Perkembangan Karakter Peserta Didik Sekolah Dasar

23 dalam sistem pendidikan tersebut dapat memahami, merasakan, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai kebajikan moral.

D. Perkembangan Karakter Peserta Didik Sekolah Dasar

Pada implementasi pendidikan karakter, guru juga harus memperhatikan tahapan perkembangan karakter peserta didik. Peserta didik usia SD berada pada usia 7-12 tahun. Pada usia tersebut menurut Piaget John W. Santrock, 2007: 117-118, anak berada pada tahap transisi dan moralitas otonom. Tahap transisi biasanya dimiliki oleh peserta didik di kelas rendah. Oleh karena itu, anak kadang-kadang menunjukkan ciri-ciri moral pada periode heteronom dan kadang-kadang menunjukkan ciri-ciri moral pada periode otonom. Hal ini berbeda dengan peserta didik di kelas tinggi yang berada pada tahap moralitas otonom. Anak dalam pekembangan moral heteronom, memandang tingkah laku baikburuk dari akibat yang ditimbulkan. Pada tahap ini pemahaman terhadap peraturan adalah mutlak tidak dapat diubah dan baikburuknya suatu tingkah laku ditentukan oleh orang dewasa. Jadi, anak bertingkah laku baik untuk menjauhi hukuman dan tekanan dari orang tua maupun guru. Pada moral otonom, kesalahan tingkah laku dan maksud orang bertingkah laku dipandang bukan dari akibat yang ditimbulkan oleh tingkah laku tersebut melainkan dari tujuannya. Selain itu menurut anak yang berada pada tahap ini, hukuman bukan merupakan suatu yang berlaku secara mekanis. Hukuman ditentukan oleh tujuan seseorang melakukan tingkah laku tertentu. 24 Piaget Hurlock, 1978:80 menyatakan antara usia 5 sampai 12 tahun, konsep anak mengenai keadilan sudah berubah. Pengertian yang kaku tentang benar dan salah yang telah dipelajari dari orang tua menjadi berubah. Anak yang lebih muda ditandai dengan moral heteronomous kaku sedangkan anak usia 10 tahun sudah bergerak ke tingkat yang lebih tinggi yang disebut moralitas autonomous relatif. Pendapat lain mengenai moral juga diungkapkan oleh Kohlberg Santrock, 2007:118-119 yang menyatakan ada enam tahap perkembangan moral. Keenam tahap tersebut terjadi pada tiga tingkatan, yaitu pra- konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional. Dari tahapan tersebut, anak usia SD tergolong dalam tahap berikut 1. Pra-konvensional 4-9 tahun Pada tahap ini, anak menilai moralitas dari suatu tindakan berdasarkan konsekuensinya langsung. Tingkah laku individu tunduk pada peraturan dari luar. Tahap 1. Orientasi kepatuhan dan hukuman Individu memfokuskan diri pada konsekuensi langsung dari tindakan mereka yang dirasakan sendiri akibat fisik. Anak berorientasi pada hukuman. Anak patuh karena takut dihukum. Sebagai tambahan, anak tidak tahu bahwa sudut pandang orang lain berbeda dari sudut pandang dirinya egosentris. 25 Tahap 2. Orientasi minat pribadi Perilaku yang benar didefinisikan dengan apa yang paling diminatinya. Anak kurang menunjukkan perhatian pada kebutuhan orang lain, hanya sampai tahap bila kebutuhan itu juga berpengaruh terhadap kebutuhannya sendiri. Anak menyesuaikan diri terhadap harapan sosial untuk memperoleh penghargaan. 2. Konvensional 10-15 tahun Orang di tahapan ini menilai moralitas dari suatu tindakan dengan membandingkannya dengan pandangan dan harapan masyarakat bersifat konformitas Tahap 3. Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas Sikap anak baik Seseorang memasuki masyarakat dan memiliki peran sosial. Individu mau menyesuaikan dengan orang lain karena hal tersebut merefleksikan persetujuan masyarakat terhadap peran yang dimilikinya. Mereka mencoba menjadi seorang anak baik untuk memenuhi harapan tersebut. Tahap 4. Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial Moralitas hukum dan aturan Penilaian moral didasari oleh pemahaman tentang keteraturan di masyarakat, hukum, keadilan, dan kewajiban. Penting untuk mematuhi hukum, keputusan, dan konvensi sosial karena berguna dalam memelihara fungsi dari masyarakat ketertiban. 26 Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa Kohlberg Rita Eka Izzaty dkk, 2008:110-111 memperluas teori Piaget dan menyebut tingkat kedua dari perkembangan moral anak usia 5 sampai 12 tahun sebagai tingkat moralitas dari aturan-aturan dan penyesuaian konvensional. Dalam tahap pertama disebut moralitas anak baik, anak mengikuti peraturan untuk mengambil hati orang lain dan untuk mempertahankan hubungan yang baik. Dalam tahap kedua Kohlberg menyatakan bila kelompok sosial menerima peraturan yang sesuai bagi semua anggota kelompok, anak harus menyesuaikan diri dengan peraturan untuk menghindari penolakan kelompok dan celaan. Berdasarkan teori-teori yang telah diungkapkan diatas dapat dijelaskan bahwa pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhirnya anak sudah dapat memahami alasan yang mendasari suatu peraturan. Di samping itu, anak sudah dapat mengasosiasikan setiap bentuk perilaku dengan konsep benar-salah atau baik-buruk. Dengan demikian, pada usia sekolah dasar sudah dapat ditanamkan nilai-nilai karakter bahkan sangat penting bagi perkembangan moral selanjutnya. Hal ini karena sejalan dengan pertambahan usia anak, biasanya anak mulai memberontak pada disiplin yang diterapkan di rumah atau sekolah. Perilaku minimal yang dapat dikembangkan untuk jenjang SDMI menurut Nurul Zuriah 2008:70 antara lain 1. Taat kepada ajaran agama 2. Memiliki toleransi 27 3. Tumbuhnya disiplin diri 4. Memiliki rasa menghargai diri sendiri 5. Memiliki rasa tanggung jawab 6. Tumbuhnya potensi diri 7. Tumbuhnya cinta dan kasih sayang 8. Memiliki kebersamaan dan gotong royong 9. Memiliki rasa kesetiakawanan 10. Memiliki sikap saling menghormati 11. Memiliki tata krama dan sopan santun 12. Tumbuhnya kejujuran

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter