xxviii
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori Dalam  penelitian  ini  diperlukan  suatu  teori  yang  melandasi  dari  pada  suatu  penelitian.
Teori berasal dari kata “theoria” dalam bahasa latin yang berarti “perenungan”yang secara hakiki menyiratkan sesuatu yang disebut dengan
realitas.
15
Jadi  teori  adalah  seperangkat  preposisi  yang  berisi  konsep  abstrak  atau  konsep  yang sudah  didefenisikan  dan  saling  berhubungan  antar  variabel  sehingga menghasilkan  pandangan
sistematis  dari  fenomena  yang  digambarkan  oleh  sutau  variabel  dengan  variabel  lainnya  dan menjelaskan bagaimana hubungan antar variabel tersebut.
16
Sedangkan  fungsi  teori  dalam  penelitian  adalah  untuk  mensistimatiskan  penemuan- penemuan  penelitian,  membuat  ramalan  atau  prediksi  atas  dasar  penemuan  dan  menyajikan
penjelasan  yang  dalam  hal  ini  untuk  menjawab  pertanyaan.  Artinya  teori  merupakan  suatu penjelasan  rasional  yang berkesesuaian  dengan  objek  yang dijelaskan  dan  harus  didukung  oleh
fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar.
17
Teori  yang  digunakan  sebagai  pisau  analisis  dalam  tesis  ini,  adalah  teori  Positivisme Hukum.
Teori Positivisme Hukum adalah teori  murni  yang merupakan teori  hukum realistis  radikal. Dimana  teori  murni  memperlihatkan  kecondongannya  dengan  menyajikan  hukum  positif
15
Soetandyo  Wignjosoebroto  dalam  Salman  Otje  dan  Susanto  Anton,  Teori  Hukum,  Mengingat, Mengumpulkan  dan  Membuka  Kembali,  PT.  Refika  Aditama,  Bandung  2004,hal.  21,  menyebutkan  bahwa  teori
adalah  suatu  konstruksi  di  alam  cita  atau  ide  manusia,  dibangun  dengan  maksud  untuk  menggambarkan  secara reflektif fenomena yang dijumpai yang tidak menyatakan di alam pengalaman.
16
Maria S.W. Sumardjono, Pedoman, Pembuatan Usulan Penelitian, Gramedia, Yogyakarta, 1989, hal 12- 13,  bandingkan  dengan  Koentjaraningrat,  Metode-Metode  Penelitian  Masyarakat,  PT.  Gramedia,  Jakarta,  1989,
hal.19
17
M. Solly Lubis I, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal.80
Universitas Sumatera Utara
xxix yang bebas dari ketercampuran hukum “ideal” atau hukum yang “benar”. Dalam konteks ini,
teori  murni  bermaksud  menyajikan  hukum  sebagaimana  adanya,  bukan  sebagaimana seharusnya.
18
Dalam  pandangan  positivis,  tidak  ada  hukum  lain,  kecuali  perintah  penguasa.  Bahkan, bagian  dari  aliran  Hukum  Positif  yang  dikenal  dengan  nama  positivisme  Perundang-undangan
Legisme berpendapat lebih tegas, bahwa hukum itu identik dengan Undang-Undang. John Austin mengemukakan :
Hukum  adalah  peraturan-peraturan  yang  berisi  perintah,  yang  dibebankan  untuk  mengatur makhluk  berpikir,  perintah  mana  dilakukan  oleh  makhluk  yang  memegang dan  mempunyai
kekuasaan. Austin menganggap hukum sebagai system yang logis, tetap dan bersifat tertutup closed  logical  system.  Hukum  tidak  didasarkan  pada  nilai-nilai  yang  baik  atau  buruk,
melainkan didasarkan pada kekuasaan dari penguasa.
19
Menurut teori Positivisme hukum, hukum adalah peraturan-peraturan yang berisi perintah penguasa,  sedangkan  menurut  teori  Positivisme  Perundang-undangan  Legisme,  hukum  adalah
Undang-Undang. Dua hal tersebut sebenarnya mengandung pengertian yang sama, yaitu hukum adalah perintah penguasa yang disusun atau dikemas dalam bentuk Undang-Undang.
