itu ga mau terima uang yang sobek, yang
jelek, yah ada baiknya
juga sih P1W2 128-130
Pemberian obat, melibatkan penderita
untuk beraktifitas dan Ya anu, disuruh bekerja
itu menurut kemampuannya sendiri.
memberikan pengarahan sebagai salah satu cara
yang digunakan dalam menangani penderita.
Seperti buang sampah itu. P1W2 134-135
Pemberian obat menjadi pilihan yang diambil P
bagi penderita daripada menasehati, karena
menghindari konflik yang akan menyusahkan P dan
keluarga. Tapi saya juga beri obat
setelah itu tidur dia. Kalo diomongin yah angel itu.
Jadi saya kasih obat saja diberitahu susah, kalo
dibilangin malah repot. P1W2 135-137
Psikiater memberi pengaruh baik dalam
pemulihan penderita. Mau, sudah diberitahu
sama bu A kok. Jadi pengaruhnya bu A itu baik
terhadap orang sakit itu.
P1W2 142-143
Berbicara sendiri, kecenderungan untuk
mudah marah, dan pemikiran yang terganggu
merupakan perilaku yang ditunjukkan oleh
penderita. Ga, paling hanya
ngomong-ngomong sendiri aja. Kalo marah
sudah jarang itu. Kalo sudah gitu dikasih obat
saja supaya ga marah. Kalo diberitahu yah ga
masuk kok ke pikirannya. Diberitahu pikirannya
sudah tidak menerima.
P1W2 150-153 Ada perasaan sedih dan
bingung yang dialami oleh keluarga penderita.
Oh iya, sedih. ini sudah jatah. Jatah dari Tuhan
sambil tertawa sudah jatah dari Tuhan ini. yah
kadang mumet saya. P1W2 161-162
Pemberian nasehat dan obat oleh P kepada
penderita ketika penderita mulai kambuh.
Yah diberitahu toh dengan kata-kata lunak, terus
diobatin tadi udah. Ya kasih tau ini obatnya dari
bu A, harus diminum P1W2 165-168
P melibatkan anggota lain untuk mendukung
pemulihan penderita dengan memberikan
pekerjaan sesuai dengan kemampuannya.
Biasanya saya libatkan adeknya atau kakaknya,
gitu aja. Dulu dikasih kerja sedapatnya. P1W2
178-179
P mengalihkan kemarahan penderita ke aktivitas
yang dapat dilakukannya, namun perhatian dan
minat dalam mengerjakan aktivitas tersebut cepat
beralih. Oh dulu iya, marah tapi
saya beritahu yang lunak- lunak. Misalnya kalo ada
kesempatan saya alihkan untuk mengerjakan hal
lain. Seperti mengetik sesuatu, pakai mesin
ketik. Tapi baru beberapa hari udah ogah kok. Udah
gak mau ngetik lagi pakai mesin ketik itu P1W2
185-190 Aktivitas penderita saat
membaik di rumah tetap dikontrol P, sehingga
penderita tetap konsisten terhadap pekerjaan yang
telah dipercayakan kepadanya.
Yah anu, di rumah itu, kulaan dagangan pakai
sepeda motor. Yah kulaan dagangan yang lain, yah
pekerjaan rumah, yah nyapu, tapi kalo gag
diperintah yah gag mau. Kalo gag dikasih tahu yah
tidur lagi. Iya, lah tugasnya menutup pintu
warung kalo udah malam, yah kalo tidak diperintah
yah di kamar terus. Lebih banyak di kamar dia
P1W2 197-205 Salah satu kehilangan
minat penderita untuk bekerja, menurut P adalah
karena kurangnya keterlibatan penderita
dalam kegiatan-kegiatan Lah ini karna di Solo ga
diberi ladang kerja jadi tidur makan, tidur mandi.
Keterusan sampai rumah P1W2 205-206
pada saat penderita menjalani perawatan di
RSJ. Ketakutan P akan
terjadinya suatu masalah atau konflik ketika
penderita keluar rumah terlalu lama.
Saya yah takut, pikirnya dia diapakan orang,
ternyata mampir tempatnya teman sambil
tertawa. Lah pakai motor tidak bawa surat itu loh
kalo ketangkap yah repot saya P1W2 210-213
Adanya upaya untuk tetap sabar yang dimiliki oleh
keluarga dalam mendukung pemulihan
penderita. Yah diberi tahu lagi, habis
gimana lagi, hanya bisa beritahu dia. Kalo ga
sabar yah susah sendiri sambil tertawa gitu.
Apalagi dia sakit jiwa toh. P1W2 219-221
Penderita mengalami penurunan daya ingat.
