sering  diberikan  oleh  partisipan  tidak  diterima  oleh penderita.
Setiap  upaya  dan  permasalahan  yang  terjadi  dalam keluarga  partisipan,  mengajarkan  partisipan  dan  anggota
keluarganya  yang  lain  untuk  bersabar  dan  terus  pasrah kepada  Tuhan  dalam  doa  yang  tidak  pernah  berhenti.
Namun  dalam  kondisi  ini,  partisipan  mengaku  tidak jarang  ia  merasa  jenuh  dan  marah  ketika  menghadapi
anaknya yang terbatas dalam beberapa hal tersebut. Pada  saat  ini,  penderita  mulai  menunjukkan
perkembangan  yang  lebih  baik  dari  segi  kognitif,  afektif dan  konatif  setelah  menjalani  masa  perawatan.  Hal  ini
ditunjukkan  dengan  berkurangnya  reaksi  emosi  marah, serta  meningkatnya  kemampuan  untuk  dapat  melakukan
beberapa pekerjaan
rumah yang
ringan, seperti
membersihkan  rumah  dan  membantu  menjaga  warung yang dimiliki keluarganya.
2. Partisipan 2
a. Gambaran umum partisipan 2
Nama : A
TTL : 31 Mei 1977
Usia :  36 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan Terakhir : SMA
Status : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
A adalah anak ke 3 dari 4 bersaudara. Pada saat ini, A tinggal bersama istri dan anaknya yang pertama. Sedangkan
anak  kedua  A  tinggal  bersama  mertua  A  di  Kota Purwokerto.  Ayah  A  adalah  seorang  pensiunan  guru,  yang
kesehariannya  menyibukkan  diri  di  ladang.  Sementara  Ibu A,  yang  benama  S  adalah  seorang  penderita  skizofrenia
yang pada saat ini sedang menjalani masa pasca perawatan di  rumah  dan  tidak  memiliki  pekerjaan.  Sementara  itu,
partisipan  sehari-hari  bekerja  sebagai  agen  di  salah  satu surat  kabar  yang  ada  di  daerah  Boyolali.  Istri  A  juga
membantu A dalam menekuni pekerjaannya tersebut. Partisipan  menyelesaikan  pendidikan  SMAnya  di
Boyolali. Kemudian ia merantau ke Jakarta, dan bekerja di beberapa  perusahaan  swasta  sekitar  tahun  1996  hingga
2008. Setelah itu, partisipan melanjutkan perantauannya ke Purwokerto  dan  menetap  di  sana  selama  kurang  lebih  2
tahun. Saat  ini  A  memutuskan  tinggal  di  daerah  Boyolali
dengan  alasan  karena  kedua  orang  tuanya  hanya  hidup berdua saja dan usia mereka yang telah lanjut. Selain itu, A
juga    mempertimbangkan  kondisi  ibunya  yang  sering kambuh  dan  harus  beberapa  kali  dimasukkan  ke  RSJ  atau
Panti  rehabilitasi  Mental.  Keputusan  partisipan  ini didukung  oleh  istrinya,  sehingga  mereka  juga  memilih
tempat  tinggal  yang  bersebelahan  dengan  rumah  orang
tuanya.  Hal  ini  untuk  memudahkan  A  dalam  mengontrol konsumsi  obat  untuk  ibunya  dan  juga  menjaga  ibunya
ketika ibunya mulai menunjukkan gejala yang aneh. Hingga  saat  ini  A  masih  membawa  ibunya  untuk
melakukan  kontrol  rutin  dan  mengkonsumsi  obat  yang diberikan oleh psikiater terdekat.
b. Laporan observasi selama wawancara
Wawancara  pertama  dilakukan  pada  tanggal  17 Desember  2012,  pukul  10.18-11.48  WIB.  Pada  saat  itu
peneliti  dan  partisipan  telah  mengadakan  kesepakatan mengenai  jadwal  wawancara  melalui  telepon.  Saat  peneliti
tiba  di  rumah  partisipan,  partisipan  sedang  duduk  di  teras depan  rumah,  sambil  membereskan  beberapa  surat  kabar
yang  menumpuk  di  bawah  salah  satu  meja  yang  berada  di teras rumah tersebut.
Pada  saat  kedatangan  peneliti  ke  rumahnya,  partisipan menyambut  peneliti  dengan  ramah  dan  mempersilahkan
peneliti duduk di teras  tersebut.  Karena kondisi  rumah dan beberapa  pertimbangan  akhirnya  partisipan  meminta
kesediaan  peneliti  untuk  melakukan  wawancara  di  teras depan  rumah  tersebut.  Hal  ini  disetujui  oleh  peneliti  dan
akhirnya wawancara tersebut dilakukan. Wawancara  yang  berlangsung  lebih  dari  satu  jam  ini,
berjalan  dengan  baik,  dan  partisipan  menjawab  pertanyaan demi  pertanyaan  dengan  jelas.  Belum  lama  wawancara
berlangsung, ayah partisipan tiba-tiba keluar dari rumahnya
dan  kemudian  melihat  peneliti  bersama  partisipan  sedang berbicara  di  depan  rumah.  Ayah  partisipan  mendatangi
peneliti  dan  partisipan  serta  menanyakan  beberapa pertanyaan  kepada  peneliti,  termasuk  tujuan  kedatangan
peneliti. Setelah itu, ayah partisipan duduk dan sesekali ikut menjawab  pertanyaan  yang  ditujukan  peneliti  kepada
partisipan. Beberapa  saat  setelah  wawancara  dilakukan,  istri
partisipan  membawa  minuman  untuk  kami  bertiga  dan mempersilahkan  kami  untuk  meminumnya.  Setelah  itu
partisipan tiba-tiba mengirimkan pesan ke telepon genggam peneliti  yang  berisi  permintaan  kepada  peneliti  untuk
bersabar  karena  ada  beberapa  hal  yang  ingin  disampaikan partisipan  kepada  peneliti  apabila  ayahnya  telah  pergi.  Hal
ini  dimaksudkannya  agar  tidak  menyinggung  perasaan ayahnya. Akhirnya hal tersebut disetujui oleh peneliti.
Beberapa saat kemudian ayah partisipan memohon diri kepada  peneliti  untuk  pergi  beribadah  di  mesjid,  dan
kemudian  meninggalkan  peneliti  bersama  partisipan. Setelah  ayahnya  pergi  ada  beberapa  hal  yang  disampaikan
partisipan kepada peneliti terkait hubungan ayahnya dengan ibunya  yang    menderita  skizofrenia.  Menurut  partisipan,
salah satu penyebab ibunya kambuh adalah karena tekanan yang  diberikan  oleh  ayahnya  sendiri.  Inilah  sebabnya
partisipan  tidak  ingin  membicarakan  hal  ini  di  depan ayahnya.
Setelah  beberapa  pertanyaan  di  berikan  kepada partisipan, peneliti akhirnya memutuskan untuk mengakhiri
karena  cuaca  hujan  dan  suara  partisipan  mulai  tidak terdengar,  mengingat  tempat  pada  saat  dilangsungkan
wawancara  adalah  teras  depan  rumah  yang  langsung terhubung  dengan  halaman  rumah  yang  terbuka.  Setelah
mengakhiri wawancara tersebut partisipan dan juga peneliti melanjutkan  pembicaraan  seputar  aktivitas  partisipan
sehari-hari.  Hal  ini  tidak  direkam  oleh  peneliti  karena keadaan  yang  tidak  memungkinkan  serta  tidak  ada
informasi yang terkait dengan topik penelitian ini. Wawancara  kedua  dilakukan  pada  hari  Sabtu,  16
Febuari 2013 di kediaman partisipan, yang berada di daerah Kabupaten  Boyolali.  Pada  saat  peneliti  datang  ke  rumah
partisipan,  partisipan  tidak  berada  di  rumah.  Akhirnya peneliti  menunggu  sekitar  10  menit  di  teras  depan  rumah
partisipan. Setelah kira-kira 10 menit menunggu, partisipan bersama  anaknya  datang  dengan  menggunakan  sepeda
motor.  Partisipan  meminta  maaf  kepada  peneliti  karena membuat  peneliti  menunggunya  yang  sedang  menjemput
anaknya  dari  sekolah.  Setelah  itu  peneliti  dipersilahkan duduk  di  teras  depan  rumahnya.  Wawancara  kedua  ini
berlangsung  selama  kurang  lebih  40  menit  dengan  posisi duduk berhadapan.
Selama  wawancara,  partisipan  kembali  menjawab setiap  pertanyaan  yang  diajukan  oleh  peneliti  dengan  baik
dan  seolah-olah  tidak  ingin  menyembunyikan  setiap  hal
yang  ditanyakan.  Hal  ini  dapat  dilihat  dari  keterbukaan partisipan  dalam  menceritakan  masalah  yang  terjadi  di
dalam  keluarganya,  termasuk  di  antaranya  masalah  ayah dan  ibunya.  Ia  juga  menegaskan  agar  ayahnya  jangan
sampai  mengetahui  cerita  ini  karena  takut  menyinggung perasaan ayahnya.
Selain  itu,  partisipan  juga  menunjukkan  sikap  tenang dalam
mengungkapkan perasaannya
ketika harus
bertanggung jawab lebih daripada saudara-saudaranya yang lain dalam merawat ibunya yang sakit. Setelah memberikan
beberapa  pertanyaan  dan  peneliti  merasa  cukup  dengan cerita  partisipan,  akhirnya  peneliti  memohon  diri  untuk
pulang.
c. Analisis verbatim