Perkembangan Umum Reksa Dana

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Perkembangan Umum Reksa Dana

Reksa Dana diperkenalkan pertama kali di indonesia ialah pada tahun 1976 melalui PT Danareksa yang harga dari setiap unit danareksa diumumkan melalui radio. Sejak dicanangkannya tahun 1996 sebagai tahun reksa dana, reksa dana meningkat dengan pesat dan mulai menarik perhatian berbagai kalangan investor, baik lokal maupun internasional, institusional maupun individual. Selain memberikan manfaat dan keuntungan, reksa dana juga mengandung risiko yang harus Universitas Sumatera Utara dipertimbangkan oleh investor. Namun akibat krisis, Pada tahun 1997 terjadi penurunan Reksa Dana yang kembali berkembang pesat pada akhir tahun 2000. Sejalan dengan upaya pemulihan krisis ekonomi Indonesia, Pada tahun 2010 berbagai indikator ekonomi menunjukkan kondisi yang menggembirakan yaitu angka pertumbuhan ekonomi sebesar 6,1, serta tingkat suku bunga dan nilai tukar yang cenderung stabil serta angka pengangguran turun sebesar 7,14. Kondisi tersebut berdampak positif terhadap iklim investasi di Indonesia sehingga mendorong meningkatnya kontribusi industri pasar modal dan keuangan non-bank Indonesia terhadap perekonomian nasional. Peran pasar modal sebagai sumber pendanaan dunia usaha juga menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Di tahun 2010, jumlah perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana saham meningkat sebesar 84,62. Serta pada tahun 2010, pasar modal Indonesia kembali mengukir prestasi terbaiknya. Indeks Harga Saham Gabungan IHSG Bursa Efek Indonesia BEI mencatat pertumbuhan sebesar 46,13 atau terbaik di kawasan Asia Pasifik. Penguatan indeks tersebut juga diikuti dengan peningkatan beberapa indikator utama lain seperti nilai kapitalisasi pasar BEI meningkat sebesar 60,80, dari 2.019,38 triliun pada akhir tahun 2009 menjadi 3.247,10 triliun pada akhir perdagangan tahun 2010. Berdasarkan data BAPEPAM rasio nilai kapitalisasi pasar terhadap Produk Domestik Bruto PDB juga mengalami kenaikan yaitu dari 35,97 di tahun 2009 menjadi 50,55 di tahun 2010. Hal yang sama terjadi pada industri pengelolaan investasi, pada akhir tahun 2010 total NAB tercatat sebesar 153,28 triliun atau Universitas Sumatera Utara meningkat 34,02 bila dibandingkan dengan total NAB akhir tahun 2009 yang tercatat sebesar 114,37 triliun. Total nilai transaksi saham juga mengalami peningkatan sebesar 20,61, dari 975,21 triliun di tahun 2009 menjadi 1.176,24 triliun di tahun 2010. Kondisi yang sama terjadi pada nilai transaksi rata-rata harian, nilainya meningkat dari 4,05 triliun per hari pada tahun 2009 menjadi 4,80 triliun per hari pada tahun 2010. Dari total nilai transaksi saham senilai 1.176 triliun tersebut, sebesar 68,28 atau 803,08 triliun dilakukan oleh investor domestik sedangkan sisanya sebesar 373,15 triliun atau 31,72 dari total nilai transaksi merupakan transaksi yang dilakukan oleh investor asing. Disamping itu, nilai bersih transaksi saham yang dilakukan oleh investor asing menyebabkan terjadinya aliran masuk dana asing net inflow of foreign capital sebesar 20,98 triliun. Jumlah tersebut meningkat cukup signifikan jika dibandingkan tahun 2009 dimana aliran masuk dana asing nilainya hanya sebesar 13,78 triliun. Kondisi ini menunjukkan peningkatan kepercayaan investor asing terhadap Pasar Modal Indonesia. Tabel 4.1 Perkembangan Indeks Saham di Beberapa Bursa Utama di Asia Pasifik Indeks Desember 2010 Desember 2011 Perubahan Philippine Stock Exchange Index 4201,14 4371,96 4,07 IDX Composite Stock Price Index 3703,51 3821,99 3,20 Kuala Lumpur Stock Exchange Composite Index 1518,91 1530,73 0,78 Universitas Sumatera Utara Stock Exchange of Thailand Index 1032,76 1025,32 -0,72 KOSPI Index 2051,00 1825,74 -10,98 Nikkei-225 Stock Exchange 10228,92 8455,35 -7,34 Hangseng Index 23035,45 18434,39 -19,97 Taiwan Stock Exchange Index 8972,50 7072,08 -21,18 Shanghai