Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan karakter Sri Narwanti, 2011: 14 adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar-salah tetapi lebih pada penanaman kebiasaan habit mengenai hal-hal yang baik dalam kehidupan, sehingga peserta didik memiliki kesadaran dan pemahaman yang tinggi serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus melibatkan pengetahuan yang baik moral knowing, perasaan yang baik atau loving good moral feeling, dan perilaku yang baik moral action sehingga terbentuk perwujudan kesatuan perilaku dan sikap hidup peserta didik H.E. Mulyasa, 2013: 3. Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Dalam UU No. 20 tahun 2003 dinyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, 2 berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan hal tersebut, secara formal upaya menyiapkan kondisi, saranaprasarana, kegiatan pendidikan, dan kurikulum yang mengarah kepada pembentukan watak dan budi pekerti generasi muda bangsa memiliki landasan yuridis yang kuat. Pendidikan karakter bukanlah hal baru. Akan tetapi saat ini mendapat perhatian serius karena terjadi krisis moral yang menerpa semua lapisan masyarakat. Tidak terkecuali juga pada anak-anak usia sekolah. Krisis moral inilah yang dikhawatirkan nantinya dapat membuat bangsa Indonesia menjadi hancur. Hal ini sejalan dengan pendapat Thomas Lickona Syamsul Kurniawan, 2013: 18 yang menyatakan bahwa suatu bangsa berada di tebing jurang kehancuran apabila terjadi kekerasan di kalangan remaja, penggunaan bahasa dan kata-kata yang buruk, pengaruh peergroup yang kuat dalam tindak kekerasan, meningkatnya perilaku yang merusak diri, semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, menurunnya etos kerja, semakin rendahnya rasa hormat pada orang tua dan guru, rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, membudayanya ketidakjujuran, dan adanya rasa saling curiga serta kebencian di antara sesama. Untuk mencegah lebih parahnya krisis moral, kini upaya tersebut mulai dirintis melalui pendidikan karakter bangsa. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Penyelenggaraan Pendidikan pada Pasal 17 Ayat 3. Berdasarkan peraturan 3 tersebut, jelas bahwa tujuan pendidikan di setiap jenjang sangat berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik. Sekolah sebagai organisasi formal membantu peserta didik belajar dan berkembang. Sekolah tentu saja tidak hanya mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan mengembangkan intelektual saja, tetapi juga mempengaruhi kemandirian, tanggung jawab, dan tata tertib. Lewat sekolah dapat pula memfasilitasi pembentukan kepribadian peserta didik sesuai nilai dan norma, mewariskan nilai-nilai budaya, serta mendorong partisispasi demokrasi peserta didik. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen stakeholders harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri. Komponen-komponen pendidikan itu antara lain isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah. Dengan demikian, keberhasilan pendidikan karakter di sekolah dapat optimal. Penanaman nilai-nilai karakter dalam pendidikan harus dimulai sejak usia dini yakni sejak anak masih di sekolah dasar SD. Keberhasilan pendidikan karakter pada masa SD akan menjadi pondasi untuk membangun kepribadian peserta didik pada jenjang pendidikan diatasnya dan juga pada kehidupan bermasyarakat pada umumnya. Untuk itu, peran SD saat ini menjadi penting dalam rangka keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter. 4 Melalui pendidikan karakter sejak dini diharapkan terlahir generasi muda masa depan yang berilmu, berbudaya, dan beradab di tengah-tengah era globalisasi. Akan tetapi pada kenyataannya, saat ini masih banyak sekolah yang hanya fokus pada nilai akademik, sedangkan aspek non akademik sebagai unsur utama pendidikan karakter diabaikan. Selain itu, juga terjadinya pergeseran substansi pendidikan ke pengajaran. Makna pendidikan yang sarat dengan muatan nilai-nilai moral bergeser kepada pemaknaan pengajaran yang berkonotasi sebagai transfer pengetahuan. Terabaikannya sistem nilai yang semestinya menyertai proses pembelajaran dapat mengakibatkan ketimpangan intelektual dengan emosional yang pada gilirannya akan melahirkan sosok spesialis yang kurang peduli terhadap lingkungan sosial maupun alamiah. Keberhasilan pendidikan karakter setidaknya harus didukung melalui tiga cara, yaitu pembelajaran, pembiasaan, dan pemodelan. Pendidikan karakter tidak untuk diajarkan tetapi harus ditanamkan dan dikembangkan pada diri peserta didik, sehingga tidak bisa hanya diberikan dalam proses pembelajaran saja. Hasil yang diharapkan dengan adanya pendidikan karakter ini adalah agar peserta didik terbiasa melakukan kegiatan sehari-hari dengan dilandasi nilai-nilai moral dan budi pekerti yang telah dilatihkan dalam pembelajaran. Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah adanya role model atau contoh dari semua pihak mengenai sikap-sikap yang menunjukkan nilai-nilai karakter. 5 Salah satu sekolah yang memberikan respon positif terhadap pendidikan karakter adalah SD Negeri Sinduadi 2. Menurut hasil wawancara yang dilakukan kepada kepala sekolah dan guru di SD tersebut 13 Oktober 2015 diperoleh informasi bahwa SD Negeri Sinduadi 2 menerapkan pendidikan karakter ini sudah sejak lama kurang lebih 4 atau 5 tahun yang lalu. Hal ini dilakukan karena keprihatinan para guru dan kepala sekolah terhadap perilaku peserta didik yang kurang baik. Dari hasil wawancara dengan guru kelas dan guru agama SD Negeri Sinduadi 2 13 Oktober 2015 dijelaskan bahwa di SD Negeri Sinduadi 2 masih ada peserta didik yang berperilaku immoral meskipun pendidikan karakter telah diterapkan di SD ini. Hal tersebut diketahui karena hampir setiap hari ada peserta didik yang berkelahi bahkan hanya karena hal-hal sepele, kurangnya rasa hormat terhadap guru, kurang sopan santun terhadap sesama, saling mengejek antar peserta didik, suka membolos, berkata-kata kasar, membuat gaduh dan bermain sendiri saat kegiatan pembelajaran, menyontek, mudah sekali marah dan mengamuk. Selain itu, setiap hari selalu saja ada peserta didik yang terlambat datang, berpakaian kurang rapi, dan rasa tanggung jawab peserta didik di SD ini juga masih kurang. Sekolah Dasar Negeri Sinduadi 2 ini terletak di pinggiran kota dengan lingkungan sekitar yang kurang kondusif hasil observasi pada tanggal 12-14 September 2015. Hal ini karena SD tersebut dekat dengan mall dan pusat hiburan sehingga mempengaruhi perilaku peserta didiknya. Oleh karena itu, 6 untuk mengatasi permasalahan tersebut sekolah melakukan berbagai upaya salah satunya yaitu melalui pendidikan karakter. Pendidikan karakter yang ditekankan oleh SD Negeri Sinduadi 2 menurut hasil wawancara dengan kepala sekolah 13 Oktober 2015, menyangkut 3 hal yaitu tradisi seperti sopan dan santun terhadap sesama, budaya supaya saling bertoleransi, dan kebangsaan seperti cinta dan bangga terhadap bangsanya sendiri. Dari tiga hal tersebut dikembangkan ke dalam karakter-karakter lain yang telah diupayakan oleh pemerintah. Bentuk pendidikan karakter yang telah diupayakan oleh sekolah ini pun beragam seperti teguran, keteladanan, pembiasaan, dan kegiatan pengembangan diri. Melalui pendidikan karakter di sekolah ini diharapkan peserta didik di SD ini menjadi lebih baik sikap, perilaku, dan tingkah lakunya baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat. Implementasi pendidikan karakter di SD Negeri Sinduadi 2 ini sesuai dengan visi yang diusung oleh SD tersebut yaitu unggul dalam prestasi, berdasarkan iman, takwa dan berbudaya. Untuk mewujudkan visi tersebut, SD Negeri Sinduadi 2 memiliki misi sebagai berikut: 1. Mendorong dan membantu semangat penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan budaya bangsa, 2. Melaksanakan bimbingan dan pembelajaran dengan pendekatan PAIKEM dan CTL, dan pendekatan yang relevan sehingga peserta didik berkembang wajar sesuai dengan potensi yang dimiliki, 7 3. Menumbuhkan semangat keunggulan dan mampu bersaing ditingkat nasional bidang akademik dan non akademik, 4. Menerapkan manejemen partisipatif dalam menciptakan tatanan kehidupan dan berkepribadian luhur dilingkungan sekolah, 5. Mengembangkan seni dan budaya daerah, 6. Menanamkan dan membina budaya tertib, berfikir ilmiah serta budaya kerja kepada seluruh warga sekolah, 7. Mengutamakan keteladanan dalam proses pembelajaran yang berorientasi pada kemajuan peserta didik. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya tentu tak semulus yang diharapkan meskipun sekolah ini tergolong sekolah kecil. Ada faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga sampai saat ini masih terdapat peserta didik yang sikap dan perilakunya kurang sesuai dengan yang diharapkan. Meskipun upaya yang dilakukan sekolah sudah mendekati maksimal namun hasilnya belum optimal. Berdasarkan latar belakang tersebut, untuk mengetahui lebih detail tentang implementasi pendidikan karakter bagi peserta didik di SD Negeri Sinduadi 2 dan faktor-faktor yang mempengaruhinya maka perlu adanya penelitian lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan peneli tian dengan judul “Implementasi Pendidikan Karakter pada Peserta Didik d i SD Negeri Sinduadi 2”. 8

B. Identifikasi Masalah