cii Bagi kreditor yang belum mengajukan tagihannya dapat mengajukan melalui Pengadilan
Negeri  dalam  jangka  waktu  2  dua  tahun  terhitung  sejak  pembubaran  Perseroan  diumumkan sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  147  ayat  1  UUPT.  Tagihan  yang  diajukan kreditor  ini
dapat  dilakukan  dalam  hal  terdapat  sisa  kekayaan  hasil  likuidasi  yang  diperuntukan  bagi pemegang saham. Apabila sisa kekayaan hasil likuidasi telah dibagikan kepada pemegang saham
dan terdapat tagihan kreditor, menurut Pasal 150 ayat 4 UUPT menyebutkan bahwa pengadilan negeri memerintahkan likuidator untuk menarik kembali sisa kekayaan hasil likuidasi yang telah
dibagikan kepada pemegang saham. Pemegang saham wajib mengembalikan sisa kekayaan hasil likuidasi secara proporsional dengan jumlah yang diterima terhadap jumlah tagihan.
B. Tanggungjawab  Pemegang  Saham,  Direksi  dan  Likuidator  Bila  Proses  Pembubaran Perseroan  Terbatas  Tidak  Sesuai  Dengan  Undang-Undang  Nomor  40  Tahun  2007
tentang Perseroan Terbatas
1. Tanggung Jawab Pemegang Saham
Dalam  Pasal  3  ayat  1  UUPT  menyebutkan  :    ”Pemegang  Saham  Perseroan  tidak bertanggung  jawab  secara  pribadi  atas  perikatan  yang  dibuat  atas  nama  Perseroan  dan  tidak
bertangung  jawab  atas  kerugian  Perseroan  melebihi  saham  yang  dimiliki”.  Inilah  salah  satu karateriktik dari Perseroan Terbatas yakni tanggung jawab pemegang saham yang terbatas yaitu
terbatas hanya sebesar nilai sahamnya limited liability of its shareholders. Akan  tetapi  berdasarkan  prinsip  penyingkapan  tirai  perusahaan  piercing  the  corporate
veil,  sungguhpun  suatu  badan  hukum  bertanggung  jawab  secara  hukum  hanya  terbatas  harta
Universitas Sumatera Utara
ciii badan  hukum  tersebut,  tetapi  dalam  hal-hal  tertentu  batas  tanggung  jawab  tersebut  dapat
ditembus piercing.
132
Doktrin  piercing  the  corporate  viel  diartikan  sebagai  suatu  proses  untuk  membebani tanggung jawab ke pundak orang atau perusahaan lain atas tindakan hukum yang dilakukan oleh
perusahaan  pelaku,  tanpa  mempertimbangkan  bahwa  sebenarnya  perbuatan  tersebut  dilakukan olehatas nama perseroan pelaku.
133
Pada  hakikatnya  doktrin  piercing  the  corporate  viel ini  merupakan  doktrin  yang memindahkan tanggung jawab dari perusahaan kepada pemegang saham, direksi atau komisaris,
dan biasanya doktrin ini baru diterapkan jika ada klaim dari pihak ketiga kepada Perseroan.
134
Berdasarkan  doktrin  piercing  the  corporate  viel,  maka  pemegang  saham  Perseroan bertanggung jawab secara pribadi dalam hal:
a. persyaratan perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi; b. pemegang  saham  yang  bersangkutan,  baik  langsung  maupun  tidak  langsung  dengan
itikad buruk memanfaatkan perseroan untuk kepentingan pribadi; c. pemegang  saham  yang  bersangkutan  terlibat  dalam  perbuatan  melawan  hukum  yang
dilakukan oleh perseroan; atau d. pemegang  saham  yang  bersangkutan  baik  langsung  maupun  tidak  langsung  secara
melawan  hukum  menggunakan  kekayaan  perseroan,  yang  mengakibatkan  kekayaan perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi utang perseroan.
135
Dalam  hal  bubarnya  Perseroan  berdasarkan  keputusan  Rapat  Umum  Pemegang  Saham RUPS, karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam Anggaran  Dasar telah berakhir
atau  dengan  dicabutnya  kepailitan  berdasarkan  keputusan  Pengadilan  Niaga  yang  telah berkekuatan  hukum    tetap,  wajib  diikuti  dengan  likuidasi.  Proses  likuidasi  dilakukan  oleh
Likuidator,  yang  ditunjuk  oleh  Rapat  Umum  Pemegang  Saham  RUPS.  Dengan  penunjukan
132
Munir Fuady, Hukum Perusahaan Dalam Paradigma Hukum Bisnis, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, hal. 61.
133
Munir Fuady, Op.Cit, hal. 87.
134
Ibid, hal. 87.
135
Frans Satrio Wicaksono, Op.Cit, hal. 41-42.
Universitas Sumatera Utara
civ likuidator, maka seluruh tugas pengurusan Perseroan yang dilakukan oleh Direksi beralih kepada
Likuidator. Meskipun Perseroan  telah  dibubarkan pemegang saham  masih tetap eksis,  karena Rapat
Umum  Pemegang  Saham  RUPS  masih  berfungsi  mengambil  keputusan  sepanjang  hal  itu berkenaan dengan proses pembubaran atau likuidasi.
Setelah  proses  likuidasi  selesai,  likuidator  wajib  memberikan  laporan  pertanggung jawabannya  kepada  Rapat  Umum  Pemegang  Saham  RUPS  yang  mengangkatnya  sekaligus
Rapat  Umum  Pemegang  Saham  RUPS  memberikan    pelunasan  dan  pembebasan  kepada likuidator, sebagaimana diatur dalam  Pasal 152 ayat 1 jo ayat 3 UUPT.
Apabila  proses  pembubaran  atau  likuidasi  Perseroan  tidak  selesai  atau  tidak  memenuhi seluruh proses pembubaran yang diatur dalam UUPT, maka pemegang saham tidak bertanggung
jawab  atas  hal  tersebut,  karena  yang  bertanggung  jawab  atas  proses  likuidasi  adalah  likuidator sampai kepada likuidator memberikan pertanggung jawabannya kepada Rapat Umum Pemegang
Saham RUPS, oleh  karena itu  jika proses likuidasi tidak berjalan sebagaimana  mestinya  yang diatur  dalam  UUPT,  maka  yang  bertanggung  jawab  adalah  likuidator  dan  pemegang  saham
melalui Rapat Umum Pemegang Saham RUPS dapat memberhentikan likuidator. Pengangkatan dan  pemberhentian  anggota Direksi  secara mutatis  mutandis berlaku bagi
likuidator, oleh karena itu pemberhentian likuidator merujuk kepada ketentuan Pasal 105 UUPT, yang berarti :
a. likuidator  dapat  diberhentikan  sewktu-waktu  oleh  RUPS,  dengan  menyebutkan alasannya;
Universitas Sumatera Utara
cv b. keputusan  pemberhentian  diambil  RUPS  setelah  likuidator  yang  bersangkutan  diberi
kesempatan untuk membela diri dalam RUPS.
136
Yang  menjadi  persoalan  adalah  jika  Rapat  Umum  Pemegang  Saham  RUPS  tidak memberhentikan  likuidator  meskipun  proses  pembubaran  atau  likuidasi  tidak  selesai  atau  tidak
memenuhi seluruh proses pembubaran yang diatur dalam UUPT. Dalam hal demikian, biasanya terjadi  pada  pembubaran  Perseroan,  yang  seluruh  pemegang  saham  dan  pengurusnya  masih
dalam  lingkungan  keluarga dan  juga  pemegang  saham  merangkap  jabatan  sebagai  Direksi  atau Komisaris  Perseroan.  Sehingga  likuidator  yang  ditunjuk  untuk  melakukan  proses  likuidasi  pun
adalah Direksi perseroan itu sendiri. Jadi  bila  proses  pembubaran  atau  likuidasi  tidak  selesai  atau  tidak  memenuhi  seluruh
proses pembubaran yang diatur dalam UUPT, maka yang bertanggung jawab adalah likuidator.
2. Tanggung Jawab Direksi