xxxix Bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan Hukum Primer seperti buku-buku teks
texkbook yang ditulis oleh para ahli hukum, hasil-hasil penelitian, hasil karya ilmiah dari kalangan hukum serta penelitian lainnya yang relevan dengan penelitian ini.
c. Bahan Hukum Tersier Yakni bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus umum, kamus hukum, ensiklopedia, majalah, surat kabar dan jurnal-jurnal hukum serta laporan ilmiah.
4. Alat Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan dapat dibuktikan kebenarannya serta dapat dipertanggungjawabkan hasilnya, maka data dalam peneilitian ini diperoleh dengan alat
pengumpulan data yang dilakukan dengan mengunakan cara yaitu : a. Studi Kepustakaan library research, digunakan untuk memperoleh data sekunder dengan
membaca, mempelajari, meneliti, mengidentifikasi dan menganalisis data sekunder yang berkaitan dengan materi penelitian.
40
b. Studi Lapangan field research, digunakan untuk memperoleh dokumen dan hasil wawancara. Wawancara dengan nara sumber yang dianggap layak mengetahui dan
memahami tentang masalah yang diteliti yakni : 1 3 tiga orang Notaris Kota Medan, yaitu Bapak Erwin Wahyu Purwantoro, SH, Bapak
Afrizal Arsad Hakim, SH, dan Ibu Mimin Rusli, SH; 2 1 satu orang PengacaraPenasehat Hukum, yaitu Bapak Oka Iskandar, SH, selaku
Likuidator.
40
Ibid, hal.21.
Universitas Sumatera Utara
xl
5. Analisis Data
Setelah pengumpulan data dilakukan, maka data tersebut dianalisa secara kualitatif
41
yakni dengan mengadakan pengamatan data yang diperoleh dan menghubungkan tiap-tiap data yang diperoleh tersebut dengan ketentuan-ketentuan maupun asas-asas hukum yang terkait
dengan permasalahan yang diteliti. Karena penelitian ini normatif, dilakukan interpretasi dan konstruksi hukum dengan menarik kesimpulan menggunakan cara deduktif guna menjawab
permasalahan dalam penelitian ini.
41
Bambang Sunggono, Metodelogi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997, hal.10.
Universitas Sumatera Utara
xli
BAB II PELAKSANAAN PEMBUBARAN PERSEROAN TERBATAS MELALUI RAPAT
UMUM PEMEGANG SAHAM RUPS PT. ULU MUSI AGUNG TENERA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN
TERBATAS
A. Rapat Umum Pemegang Saham Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang perseroan Terbatas
Rapat Umum Pemegang Saham RUPS diatur dalam Bab VI Pasal 75 sampai dengan Pasal 91 UUPT. Rapat Umum Pemegang Saham RUPS menurut Pasal 1 angka 4 Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Teratas yang menyebutkan : “Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya disebut RUPS, adalah organ perseroan yang mempunyai
wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan undang-undang ini danatau anggaran dasar”. RUPS merupakan tempat
berkumpulnya atau forum para pemegang saham untuk membahas segala sesuatu yang berhubungan dengan perseroan terbatas.
42
Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham RUPS
Rapat Umum Pemegang Saham RUPS mempunyai segala kewenangan yang tidak diberikan kepada Direksi atau Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang
perseroan dan anggaran dasar. Rapat Umum Pemegang Saham RUPS berhak memperolah segala keterangan yang berkaitan dengan kepentingan perseroan dari Direksi danatau Komisaris.
42
Binoto Nadapdap, Hukum Perseroan Terbatas, Jala Permata Aksara, Jakarta, 2009, hal. 97.
Universitas Sumatera Utara
xlii Rapat Umum Pemegang Saham RUPS diadakan ditempat kedudukan perseroan atau tempat
perseroan melakukan kegiatan usahanya, kecuali ditentukan lain dalam anggaran dasar, tempat tersebut harus terletak di wilayah Negara Republik Indonesia.
43
Setiap pemegang saham mempunyai hak untuk menghadiri Rapat Umum Pemegang Saham RUPS. Undang-Undang Perseroan pada masa modern mengatur ketentuan yang
menegaskan hak tersebut. Begitu juga dengan Anggaran Dasar AD Perseroan, mengatur ketentuan Perseroan harus mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham RUPS paling tidak
satu kali satu tahun. Pada dasarnya, dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS pemegang saham melakukan control atas jalanya kepengurusan Perseroan yang dilakukan Direksi.
44
Di dalam perseroan, jabatan pemegang saham bukanlah pemegang kedaulatan tertinggi namun
seringkali digunakan untuk mempengaruhi kebijaksanaan perseroan. Sehingga di dalam perseroan seharusnya pemegang saham tidak mempunyai kekuasaan sama sekali di luar forum,
namun para pemegang saham baru mempunyai kekuasaan atas Perseroan Terbatas PT, apabila mereka dalam suatu ruangan pertemuan atau forum yang dinamakan Rapat Umum Pemegang
Saham RUPS.
45
Batas-batas dan ruang lingkup kewenangan yang dapat dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham RUPS dalam suatu Perseroan Terbatas, antara lain sebagai berikut :
1. Rapat Umum Pemegang Saham RUPS tidak dapat mengambil keputusan yang bertentangan dengan hukum yang berlaku dan ketentuan dalam anggaran dasarnya meskipun anggaran
dasar dapat diubah oleh Rapat Umum Pemegang Saham asal memenuhi syarat untuk itu.
43
Frans Satrio Wicaksono, Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi, Komisaris Perseroan Terbatas, Visimedia, Jakarta, 2009, hal.4.
44
M.Yahya Harahap, Op.Cit, hal. 305, yang dikutip dari James D. Cox, Thomas Lee Hazen, Hedge O’Neal, Corporations, Alpen law Business, 1977, hal. 306.
45
Handri Raharjo, Op.Cit, hal. 91.
Universitas Sumatera Utara
xliii 2. Rapat Umum Pemegang Saham RUPS tidak boleh mengambil keputusan yang
bertentangan dengan kepentingan yang dilindungi oleh hukum, yaitu kepentingan stake holders, seperti pemegang saham minoritas, karyawan, kreditor, masyarakat sekitar dan lain
sebagainya. 3. Rapat Umum Pemegang Saham RUPS tidak boleh mengambil keputusan yang merupakan
kewenangan Direksi dan Dewan Komisaris, sejauh kedua organ perusahaan tersebut tidak menyalahgunakan kewenangannya.
46
Kewenangan Rapat Umum Pemegang Saham RUPS
Perseroan Terbatas sebagai kumpulan atau asosiasi modal, yang oleh UUPT diberi status sebagai badan hukum. Dengan demikian pada hakekatnya Perseroan Terbatas adalah wadah
kerja sama dari pada pemilik modal atau pemegang saham yang terjelma dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS. Artinya bahwa Rapat Umum Pemegang Saham RUPS sebagai
organ Perseroan Terbatas memiliki kekuasaan dan wewenang yang tertinggi yang tidak dimiliki atau diserahkan kepada organ perseroan lainnya dalam batas yang ditentukan dalam Undang-
Undang Perseroan Terbatas maupun Anggaran Dasar nya. Inilah yang dinamakan wewenang eksklusif exclusive authorities Rapat Umum Pemegang Saham RUPS.
47
Wewenang eksklusif Rapat Umum Pemegang Saham RUPS yang ditetapkan dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas akan ada selama Undang-Undang Perseroan Terbatas belum
dirubah. Sedangkan wewenang eksklusif dalam Anggaran Dasar yang disahkan atau disetujui
46
Munir Fuady, Perlindungan Pemegang Saham Minoritas, CV. Utomo, Bandung, 2005, hal. 126-127.
47
Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, PT. Alumni, Bandung, 2004, hal. 129.
Universitas Sumatera Utara
xliv oleh Menteri Kehakiman dapat diubah melalui perubahan Anggaran Dasar sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan Undang-Undang Perseroan Terbatas.
48
Adapun wewenang Rapat Umum Pemegang Saham RUPS yang dinyatakan dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas dapat dilihat dalam Pasal-pasal yang mengatur tentang,
yaitu : 1 Menyatakan menerima atau mengambil alih semua hak dan kewajiban yang timbul dari
perbuatan hukum yang dilakukan pendiri atau kuasanya.
49
2 Menyetujui perbuatan hukum atas nama Perseroan yang dilakukan semua anggota Direksi, semua anggota Dewan Komisaris bersama-sama pendiri dengan syarat semua
pemegang saham hadir dalam RUPS, dan semua pemegang saham menyetujuinya dalam RUPS tersebut.
