23 dkk 2007: 80 menyatakan bahwa pembelajaran adalah sebagai suatu
aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar.
Berdasarkan pendapat tentang pengertian pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu
aktivitas yang
dilakukan guru
untuk mengorganisasikan
materi, mengkondisikan siswa dan mengatur lingkungan belajar agar siswa dapat
meningkatkan kemampuannya di bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Dari pengertian bimbingan dan pembelajaran di atas dapat dinyatakan
bahwa bimbingan pembelajaran adalah proses pemberian bantuan yang diberikan oleh guru kelas untuk mengorganisasikan materi, mengkondisikan
siswa dan mengatur lingkungan belajar agar terjadi proses belajar. Adanya bimbingan pembelajaran ini diharapkan siswa dapat meningkatkan
kemampuannya di bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Pelaksanaan bimbingan di sekolah dasar perlu dilaksanakan secara
terprogram dan ditangani oleh orang yang memiliki kemampuan untuk membimbing. Melihat pendidikan di sekolah dasar saat ini, dengan
memperhatikan karakteristik dan kebutuhan siswa serta peyelenggaraan sistem pendidikan di sekolah dasar yang ditangani oleh guru kelas, maka
layanan bimbingan di sekolah dasar akan lebih efektif bila dilaksanakan secara terpadu dengan proses pembelajaran dan ditangani oleh guru kelas.
Oleh karena itu, guru sekolah dasar dikehendaki untuk memiliki pemahaman dan kemampuan untuk menyelenggarakan layanan bimbingan Sunaryo
24 Kartadinata dkk, 2002: 9. Hal ini menegaskan bahwa di samping peran dan
fungsi serta tanggung jawab guru sebagai pengajar, kepedulian guru terhadap keberadaan individu siswa merupakan hal yang penting sebagai dasar
penentuan jenis layanan bimbingan pembelajaran yang akan diberikan pada siswa.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, yang dimaksud dengan bimbingan pembelajaran di sekolah dasar dalam penelitian ini adalah proses
pemberian bantuan yang diberikan oleh guru kelas untuk mengorganisasikan materi, mengkondisikan siswa dan mengatur lingkungan belajar agar terjadi
proses belajar sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuannya di bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Kegiatan bimbingan ini dilaksanakan
secara terpadu dalam proses pembelajaran di dalam kelas.
2. Layanan Bimbingan Pembelajaran bagi Siswa Tunagrahita Ringan
Jenis dan karakteristik siswa berkebutuhan khusus atau siswa berkelainan sangat bervariasi, begitu juga dengan faktor-faktor yang melatarbelakangi
cenderung berbeda. Oleh karena itu, selain memerlukan suatu pendekatan khusus, juga memerlukan strategi yang khusus Mohammad Efendi, 2006:
23-24. Hal ini didasarkan pada kondisi siswa berkebutuhan khusus yang tidak bisa disamakan dengan teman-teman yang lainnya, sehingga dalam
memberikan layanan bimbingan belajar pada siswa berkebutuhan khusus harus memperhatikan kebutuhan masing-masing individu. Pengembangan
prinsip-prinsip pendekatan khusus yang dapat dijadikan dasar dalam upaya mendidik siswa tunagrahita menurut Mohammad Efendi 2006: 24-26 yaitu:
25 a.
Prinsip kasih sayang Prinsip kasih sayang merupakan sikap menerima adanya siswa
tunagrahita ringan, sehingga dibutuhkan upaya untuk tidak bersikap memanjakan siswa, tidak bersikap acuh tak acuh terhadap kebutuhannya,
dan memberikan tugas sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa. b.
Prinsip layanan individual Upaya yang dapat dilakukan guru dalam memberikan layanan
individual bagi siswa tunagrahita ringan selama pendidikannya adalah: 1 jumlah siswa yang dilayani guru dalam setiap kelasnya tidak lebih
dari 4-6 orang, 2 pengaturan kurikulum dan jadwal pelajaran bersifat fleksibel, 3 penataan kelas harus dirancang sedemikian rupa sehingga
guru dapat menjangkau semua siswanya dengan mudah, 4 memodifikasi alat bantu pengajaran.
c. Prinsip kesiapan
Pemberian pelajaran pada siswa tunagrahita ringan, perlu adanya kesiapan, karena siswa tunagrahita ringan mempunyai kecenderungan
cepat bosan dan cepat lelah apabila menerima pelajaran. Oleh karena itu, guru harus mampu memberikan kegiatan yang menyenangkan dan rileks,
sebelum mengajarkan pelajaran yang baru. d.
Prinsip keperagaan Pembelajaran bagi siswa tunagrahita ringan perlu menggunakan alat
peraga sebagai media guru dalam
mengajarkan materi dan
mempermudah pemahaman siswa terhadap meteri yang diberikan oleh
26 guru. Alat peraga yang digunakan sebaiknya menggunakan benda atau
situasi aslinya, namun apabila hal itu sulit dilakukan, guru dapat menggunakan benda tiruan atau minimal gambar yang menunjukkan
benda aslinya itu. e.
Prinsip motivasi Prinsip motivasi menitikberatkan pada cara mengajar dan pemberian
evaluasi yang disesuaikan dengan kondisi siswa tunagrahita ringan pada saat itu. Pemberian motivasi mampu menumbuhkan semangat belajar
pada diri siswa tunagrahita ringan. f.
Prinsip belajar dan bekerja kelompok Prinsip belajar dan bekerja dalam kelompok sebagai salah satu dasar
mendidik siswa tunagrahita ringan, agar mereka sebagai anggota masyarakat dapat bergaul dengan masyarakat di lingkungannya, tanpa
harus merasa rendah diri atau minder dengan orang normal lainnya. g.
Prinsip keterampilan Keterampilan yang diberikan kepada siswa tunagrahita ringan, selain
berfungsi selektif, edukatif, reaktif dan terapi, juga dapat dijadikan bekal dalam kehidupannya di masa mendatang. Selektif berarti mengarahkan
minat, bakat, keterampilan dan perasaan siswa tunagrahita ringan secara tepat guna. Edukatif berarti membimbing siswa untuk berpikir logis,
berperasaan halus, dan kemampuan untuk bekerja. Reaktif berarti unsur kegiatan yang diperagakan sangat menyenangkan bagi siswa.