Oh sering, lebih banyak lupanya, jadi harus
diingatin. Dari 10 kali yah yang tidak lupa satu kali
sambil tertawa. Ingatannya udah agak
turun itu. P1W2 226-228 P merasa tugas dan
Iya toh, tugas orang tua
tanggung jawabnya sebagai orang tua berat.
seperti itu yah berat P1W2 230
P mencoba memfasilitasi penderita yang memiliki
keinginan untuk kembali bersekolah, dengan tetap
mengarahkan pemilihan jurusan yang lebih mudah
daripada teknik. Yah saya tahu dia pengen
sekolah lagi tapi sudah terlanjur putus syarafnya
yah repot. Saya tuh suruh yang rendah dulu jangan
yang tinggi-tinggi kayak teknik itu kan repot
P1W2 233-235 Usaha partisipankeluarga
untuk terus memberikan saran dan pengarahan
kepada penderita. Saya menyarankan hampir
tiap hari tapi tidak masuk sini kok sambil
menunjuk ke kepala. Kadang saya beri saran 10
kali, hanya 1 kali yang masuk disini menunjuk
ke kepala P1W2 249- 251
Perasaan sedih dialami oleh keluarga penderita,
karena harus menerima keadaan atau nasibnya.
Yah sedih, mau gimana lagi. Sudah jatahnya yah.
P1W2 254
Kondisi penderita terlihat membaik dalam hal
menangkap informasi Yah komunikasi tetap
sering itu, tapi sukar menangkap. Ini udah agak
yang diberikan oleh P baik. Sekarang udah agak
mudeng. Udah agak mudah dibilangin. Dulu
angel kok P1W2 273- 275
Ada dorongan dari keluarga bagi penderita
untuk melakukan pekerjaan demi pemulihan
penderita. Yah saran untuk banyak
kerja, sehingga penyakitnya berkurang.
Terus obatnya berkurang. Iya, sering saya lakukan,
saya suruh BB kerja toh. Tapi kalo ke ladang, gak
mau. Yang disenangi aja dilakukannya. P1W2
281-285 P dan penderita jarang
melakukan komunikasi, jika tidak begitu penting
hal yang ingin dibicarakan.
Aduh, jarang itu ngobrol, tidak pernah. Seperlunya
aja P1W2 297
Kesulitan P dalam memberikan saran kepada
penderita karena kesulitan penderita dalam menerima
saran-saran tersebut. Yah sesekali aja. Kalo
saya ngomong 10 kali yang diterima 1 tok
P1W2 302
Penderita mengalami Iya toh, diberi tahu besok
penurunan daya ingat udah lupa misalnya
menutup pintu, kalo tidak diberitahu yah sampai
malam tidak ditutup. Iya toh, dia itu tidak
berubah, pikirannya tidak menerima kalo dibilangin
P1W2 307-310 Penderita hanya
melakukan hal yang diminati.
Iya, sering saya lakukan, saya suruh BB kerja toh.
Tapi kalo ke ladang, gak mau. Yang disenangi aja
dilakukannya. P1W2 312-314
Partisipan menyadari perbedaan antara anaknya
yang menderita sakit dan anaknya yang lain.
Kalo anak saya pikiran lancar jadi tidak perlu
diberitahu, kalo yang ini kan diberitahu tapi gak
mau denger, malah baca koran terus kerjaannya,
kalo yang nomor 1 yah rajin, kalo yang kecil juga
ranking 1 terus kok. Ini yang nomor 2 lebih
istimewa, jadi agak diatur P1W2 314-318
Upaya P dalam memberikan
reward
kepada penderita agar penderita termotivasi
dalam mencari pekerjaan yang sesuai
kemampuannya. Ya saya tetap beritahu,
tapi dengan kalimat yang lunak-lunak. Misalnya
besok kalo udah punya anu kalo kerjaannya sudah
baik ajak piknik misalnya, ke tempat siapa saya ajak
P1W2 323-326 Penurunan daya ingat
membuat penderita sulit bertanggung jawab
terhadap suatu hal. Yah iya, tapi menerima
saja. Biasa baru dikasih tau seketika udah lupa.
Semisal dirumah piring udah bersih, terus dipakai,
kalo tidak dibilang yah tidak dicuci kok P1W2
343-345 P merasa jenuh dan
kesulitan dalam memberikan nasehat dan
petunjuk karena keterbatasan kemampuan
kognitif penderita dalam menerima informasi dan
memberikan respons yang tepat.
Yah, udah dibilang sampai jemu sendiri.
