serta gejala yang ditunjukkan oleh masing-masing penderita. Hal tersebut dapat ditunjukkan secara singkat melalui tabel berikut.
Tabel  4.1.  Beberapa  persamaan  latar  belakang  partisipan  yang memiliki  anggota  penderita  skizofrenia  dalam  hal  penyebab  penyakit
dan gejala yang ditunjukkan penderita.
Penyebab anggota keluarga menderita skizofrenia
menurut pandangan partisipan
Gejala yang ditunjukkan oleh anggota keluarga yang menderita skizofrenia
Genetik Neuro-
biologis Psikologis-
sosial Halusi -
nasi Avolisi
Reaksi emosi
Pem- bicaraan
yang kacau
P 1
Saudara P1
tidak diketahui
Ada tekanan karena beban
perkuliahan yang berat
Tidak diketahui
secara pasti
Kehila- ngan
minat melaku-
kan kegiatan
 
Marah
Terlihat pada saat penderita
berbicara sendiri
P 2
Saudara kandung
penderita
tidak diketahui
Ada tekanan yang
diberikan oleh suami
penderita
Halusinasi audiotoris
Tidak memen-
tingkan kesehatan
pribadi
Marah
Terlihat pada saat penderita
berbicara sendiri
P 3
Tidak diketahui
tidak diketahui
Ada beban pikiran
penderita
Halusinasi audiotoris
Malas
Marah
Terlihat pada saat penderita
berbicara sendiri
2. Permasalahan Yang Dihadapi Dalam Merawat Salah Satu Anggota Penderita Skizofrenia Pasca Perawatan
Pengalaman  merawat  anggota  keluarga  yang  menderita gangguan jiwa berat, seperti skizorenia memberikan dampak atau
pengaruh  terhadap  permasalahan  yang  dihadapi  keluarga  seperti
waktu  luang,  pekerjaan,  serta  relasi  di  antara  tiap-tiap  anggota keluarga  tersebut  Chafetz    Barnes,  1989.  Ketiga  partisipan
dalam penelitian ini juga menjumpai beberapa permasalahan saat merawat  anggota  keluarga  mereka  yang  menderita  skizofrenia.
Namun  demikian,  berbagai  upaya  dilakukan  untuk  mengatasi hambatan-hambatan  yang  dihadapi  dalam  keluarga  mereka
tersebut. P1 DJ bersama keluarga memiliki permasalahan dengan
biaya perawatan penderita yang dirasa terlalu mahal, yakni sekitar kurang  lebih  2  juta  untuk  jangka  waktu  satu  minggu  di  RSJ.
Dengan kondisi keuangan keluarganya, maka solusi yang diambil oleh  P1  bersama  istrinya  adalah  memindahkan  perawatan
anaknya  ke  Panti  rehabilitasi  mental  yang  letaknya  berdekatan dengan  rumah  mereka.  Di  Panti  rehabilitasi  tersebut,  biaya
perawatan yang ditanggungkan kepada pasien dan keluarga tidak begitu  mahal.  Selain  biaya  perawatan,  permasalahan  yang  dirasa
cukup  signifikan  dalam  keluarga  adalah,  ketidakmampuan  dari penderita untuk merespons setiap masukan dan saran dari P1 dan
istri,  sekalipun  hal  itu  ditujukan  untuk  kebaikan  penderita. Sebagai  contoh,  penderita  menolak  untuk  melakukan  pekerjaan
rumah  atau  kegiatan  di  lingkungan  rumah  yang  disarankan  oleh orang  tuanya.  Hal  ini  menjadi  beban  pikiran  tersendiri  bagi  istri
P1  yang  juga  adalah  ibu  penderita.  Ada  kekhawatiran  ketika penderita tidak ingin melakukan pekerjaan yang berakibat ia tidak
dapat hidup mandiri dan terus bergantung pada orang tua, padahal usia  penderita  sudah  tergolong  dewasa.  Permasalahan  lain  yang
dihadapi  keluarga  ini  adalah  ketidakmampuan  penderita  dalam
mengingat  jadwal  mengonsumsi  obat,  sehingga  dalam  hal  ini, obat yang dikonsumsi penderita harus selalu disiapkan oleh P1.
Pada P2 A, permasalahan yang terjadi adalah kurangnya kesadaran  dari  ibunya  untuk  mengonsumsi  obat  secara  teratur.