50
3 Perubahan AD ditetapkan oleh RUPS.
51
4 Memberi persetujuan atas pembelian kembali atau pengalihan lebih lanjut saham yang dikeluarkan Perseroan.
52
5 Menyerahkan kewenangan kepada Dewan Komisaris guna menyetujui pelaksanaan keputusan RUPS atas pembelian kembali atau pengalihan lanjut saham yang dikeluarkan
Perseroan.
53
6 Menyetujui penambahan modal perseroan.
54
7 Menyetujui pengurangan modal Perseroan.
55
48
Parasian Simanungkalit, Rapat Umum Pemegang Saham Kaitanya Dengan Tanggung Jawab Direksi pada Perseroan Terbatas, Yayasan Wajar Hidup, Jakarta, 2006, hal.53.
49
Pasal 13 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
50
Pasal 14 ayat 4 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
51
Pasal 19 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
52
Pasal 38 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
53
Pasal 39 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
54
Pasal 41 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Universitas Sumatera Utara
xlv 8 Menyetujui rencana kerja tahunan apabila AD menentukan demikian.
56
9 Memberi persetujuan laporan tahunan dan pengesahan laporan keuangan serta laporan tugas pengawasan Dewan Komisaris.
57
10 Memutuskan penggunaan laba bersih, termasuk penentuan jumlah penyisihan untuk cadangan wajib dan cadangan lain.
58
11 Menetapkan pembagian tugas dan pengurusan Perseroan antara anggota Direksi.
59
12 Mengangkat anggota Direksi.
60
13 Menetapkan tentang besarnya gaji dan tunjangan anggota Direksi.
61
14 Menunjuk pihak lain untuk mewakili Perseroan apabila seluruh anggota Direksi atau Dewan Komisaris mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan.
62
15 Memberi persetujuan kepada Direksi untuk : a. Mengalihkan kekayaan Perseroan, atau
b. Menjadikan jaminan utang kekayaan Perseroan, Persetujuan itu diperlukan apabila lebih dari 50 lima puluh persen jumlah
kekayaan bersih Perseroan dalam 1 satu transaksi atau lebih baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak.
63
16 Memberi persetujuan kepada Direksi untuk mengajukan permohonan pailit atas Perseroan sendiri kepada Pengadilan Niaga.
64
17 Memberhentikan anggota Direksi.
65
55
Pasal 44 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
56
Pasal 64 ayat 1 jo. Ayat 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
57
Pasal 69 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
58
Pasal 71 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
59
Pasal 92 ayat 5 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
60
Pasal 94 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
61
Pasal 96 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
62
Pasal 99 ayat 2 huruf c Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
63
Pasal 102 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
64
Pasal 104 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
65
Pasal 105 ayat 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Universitas Sumatera Utara
xlvi 18 Menguatkan keputusan pemberhentian sementara yang dilakukan Dewan Komisaris
terhadap anggota Direksi.
66
19 Mengangkat anggota Dewan Komisaris.
67
20 Menetapkan tentang besarnya gaji atau honorarium dan tunjangan anggota Dewan Komisaris.
68
21 Mengangkat Komisaris Independen.
69
22 Memberi persetujuan atas Rancangan Penggabungan.
70
23 Memberi persetujuan mengenai Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan atau Pemisahan.
71
24 Memberi keputusan atas pembubaran Perseroan.
72
25 Menerima pertanggungjawaban likuidator atas penyelesaian likuidasi.
73
Wewenang RUPS tersebut terwujud dalam bentuk jumlah suara yang dikeluarkan dalam setiap rapat. Hak suara dalam RUPS dapat digunakan untuk berbagai maksud dan tujuan
diantaranya ialah menyetujui atau menolak : 1
Rencana perubahan AD; 2
Rencana penjualan asset dan pemberian jaminan hutang; 3 Pengangkatan dan pemberhentian anggota Direksi danatau Komisaris;
4 Laporan keuangan yang disampaikan oleh Direksi;
5 Pertanggungjawaban Direksi;
66
Pasal 106 ayat 7 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
67
Pasal 111 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
68
Pasal 113 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
69
Pasal 120 ayat 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
70
Pasal 223 ayat 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
71
Pasal 127 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
72
Pasal 142 ayat 1 huruf a Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
73
Pasal 143 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Universitas Sumatera Utara
xlvii 6
Rencana penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan; 7
Rencana pembubaran Perseroan.
Bentuk Rapat Umum Pemegang Saham RUPS
Dalam ketentuan Pasal 78 UUPT, membagi Rapat Umum pemegang Saham RUPS ke dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS Tahunan dan Rapat Umum Pemegang Saham