Dengan  demikian  menurut  teori  Positivisme  Hukum,  segala  aspek  hukum  yang menyangkut  Perseroan  adalah  perintah  penguasa  yang  disusun  atau  dikemas  kedalam  bentuk
undang-undang yang disebut dengan Undang-Undang Perseroan Terbatas UUPT. Semula hukum  Perseroan Terbatas diatur  dalam  Kitab Undang-Undang  Hukum Dagang
KUHD  dalam  Buku  Kesatu  Titel  Ketiga Bagian  Ketiga  dimulai  dari  Pasal  36  sampai  dengan Pasal  56.  Pada  era  setelah  kemerdekaan,  ketentuan  pasal-pasal  tersebut  pernah  dirubah  dengan
Undang-Undang  Nomor  4  Tahun  1971,  dan  perubahan  yang  terjadi  tidak  terlalu  signifikan, karena  tidak  ada  penambahan  lebih  luas,  tetapi  hanya  mengubah  ketentuan  Pasal  54  KUHD
18
Hans Kelsen, Teori Hukum Murni Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif dengan judul buku asli Pure Theory of Law,  Alih Bahasa Raisul Muttaqin, Nusa Media, Bandung, 2008, hal.121.
19
Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999, hal. 30.
Universitas Sumatera Utara
xxx saja.
20
Pada akhirnya KUHD tidak dapat lagi mengikuti dan memenuhi kebutuhan perkembangan perekonomian  dan  dunia  usaha.  Padahal  perekonomian  Indonesia  tidak  dapat  menutup  diri
terhadap pengaruh dan  tuntutan  globalisasi  tanpa  mengurangi pengaturan  Perseroan  yang harus tetap bersumber dan setia pada asas perekonomian yang digariskan Undang-Undang Dasar 1945
UUD 1945,  yakni  asas kekeluargaan. Dengan demikian diterbitkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, menggantikan KUHD tersebut di atas.
Selanjutnya  Undang-Undang  Nomor  1  Tahun  1995  tentang  Perseroan  Terbatas,  dalam perkembangannya  ketentuan  dalam  Undang-Undang  tersebut  dipandang    tidak  lagi  memenuhi
perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat karena keadaan ekonomi serta kemajuan ilmu pengetahuan,  teknologi,  dan  informasi  sudah  berkembang  begitu  pesat  khususnya  pada  era
globalisasi.
21
Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas perlu  diganti  dengan  Undang-Undang  yang  baru.  Maka  pada  tanggal  16  Agustus  2007,
diundangkanlah Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas selanjutnya disebut UUPT sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995. Adapun yang menjadi
alasan  dilakukannya  penggantian  UUPT  tersebut  sebagaimana  dalam  konsiderans  menimbang UUPT Nomor 40 Tahun 2007, yaitu :
a. Bahwa  perekonomian  nasional  yang  diselenggarakan  berdasarkan  atas  demokrasi ekonomi  dengan  prinsip  kebersamaan,  efisien,  berkeadilan,  berkelanjutan,  berwawasan
lingkungan,  kemandirian,  serta  dengan  menjaga  keseimbangan  kemajuan  dan  kesatuan ekonomi  nasional,  perlu  didukung  oleh  kelembagaan  perekonomian  yang  kokoh  dalam
rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat.
b. Bahwa dalam rangka meningkatkan pembangunan perekonomian nasioanl  dan sekaligus memberikan  landasan  yang  kokoh  bagi  dunia  usaha  dalam  menghadapi  perkembangan
perekonomian  dunia  dan  kemajuan  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi  di  era  globalisasi pada masa mendatang, perlu didukung oleh suatu undang-undang yang mengatur tentang
perseroan  terbatas  yang  mendapat  menjamin  terselenggaranya  iklim  dunia  usaha  yang kondusif.
20
M. Yahya Harahap, Op.Cit, hal. 23.
21
Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Universitas Sumatera Utara
xxxi c. Bahwa perseroan terbatas  sebagai salah  satu  pilar  pembangunan perekonomian  nasional
perlu  diberikan  landasan  hukum  untuk  lebih  memacu  pembangunan  nasional  yang disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan.
d. Bahwa  Unadang-Undang  Nomor  1  Tahun  1995  tentang  Perseroan  Terbatas  dipandang sudah  tidak  sesuai  lagi dengan  perkembangan    hukum  dengan  kebutuhan  masyarakat
sehingga perlu diganti dengan undang-undang yang baru.
22
Dengan  perspektif  tersebut  diatas,  UUPT  2007  diharapkan  dapat  menampung  tuntutan perkembangan  perekonomian,  ilmu  pengetahuan,  dan  teknologi  secara  substansial  dengan
rumusan  yang  sangat  luas.  Salah  satunya  adalah  mengatur  pembubaran  Perseroan  Terbatas. Dimana  pembubaran  Perseroan  Terbatas  diatur  dalam  Bab  X  tentang  Pembubaran,  Likuidasi,
dan Berakhirnya Status Badan Hukum Perseroan mulai dari Pasal 142 sampai dengan Pasal 152. Perseroan Terbatas adalah salah satu jenis perusahaan yang berbentuk badan hukum yang
modalnya  terdiri  dari  saham-saham.  Perseroan  sebagai  badan  hukum  memiliki  harta  kekayaan telepas  dari  anggota-anggotanya,  dianggap  sebagai  subjek  hukum  mempunyai  tanggung  jawab
dan memiliki hak-hak serta kewajiban seperti yang dimiliki seseorang. Dalam  ilmu  hukum,  subjek  hukum  legal  subject  adalah  setiap  pembawa  atau
penyandang  hak  dan  kewajiban  dalam  hubungan-hubungan  hukum.  Hal  ini  sejalan  dengan pengertian  subjek  hukum  yaitu  suatu  yang  dapat  atau  cakap  melakukan  perbuatan  hukum  atau
melakukan  perbuatan  perdata  atau  membuat  perikatan.
23
Manusia  dikatakan  sebagai  subjek hukum  karena  manusia  dapat dibebani  hak dan  kewajiban. Disamping manusia,  masih ada lagi
pendukung hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dinamakan badan hukum reschtpersoon.
24
22
Habib Adjie, Status Badan Hukum, Prinsip-Prinsip dan Tanggung Jawab Sosial Perseroan Terbatas, Mandar Maju,  Bandung, 2008, hal.1.
23
R. Ali Rido, Badan Hukum dan  Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf, Alumni, Bandung, 2001, hal. 17.
24
A.Rido dalam Gatot Supramono,  Kedudukan Perusahaan Sebagai Subjek dalam Gugatan Perdata di Pengadilan, PT. Rineka Cipta, Jakarta , 2007, hal. 130.
Universitas Sumatera Utara
xxxii Badan Hukum termasuk subjek hukum karena dapat dibebani hak dan kewajiban seperti manusia
pada umumnya. Untuk  mengetahui  apa  hakikat  badan  hukum  tersebut,  ada  beberapa  teori  yang
dikemukakan oleh para ahli, antara lain sebagai berikut : 1. Teori Fiksi
Teori  fiksi  menyatakan  bahwa  badan  hukum  itu  semata-mata  buatan  Negara  saja.  Badan hukum  itu  hanya  suatu  fiksi  saja,  yaitu  sesuatu  yang  sesungguhnya  tidak  ada,  tetapi  orang
menciptakan  dalam  bayangannya  suatu  pelaku  hukum  badan  hukum  yang  sebagai  subjek hukum diperhitungkan sama dengan manusia.
2. Teori Harta Kekayaan Bertujuan Teori ini menganut pandangan bahwa pemisahan harta kekayaan badan hukum dengan harta
kekayaan anggotanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Karena itu teori ini berpandangan  tidak  peduli  manusia  atau  bukan,  tidak  peduli  apakah  kekayaan  tersebut
merupakan  hak-hak  yang  normal  atau  bukan,  pokoknya  adalah  tujuan  dari  kekayaan tersebut.
25
Harta  kekayaan  ini  menjadi  milik  dari  perkumpulan  yang  bersangkutan,  yang menyebabkan perkumpulan ini menjadi subjek.
3. Teori Organ Inti  teori  organ  adalah  badan  hukum  itu  seperti  manusia,  menjadi  penjelmaan  yang  benar-
benar  ada  dalam  pergaulan  hukum.  Badan  hukum  realita  yang  sesungguhnya,  sama  halnya dengan kepribadian manusia.
26
25
Tri Budiyono, Hukum Perusahaan, Griya Media, Salatiga, 2011, hal. 64.
26
Ibid, hal. 62.
Universitas Sumatera Utara
xxxiii Menurut  teori  ini,  badan  hukum  bukanlah  suatu  hal  yang  abstrak,  tetapi  benar-benar  ada.
Badan  hukum  bukanlah  suatu  kekayaan  hak  yang  tidak  bersubjek,  tetapi  suatu  organism riil, yang hidup dan bekerja seperti manusia.
4. Teori Pemilikan Bersama Teori  ini  berpandangan  bahwa  badan  hukum  tidak  lain  merupakan  perkumpulan    manusia
yang  mempunyai  hak  dan  kewajiban  masing-masing.  Itulah  yang  menyebabkan  hak  dan kewajiban badan hukum tersebut pada hakikatnya adalah hak dan kewajiban anggota secara
bersama-sama. Jadi, sebenarnya badan hukum itu hanya konstruksi yuridis belaka. Dalam  prakteknya,  badan  hukum  tidak  mempunyai  kehendak  sendiri.  Badan  hukum
hanya  dapat  melakukan  perbuatan  melalui  perantaraan  orang  atau  orang-orang  yang  duduk sebagai  pengurus.  Orang  atau  orang-orang  yang  menjadi pengurus  tersebut  bekerja tidak  untuk
dirinya sendiri melainkan untuk dan atas nama badan hukum tersebut. Oleh karena itu pengurus merupakan salah satu unsur badan hukum.
Sebagai  sebuah  badan  hukum,  Perseroan  Terbatas  telah  memenuhi  unsur-unsur  sebagai badan  hukum  sebagaimana  telah  diatur  dalam  UUPT.  Unsur-unsur  tersebut  adalah  sebagai
berikut : a. Memiliki pengurus dan organisasi teratur;
b. Dapat melakukan perbuatan hukum recht handeling dalam hubungan-hubungan hukum rechts  betrekking,  termasuk  dalam  hal  ini  dapat  digugat  atau  menggugat  di  depan
pengadilan; c. Mempunyai harta kekayaan sendiri;
d. Mempunyai hak dan kewajiban; e. Memiliki tujuan sendiri.
27
Dalam sistim  hukum  Indonesia suatu  badan  hukum  selain  memenuhi lima  unsur seperti disebutkan di  atas juga  harus di  daftarkan sebagai badan hukum.  Sebelum di  daftarkan sebagai
27
Mulhadi, Hukum Perusahaan : Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia,  Ghalia Indonesia,  Bogor, 2010,  hal. 83.
Universitas Sumatera Utara
xxxiv badan  hukum,  organisasi  itu  secara  formal  belum  dapat  diakui  sah  sebagai  badan  hukum.
Perbuatan-perbuatan  hukum  yang  dilakukan  oleh  pengurus  suatu  perseroan  yang  belum didaftarkan  dianggap  sebagai  perbuatan  pribadi  pengurus.  Sesuai  tuntutan  perkembangan
modern,  pendaftaran  badan  hukum  sekurang-kurangnya  dapat  dilihat  sebagai  syarat  formil, sedangkan  lima  syarat  di  atas  disebut  syarat  materil.
28
Meskipun  pendaftaran  badan  hukum sebagai  syarat  formil,  dalam  praktek  seringkali  sahnya  suatu  badan  hukum  berkaitan  dengan
tanggung  jawab  hukum  pengurus.  Dalam  hal  perbuatan-perbuatan  perdata  tanggung  jawab pengurus badan hukum yang sah sebatas tanggung jawab pengurus menurut anggaran dasar atau
anggaran  rumah  tangga.  Sebaliknya  jika  badan  hukumnya  belum  sah,  maka  tanggung  jawab badan hukum bersifat pribadi dari orang-orang yang duduk sebagai pengurus.
2. Konsepsi Konsepsi  adalah  salah  satu  bagian  terpenting  dari  teori.  Peranan  konsepsi  dalam
penelitian  adalah  untuk  menghubungkan  teori  dan  observasi,  antara  abstrak  dan  kenyataan, sedangkan  konsep  diartikan  sebagai  kata  yang  menyatukan  abstraksi  yang  disebut  definisi
operasional.
29
Kegunaan  dari  adanya  konsepsi  agar  ada  pegangan  dalam  melakukan  penelitian  atau penguraian, sehingga dengan demikian memudahkan bagi orang lain untuk memahami batasan-
batasan  atau  pengertian-pengertian  yang  dikemukakan.  Oleh  karena  itu,  di  dalam penelitian  ini dikemukakan beberapa konsep dasar sebagai berikut :
a. Perseroan Terbatas
28
C.S.T. Kansil, Hukum Perusahaan Indoensia , Aspek Hukum dalam Ekonomi, Pradnya Paramita, Jakarta, 2005, hal
29
Samadi Suryabrata,   Metodologi   Penelitian, PT. Raja  Grafindo   Persada,  Jakarta,  1998, hal. 28.
Universitas Sumatera Utara
xxxv Adalah Badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian,
melakukan  kegiatan  usaha  dengan  dengan  modal  dasar  yang  seluruhnya  terbagi  dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan
pelaksanaannya.
30
b. Akta Otentik Adalah suatu akta yang dalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang, dibuat oleh atau
dihadapan  pejabat  umum  yang  berwenang  untuk  itu  ditempat  dimana  akta  itu  dibuat.
31
Adapan  yang  dimaksud  dengan  akta  otentik  dalam  tesis  ini  adalah  akta  Rapat  Umum Pemegang Saham RUPS yang dibuat dihadapan Notaris sebagai Pejabat Umum.
c. Notaris Adalah adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik mengenai semua
perbuatan,  perjanjian,  dan  ketetapan  yang  diharuskan  oleh  peraturan  perundang-undangan dan  atau  yang  dikehendaki  oleh  yang  berkepentingan  untuk  dinyatakan  dalam  akta  otentik,
menjamin  kepastian  tanggal  pembuatan  akta,  menyimpan  akta,  memberikan  grosse,  salinan dan kutipan akta.
32
d. Rapat Umum Pemegang Saham RUPS Organ  perseroan  yang  mempunyai  wewenang  yang  tidak  diberikan  kepada  Direksi  atau
Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini danatau anggaran dasar.
33
e. Direksi
30
Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
31
Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
32
Pasal 1 ayat 1 jo Pasal 15 Undang-Undang nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris.
33
Pasal 1 ayat 4 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Universitas Sumatera Utara
xxxvi Direksi  adalah  Organ  Perseroan  yang  berwenang  dan  bertanggung  jawab    penuh  atas
pengurusan  Perseroan  untuk  kepentingan  Perseroan,  sesuai  dengan  maksud  dan  tujuan Perseroan  serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan
ketentuan anggaran dasar.
34
f. Dewan Komisaris
Adalah  Organ  Perseroan  yang  bertugas  melakukan  pengawasan  secara  umum  danatau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi.
35
g. Pembubaran Adalah langkah hukum terhadap suatu badan hukum perseroan terbatas dengan alasan-alasan
hukum tertentu. Dalam tesis ini pembubaran dimaksudkan adalah pembubaran PT yang telah berbadan hukum melalui Rapat Umum Pemegang Saham RUPS.
h. Likuidasi Likudasi  vereffening,  winding-up  mengandung  arti  pemberesan  penyelesaian  dan
pengakhiran urusan  Perseroan   setelah  adanya  keputusan  apakah  itu  berdasarkan  keputusan RUPS  atau  berdasarkan  Penetapan    Pengadilan    yang  menghentikan  atau  membubarkan
Perseroan.
36
i. Likuidator
34
Pasal 1 ayat 5 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
35
Pasal 1 ayat 6 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
36
M.Yahya Harahap, Op.Cit.hal.556.
Universitas Sumatera Utara
xxxvii Adapun  yang  dimaksud  dengan  likuidator  liquidateur,  liquidator,  adalah  orang  yang
ditunjuk  atau  diangkat  menjadi  penyelenggara  likuidasi.  Kepadanya  dipikulkan  kewajiban mengatur dan menyelesaikan  harta atau budel Perseroan.
37
j. Surat Kabar
Adalah  surat  kabar  harian  yang  beredar  secara  nasional  untuk  mengumumkan  pembubaran Perseroan dan pemberesan harta Perseroan.
k. Menteri Adalah Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia di Jakarta,  yang tugas
dan tanggung jawabnya di bidang hukum dan hak asasi manusia.
38
G. Metode Penelitian