Manfaat teoritis Manfaat Penelitian

12 BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Siswa Tunagrahita Ringan

1. Pengertian Siswa Tunagrahita Ringan

Tunagrahita atau anak dengan hambatan perkembangan, dikenal dengan berbagai istilah yang selalu berkembang sesuai dengan kebutuhan layanan yang diberikan. Istilah yang berkaitan dengan pemberian label terhadap tunagrahita, antara lain: mentally retarded, menta l retardation, students with learning problem, intellectual disability, feeblemindedness, mental subnormality, amentia, dan oligophrenia. Istilah tersebut digunakan sebagai label terhadap orang yang mempunyai kesulitan dalam memecahkan masalah- masalah yang berkaitan dengan konsep dan keterampilan akademik seperti membaca, menulis, dan menghitung angka-angka Bandi Deplhie, 2005: 1-2. Menurut American Association of Mental Retardation AAMR Smith Tyler, 2010: 268, Mental retardation diartikan sebagai suatu ketidakmampuan, dicirikan oleh keterbatasan signifikan dalam fungsi kecerdasan dan adaptasi tingkah laku yang diperlihatkan dalam pemahaman konsep, sosial dan keterampilan adaptasi praktis. Ketidakmampuan ini dialami siswa sebelum usia 18 tahun. Tin Suharmini 2009: 42 membagi siswa tunagrahita menjadi empat kelompok, yaitu mild mental retardation atau tunagrahita ringan IQ 50-75, moderate mental retardation atau tunagrahita sedang IQ 35-55, severe mental retardation atau tunagrahita berat IQ 20-40 dan profound mental 13 retardation atau tunagrahita sangat berat IQ 20-25. Penelitian ini akan mengkaji tingkatan tunagrahita yang ringan berdasarkan fokus penelitian yang sudah dibahas sebelumnya. Tunagrahita ringan menurut Sutjihati Somantri 2007: 106 disebut moron atau debil . Siswa tunagrahita ringan ini masih dapat belajar membaca, menulis dan berhitug sederhana. Selanjutnya menurut Suparno 2008: 4.13, menyatakan bahwa siswa tunagrahita ringan dalam pendidikan diistilahkan sebagai siswa tunagrahita mampu didik. Siswa masih mempunyai kemampuan untuk dididik dalam bidang akademik yang sederhana dasar yaitu membaca, menulis, dan berhitung. Kemampuan maksimal siswa mampu didik setara dengan siswa usia 12 tahun atau kelas VI Sekolah Dasar. Apabila mendapatkan layanan dan bimbingan belajar yang sesuai, maka siswa tunagrahita ringan dapat lulus Sekolah Dasar. Siswa tunagrahita mampu didik setelah dewasa masih memungkinkan untuk dapat bekerja mencari nafkah, dalam bidang yang tidak memerlukan banyak pemikiran. Siswa tunagrahita mampu didik umumnya tidak disertai dengan kelainan fisik baik sensori maupun motoris. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, yang dimaksud dengan siswa tunagrahita ringan dalam penelitian ini adalah siswa yang masih mempunyai kemampuan untuk dididik dalam bidang akademik yang sederhana dasar yaitu membaca, menulis, dan berhitung.