Stock Exchange Composite Index 2808,08 2199,42 -21,68 BSE Sensex 30 20509,09 15454,92 -24,64 Shenzen Composite Index 1290,87 866,65 -32,86 Sumber : www.bapepam.go.id data diolah peneliti,09 Juli 2014 Di tengah gejolak ekonomi dunia dan melemahnya indeks-indeks saham lain termasuk di kawasan Asia Pasifik, Indeks Harga Sahan Gabungan IHSG Bursa Efek Indonesia BEI berhasil mencatatkan diri sebagai indeks berkinerja terbaik kedua setelah Bursa Efek Filipina. Pencapaian tersebut tentu saja tidak lepas dari kerja keras regulator dan pelaku industri serta dukungan pemerintah melalui kebijakan ekonomi dan politik yang mampu menciptakan iklim yang kondusif bagi industri pasar modal. IHSG Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011 mencapai 3.821,99 dan merupakan indeks dengan pertumbuhan tertinggi kedua di kawasan Asia Pasifik. Industri pengelolaan investasi di tahun 2010 mengalami perkembangan yang menggembirakan. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh kondisi perekonomian nasional dan industri pasar modal yang terus membaik. Perkembangan positif ini dapat terlihat dari meningkatnya Gross Domestic Product GDP atas dasar harga berlaku, dari Rp5.613,4 triliun di tahun 2009 menjadi Rp6.422,9 triliun di tahun 2010 atau mengalami peningkatan sebesar 6,1. Sementara itu, suku bunga pinjaman juga masih cenderung stabil, yaitu sebesar 6,5 pada tanggal 3 Desember 2009 dan tetap bertahan sampai pada tanggal 3 Desember 2010. Universitas Sumatera Utara Meskipun mengalami trend peningkatan, jika dibandingkan dengan GDP harga berlaku tahun 2010, porsi total NAB Reksa Dana terhadap GDP masih tergolong kecil, yakni sebesar 2,4 dari GDP. Peningkatan NAB di tahun 2010 tersebut, sebagian besar merupakan kontribusi dari NAB produk Reksa Dana Saham dan NAB Reksa Dana Terproteksi masing-masing sebesar 31,5 dan 27,8. Sementara itu, NAB Reksa Dana Pendapatan Tetap dan Reksa Dana Campuran memberikan kontribusi masing-masing sebesar 18,30 dan 16,82. Selain itu, Reksa Dana Pasar Uang, Reksa Dana Indeks, dan Reksa Dana yang Unit Penyertaannya diperdagangkan di Bursa atau lebih dikenal sebagai Exchange Traded Fund ETF yang jumlah produknya masih belum banyak, juga memberikan kontribusi masing-masing sebesar 5,04, 0,17, dan 0,27. Gambar 4.1 Perkembangan NAB Reksa Dana Sumber : www.bapepam.go.id data diolah peneliti,9 Juli 2014 Sedangkan pada tahun 2013, Pasar saham domestik menunjukkan penurunan kinerja walaupun sempat mengalami penguatan pada paruh pertama tahun 2013. Pada 139,096 163,15 182,727 185,42 200,138 50 100 150 200 250 D es -10 M ar -11 Ju n -11 S ep -11 D es -11 M ar -12 Ju n -12 S ep -12 D es -12 M ar -13 Ju n -13 S ep -13 D es -13 M ar -14 Ju n -14 Total Nilai Aktiva Bersih Total NAV Universitas Sumatera Utara paruh pertama tahun 2013, kinerja IHSG terus menguat dan diwarnai ekspetasi pencapaian yang tinggi. Namun dalam perkembangannya, faktor resiko eksternal dan domestik yang kemabali meningkat menyebabkan koreksi pada tahun 2013. Pada akhir tahun 2013, IHSG mencapai level 4274,2 dari tahun sebelumnya sebesar 4316,7 atau turun 0,98 . Perekonomian global yang melemah di tengah struktur perekonomian domestik yang tidak mendukung telah meningkatkan tekanan negatif kepada Neraca Pembayaran Indonesia NPI. Di satu sisi, perekonomian global yang melambat akibat menurunnya pertumbuhan negara-negara emerging market telah mengurangi permintaan ekspor terhadap indonesia. Di sisi lain, indikasi membaiknya perekonomian Amerika Serikat mendorong otoritas moneter negara tersebut untuk melakukan pengurangan stimulus moneter. Respon tersebut kemudian secara berangsur-angsur mengurangi pasukan likuiditas ke negara-negra emerging market termasuk indonesia. Serta faktor global dan domestik yang kurang kondusif juga mendorong penurunan investasi langsung di indonesia. Investasi langsung asing di Indonesia turun dari 19,1 miliar dolar AS pada tahun 2012 menjadi 18,4 miliar dolar AS.