Diberitahu sekarang nanti udah lupa kok. Yah
repotlah. Disini kan sambil tunjuk kepala
ingatannya udah tidak sampai. Katanya bu A
kalo disini sudah tidak sampai, tidak baik kok.
Ditanya A sering jawab B. Kemana, misalnya ke
utara jawabnya ke selatan. Misalnya begitu.
Kerjaannya apa? Belum bekerja tapi katanya udah
bekerja. kalo ditanya udah urut yah baik, tapi
kadang-kadang tidak urut. P1W2 348-355
Penderita hanya melakukan pekerjaan yang
dikehendakinya. Ya iya, kalo tidak sesuai
keinginannya tidak mau. Umpama disuruh kasih
makan burung itu, nda mau. Bukan kehendaknya
sendiri P1W2 348-355 Adanya perubahan
perlakuan terhadap penderita oleh salah satu
anggota keluarga anak ketiga P setelah
memahami kondisi penderita
Oh ya dulu, sekarang udah tidak pernah.
Sebelum Yusuf bekerja itu yah sering marah. Yah
itu kan belum tau kalau masalah itu begini-begini.
Setelah Yusuf sudah saya beritahu, terus dia juga
udah mulai bekerja, setelah itu mulai berubah
pikirannya. Tidak menghiraukan. Malah
sekarang kalo punya oleh- oleh malah diletakkan
dimeja, BB minta yah dia iya aja P1W2 368-375
Analisis verbatim P1W3 Makna
Verbatim
Peran psikiater yang baik membuat frekuensi emosi
marah penderita berkurang
Yah waktu belum ke bu A yah iya marah-marah,
sekarang udah gak P1W3
10-11
Upaya yang dilakukan P adalah membawa
penderita ke RSJ ketika menunjukkan gejala
bingung, namun hal tersebut melibatkan peran
ibu dalam merayu penderita untuk mau pergi
berobat. Iya, saya bawa ke Solo
itu, karena bingung terus. Tapi dia gak mau, jadi
diberi nasehat oleh ibunya baru mau dia. Yah terus
pake motor ke sana. Kadang pakai bis P1W3
19-21
P menyadari perlakuan terhadap anaknya dengan
memukul kurang tepat, sehingga adanya
Yah saya kerasi sungguh. Sekarang tidak. Yah
pernah mukul, tapi saya hati-hati jangan sampai
perubahan perlakuan pada saat ini.
kepala. P1W3 33-34
Perasaan dan kesulitan yang dialami keluarga
dalam merawat penderita. Yah, saya rasa repot.
Pikiran saya. Diberitahu sekali malah seketika yah
taat. Misalnya nunggu warung sebentar, setelah
itu keluar pergi jajan. P1W3 45-47
P berusaha menerima keadaan yang dialaminya
dan keluarganya Yah anu, jatahnya sudah
begitu. Perubahannya hanya sedikit. Yang
penting dia gak ke mana- mana itu loh. Kalau ke
mana-mana ya repot. Dulu pernah ke Semarang
sendiri ke rumah kakak saya. Yah kakak saya
telpon beritahu P1W3 54- 57
Membawa penderita ke psikiater dan berdoa
adalah upaya yang dilakukan keluarga dalam
merawat penderita. Yah paling-paling saya
bawa ke dokter A itu. Setelah itu yah tetap
permohonan sama Tuhan itu tetap ada. Selain bawa
ke bu A. Yah doa ke Yang
di Atas. Tapi perbandingan ke yang
dulu, dulu sering pergi jauh-jauh, sekarang tidak.
P1W3 60-63 Permohonan P kepada
Tuhan untuk menyembuhkan anaknya.
Yah, saya minta permohonan kepada
Tuhan supaya ada perbaikan atau kalau bisa
sembuh. Hanya kalau ada perubahan sedikit-sedikit
udah senang aku P1W3 72-74
Sikap pasrah P dan pilihan untuk berusaha tetap
senang dalam merawat penderita.
Yah udah ada perubahan sedikit. Yah senang tidak
senang saya buat senang soalnya anak kan tidak
hanya satu P1W3 76-77 Ketidakmampuan
penderita untuk berinisiatif melakukan
pekerjaan di rumah merupakan kesulitan yang
dihadapi keluarga. Yah disuruh kadang mau
kadang tidak. Misalnya pagi disuruh buang
sampah itu tidak mau. Maunya siang, tapi kalo
siang ya kadang dibuang, kadang tidur. Mencuci
piring yah kalau
diperintah yah satu kali dua kali, terus lain kali
sudah tidak mau lagi. Jadi semua harus saya atau ibu
perintah dulu P1W3 80- 84
Keluarga merasa kasihan berkaitan dengan kondisi
dan keterbatasan penderita.