Oleh  karena  itu,  P2  harus  selalu  menyediakan  dan  memaksa ibunya  untuk  mengonsumsi  obat-obatan  tersebut.  Salah  satu  hal
yang  menjadi  hambatan  dalam  memberikan  obat  adalah ketidakpatuhan  ibu  terhadap  anggota  keluarga  lain  yang
menyediakan  obat  untuk  dikonsumsinya,  yakni  suaminya  dan beberapa  saudara  P2.  Selain  itu,  permasalahan  yang  dirasa
menjadi beban utama P2 adalah kurangnya rasa saling pengertian antara ibunya yang sakit dan ayahnya. Hal ini ditunjukkan dengan
sebagian  besar  konflik  yang  terjadi,  penderita  menunjukkan ekspresi  emosi  marah  yang  berlebihan  kepada  suaminya.  P2
menduga  hal  ini  diakibatkan  tekanan  yang  diberikan  oleh ayahnya  terhadap  ibunya  yang  menuntut  ibunya  untuk  bekerja,
padahal  kondisi  ibu  yang  sakit  ini,  tidak  memungkinkan  untuk melakukan banyak aktivitas. Sementara itu, biaya perawatan tidak
menjadi hal yang membebani keluarga P2. Beberapa  masalah  dan  hambatan  juga  dialami  oleh  P3
YU  dan  keluarga  saat  merawat  anggota  keluarga  penderita skizofrenia pasca perawatan. Permasalahan yang paling menonjol
dirasakan  oleh  P3  dan  keluarga  adalah  sulitnya  menoleransi kebiasaan  penderita  yang  sering  berpergian  hingga  larut  malam
dan  sulit  tidur.  Keterbatasan  waktu  juga  merupakan  hambatan utama,  sehingga  P3  dan  keluarga  merasa  kesulitan  meluangkan
waktu  untuk  menemani  penderita  dengan  kebiasaan  penderita
tersebut.  Dengan  demikian  hal  ini,  juga  turut  menimbulkan permasalahan  baru,  yakni  reaksi  emosi  marah  berlebihan  yang
ditunjukkan  oleh  penderita  kepada  P3  dan  keluarga,  karena keterbatasan waktu mereka sehingga tidak dapat selalu menemani
penderita.  Untuk  biaya  perawatan  tidak  dirasa  sebagai  suatu beban, karena keluarga P3 dibantu oleh pihak gereja.
Secara  lebih  singkat  pokok  permasalahan  yang  dihadapi oleh ketiga partisipan, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel  4.2.  Permasalahan  yang  dihadapi  partisipan  dan  keluarga  saat merawat anggota keluarga penderita skizofrenia pasca perawatan
Permasalahan Yang Dihadapi
P1 a.
Biaya perawatan yang mahal. b.
Kesulitan  P  dalam  menumbuhkan  kembali  minat  penderita terhadap suatu pekerjaan atau kegiatan yang disarankan.
c. Ketidakmampuan penderita untuk mengonsumsi obat secara
mandiri. P2
a. Ketidakpatuhan  mengonsumsi  obat  pada  penderita.  Dalam
hal  ini  P  merupakan  satu-satunya  anggota  keluarga  yang menyediakan  dan  juga  mampu  membuat  penderita  untuk
mengonsumsi obat secara teratur.
b. Sikap  kasar  dan  tegas  oleh  partisipan  kepada  penderita,
karena  tidak  patuh  dalam  mengonsumsi  obat  juga  menjadi beban tersendiri bagi partisipan. Bagi partisipan hal tersebut
tidak sepantasnya untuk dilakukan oleh seorang anak kepada ibunya,  namun  partisipan  juga  kebingungan  dalam  mencari
cara lain yang lebih baik untuk menegaskan penderita dalam hal kedisiplinan mengonsumsi obat.
c. Adanya  konflik  antara  penderita  ibu  P  dan  ayahnya.
Tekanan  yang  diberikan  oleh  ayah  kepada  ibu,  menjadi salah  satu  pemicu  permasalahan  yang  sering  terjadi  dalam
keluarga mereka.
P3 a.
Kesulitan  P  dan  keluarga  meluangkan  waktu  untuk
3.  Dukungan  Sosial  yang  Diberikan  Partisipan  dan  Keluarga Dalam