4.2. Perkembangan Reksa Dana Saham

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Fund Longevity, Fund Cash Flow, dan Fund Size terhadap Kinerja Reksa Dana (Studi Kasus: Reksa Dana Saham yang Terdaftar di BAPEPAM Periode Tahun 2011-2014)

3 37 114

Analisis Pengaruh Fund Longevity, Fund Cash Flow, dan Fund Size terhadap Kinerja Reksa Dana (Studi Kasus: Reksa Dana Saham yang Terdaftar di BAPEPAM Periode Tahun 2011-2014)

0 0 11

Analisis Pengaruh Fund Longevity, Fund Cash Flow, dan Fund Size terhadap Kinerja Reksa Dana (Studi Kasus: Reksa Dana Saham yang Terdaftar di BAPEPAM Periode Tahun 2011-2014)

0 0 2

Analisis Pengaruh Fund Longevity, Fund Cash Flow, dan Fund Size terhadap Kinerja Reksa Dana (Studi Kasus: Reksa Dana Saham yang Terdaftar di BAPEPAM Periode Tahun 2011-2014)

0 0 9

Analisis Pengaruh Fund Longevity, Fund Cash Flow, dan Fund Size terhadap Kinerja Reksa Dana (Studi Kasus: Reksa Dana Saham yang Terdaftar di BAPEPAM Periode Tahun 2011-2014)

0 0 30

Analisis Pengaruh Fund Longevity, Fund Cash Flow, dan Fund Size terhadap Kinerja Reksa Dana (Studi Kasus: Reksa Dana Saham yang Terdaftar di BAPEPAM Periode Tahun 2011-2014)

0 0 4

Analisis Pengaruh Fund Longevity, Fund Cash Flow, dan Fund Size terhadap Kinerja Reksa Dana (Studi Kasus: Reksa Dana Saham yang Terdaftar di BAPEPAM Periode Tahun 2011-2014)

0 2 18

Analisis Hubungan Kepemilikan insider Dengan Fund Return, Fund Turn Over, dan Fund Tax Cost Reksa Dana Saham periode 2010-2013

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal - Analisis Hubungan Kepemilikan insider Dengan Fund Return, Fund Turn Over, dan Fund Tax Cost Reksa Dana Saham periode 2010-2013

0 0 23

ANALISIS HUBUNGAN KEPEMILIKAN INSIDER DENGAN FUND RETURN, FUND TURN OVER, DAN FUND TAX COST REKSA DANA

0 0 10