Yah saya kasihan dia kemampuannya terbatas.
Yah diberitahu satu dua setelah itu lupa kok
sambil tertawa. Yah, saya kasihan, anak
soalnya kok sambil tertawa P1W3 86-88
Keluarga berusaha melibatkan penderita
dalam kegiatan kerohanian.
Yah sering saya ajak ke mesjid, kadang-kadang
mau, kadang-kadang tidak. Kalau mau yah
datang, udah siap-siap sebelum ke mesjid, tapi
kalo pas tidak mau yah tidur. P1W3 92-94
Penderita pernah mencoba bekerja di bagian
pemasaran barang setelah pasca perawatan pertama
Yah sekitar 3 atau 4 bulan. Dia kerja jadi
bagian promosi mesin cuci. Yah soalnya tidak
kali, namun terpaksa keluar karena keterbatasan
yang dimilikinya menjadi penghambat dalam
pekerjaannya. bisa memasarkan barang,
kan itu harus pintar omong. Lah pikirannya
gak nyampe kok P1W3 102-107
Upaya P dalam melibatkan penderita
untuk melakukan beberapa kegiatan dengan
pemberian reward tidak mampu menumbuhkan
minat penderita. Ya malah saya ajak tidak
mau kok. Umpama mau yah saya beri uang 5000
atau berapa, tapi tetap tidak mau. Iya, umpama
mau. Tapi tidak mau. Saya ajak tidur ke tempat
mba e sana juga ga mau kok P1W3 113-117
Biaya pengobatan penderita ditanggung oleh
keluarga. Saat ini, ada perasaan lega karena
adanya keringanan biaya pengobatan.
Yah dari saya, uang pensiun saya. Sekarang
udah mendingan, ringan juga biayanya P1W3
121-122
Partisipan mendukung pemulihan penderita
dengan berkonsultasi ke psikiater dan
menyampaikan informasi tersebut ke penderita.
Yah, kalau saya ke bu dokter, kalo bu dokter
memberikan saran apa, kadang-kadang saya tulis
itu. Saya beritahu, tapi beberapa hari dia lupa lagi
kok, kalo tidak diingatkan. P1W3 125-127
Saran yang diberikan psikiater kepada P dan
penderita dalam hal perawatan penderita di
rumah. Yah bu dokter
mengatakan kalau siang itu rajin bekerja atau
membantu tidurnya malam tidak usah minum
obat tidur. Obatnya otomatis kan berkurang,
terus berkurang biayanya P1W3 129-131
Partisipan melibatkan penderita dalam kegiatan
kerohanian supaya ada perubahan yang lebih
baik. Yah suruh ikut ke mesjid,
jumatan. Kadang-kadang mau, kadang-kadang
tidak. Tapi kalo saya ajak ke mesjid itu ada
perubahan, tapi kadang tidak mau kok. P1W3
144-146 P memilih untuk tidak
memaksa penderita melakukan kegiatan yang
tidak disenanginya karena menghindari konflik.
Tidak, dipaksa malah kemana-mana repot.
Kalau saya ajak, pulangnya malah nyari
jajan, yah repot. Setiap ada warung berhenti yah
repot P1W3 148-150
Setelah melakukan analisis wawancara partisipan, langkah selanjutnya adalah melakukan proses kategorisasi tema, yang
mana melalui proses ini menghasilkan beberapa kategori data partisipan pertama, yaitu :
Kategori Data P1
1 Latar belakang partisipan, keluarga dan penderita
2 Ciri-ciri atau gejala yang ditunjukkan oleh penderita
skizofrenia pada saat sakit atau kambuh 3
Ciri-ciri yang ditunjukkan oleh penderita skizofrenia pada ketika sudah lebih membaik
4 Persepsi P mengenai latar belakang penyebab anaknya
menderita skizofrenia 5
Permasalahan yang dihadapi oleh keluarga ketika merawat penderita
6 Perasaan keluarga dalam menghadapi dan merawat
penderita skizofrenia di rumah 7
Peran psikiater dalam merawat dan menangani penderita skizofrenia
8 Usaha orang tua dalam mengatasi berbagai permasalahan
yang dihadapi ketika merawat penderita di rumah. 9
Upaya dari keluarga sebagai bentuk dukungan sosial yang diberikan pada saat merawat penderita skizofrenia
10 Motivasi pemberian dukungan sosial oleh keluarga
kepada penderita 11
Perkembangan penderita pasca perawatan
Berdasarkan kategori-kategori yang telah ada, maka langkah berikutnya adalah merekonstruksi kategori-
kategori tersebut ke dalam sebuah narasi.
4. Analisis partisipan 1