Manfaat Praktis Manfaat Penelitian

13 retardation atau tunagrahita sangat berat IQ 20-25. Penelitian ini akan mengkaji tingkatan tunagrahita yang ringan berdasarkan fokus penelitian yang sudah dibahas sebelumnya. Tunagrahita ringan menurut Sutjihati Somantri 2007: 106 disebut moron atau debil . Siswa tunagrahita ringan ini masih dapat belajar membaca, menulis dan berhitug sederhana. Selanjutnya menurut Suparno 2008: 4.13, menyatakan bahwa siswa tunagrahita ringan dalam pendidikan diistilahkan sebagai siswa tunagrahita mampu didik. Siswa masih mempunyai kemampuan untuk dididik dalam bidang akademik yang sederhana dasar yaitu membaca, menulis, dan berhitung. Kemampuan maksimal siswa mampu didik setara dengan siswa usia 12 tahun atau kelas VI Sekolah Dasar. Apabila mendapatkan layanan dan bimbingan belajar yang sesuai, maka siswa tunagrahita ringan dapat lulus Sekolah Dasar. Siswa tunagrahita mampu didik setelah dewasa masih memungkinkan untuk dapat bekerja mencari nafkah, dalam bidang yang tidak memerlukan banyak pemikiran. Siswa tunagrahita mampu didik umumnya tidak disertai dengan kelainan fisik baik sensori maupun motoris. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, yang dimaksud dengan siswa tunagrahita ringan dalam penelitian ini adalah siswa yang masih mempunyai kemampuan untuk dididik dalam bidang akademik yang sederhana dasar yaitu membaca, menulis, dan berhitung. 14

2. Karakteristik Siswa Tunagrahita Ringan

Karakteristik siswa tunagrahita menurut Sutjihati Somantri 2007: 105 dijabarkan sebagai berikut. a. Keterbatasan intelegensi Siswa tunagrahita memiliki keterbatasan kemampuan untuk mempelajari informasi dan keterampilan-keterampilan dalam menyesuaikan diri dengan masalah-masalah dan situasi kehidupan baru, belajar dari pengalaman masa lalu, berpikir abstrak, kreatif, dapat menilai secara kritis, menghindari kesalahan-kesalahan, mengatasi kesulitan- kesulitan, dan kemampuan untuk merencanakan masa depan. Siswa tunagrahita juga memiliki keterbatasan dalam berpikir abstrak, baik dalam aktivitas berhitung, menulis, maupun membaca. Kemampuan siswa dalam belajar cenderung meniru dan tanpa mengerti secara mendalam apa yang ditirunya. b. Keterbatasan sosial Siswa tunagrahita memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri sebagai bagian dari lingkungan sosial sehingga mereka memerlukan bantuan. Siswa tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang usianya lebih muda, ketergantungan terhadap orang tua sangat besar, tidak mampu memikul tanggung jawab sosial dengan bijaksana, sehingga harus selalu dibimbing dan diawasi. Siswa tunagrahita mudah dipengaruhi oleh orang lain dan cenderung melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya.