14
2. Karakteristik Siswa Tunagrahita Ringan
Karakteristik siswa tunagrahita menurut Sutjihati Somantri 2007: 105 dijabarkan sebagai berikut.
a. Keterbatasan intelegensi
Siswa tunagrahita memiliki keterbatasan kemampuan untuk mempelajari
informasi dan
keterampilan-keterampilan dalam
menyesuaikan diri dengan masalah-masalah dan situasi kehidupan baru, belajar dari pengalaman masa lalu, berpikir abstrak, kreatif, dapat menilai
secara kritis, menghindari kesalahan-kesalahan, mengatasi kesulitan- kesulitan, dan kemampuan untuk merencanakan masa depan. Siswa
tunagrahita juga memiliki keterbatasan dalam berpikir abstrak, baik dalam aktivitas berhitung, menulis, maupun membaca. Kemampuan
siswa dalam belajar cenderung meniru dan tanpa mengerti secara mendalam apa yang ditirunya.
b. Keterbatasan sosial
Siswa tunagrahita memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri sebagai bagian dari lingkungan sosial sehingga mereka memerlukan
bantuan. Siswa tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang usianya lebih muda, ketergantungan terhadap orang tua sangat besar,
tidak mampu memikul tanggung jawab sosial dengan bijaksana, sehingga harus selalu dibimbing dan diawasi. Siswa tunagrahita mudah
dipengaruhi oleh orang lain dan cenderung melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya.
15 c.
Keterbatasan fungsi-fungsi mental lainnya Siswa
tunagrahita memerlukan
waktu lebih
lama untuk
menyelesaikan reaksi pada situasi yang baru dikenalnya. Siswa memperlihatkan reaksi terbaiknya bila mengikuti hal-hal rutin dan secara
konsisten dialaminya dari hari ke hari. Siswa tunagrahita tidak dapat menghadapi suatu kegiatan atau tugas dalam jangka waktu yang lama.
Selanjutnya, Mumpuniarti 2007: 15-17 menjelaskan karakteristik siswa tunagrahita ringan sebagai berikut:
1 Kondisi fisik siswa tunagrahita ringan tidak jauh berbeda dengan siswa
normal lainnya, sehingga terjadi kesulitan dalam mengidentifikasi adanya kelainan sebelum masuk sekolah,
2
Mental age
usia kecerdasan mental tidak sejalan dengan bertambahnya
chronological age
usia kronologis sebenarnya. Siswa tunagrahita ringan mengalami ketertinggalan 2 atau 5 tingkatan di bidang kognitif
dibanding siswa yang usianya sebaya, 3
Siswa tunagrahita ringan tidak mampu mencapai seluruh tahapan perkembangan. Siswa hanya akan mencapai level operasional konkret
sehingga sulit berpikir abstrak. 4
Siswa tunagrahita ringan kemungkinan mengalami kesulitan bidang akademik, miskin perbendaharaan bahasa, serta perhatian dan ingatannya
lemah. Berdasarkan karakteristik dari siswa tunagrahita yang dikaji di atas,
penelitian ini lebih condong pada pendapat Mumpuniarti 2007: 15-17, yang
16 menjelaskan karakteristik siswa tunagrahita ringan dengan lebih spesifik.
Sesuai dengan pendapat tersebut, maka dapat penulis simpulkan bahwa karakteristik siswa tunagrahita ringan dalam penelitian ini adalah siswa yang
memiliki karakteristik sebagai berikut: 1 kondisi fisik pertumbuhan fisik tampak normal seperti siswa usia sebaya, 2 usia kecerdasan tidak sejalan
dengan bertambahnya usia kronologis sehingga berakibat pada kesulitan berpikir abstrak, dan 3 penyesuaian sosial hampir setara dengan siswa
normal seusianya, dan 4 mengalami kesulitan bidang akademik, miskin perbendaharaan bahasa, serta perhatian dan ingatannya lemah.
3. Masalah-Masalah Siswa Tunagrahita Ringan
Perkembangan fungsi kecerdasan siswa tunagrahita yang tidak sejalan dengan usia kronologisnya dan disertai dengan perkembangan perilaku
adaptif yang
rendah, sehingga
menyebabkan siswa
mengalami kesulitanhambatan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Menurut Kemis
dan Ati Rosnawati 2013: 21-42 masalah yang dihadapi siswa tunagrahita adalah:
a. Masalah belajar
Aktivitas belajar sekurang-kurangnya dibutuhkan kemampuan untuk mengingat, kemampuan untuk memahami, serta kemampuan untuk
mencari hubungan sebab akibat. Kemampuan-kemampuan tersebut sulit dilakukan oleh siswa tunagrahita karena perkembangan kemampuan
kognitif siswa tidak sejalan dengan perkembangan usia kronologisnya. Siswa tunagrahita sulit berpikir abstrak, sehingga siswa mengalami