Ulkus Duodeni Tukak Peptikum Ulcus Peptikum

NSAI dapat menimbulkan mukosa lambung pada binatang percobaan, namun sulit dibuktikan hubungannya dengan tukak duodeni Tambunan, 1994; Hadi, 1986.

2.3.2.2 Ulkus Ventrikuli

Patogenesis tukak lambung lebih sulit dipahami, sekresi asam lambung pada penderita kurang lebih sama dengan keadaan normal atau sedikit lebih rendah Tambunan, 1994. Sekresi asam lambung yang relatif rendah pada gastritis ada kaitannya dengan penurunan resistensi mukosa yang merupakan salah satu faktor terjadinya tukak lambung. Berbeda dengan tukak doudeni, golongan obat NSAI mungkin merupakan faktor penyebab tukak lambung. Kemungkinan terjadinya tukak lambung lebih sering dialami oleh golongan darah A, B dan AB. Pada golongan darah O hanya 19 Tambunan, 1994; Hadi, 1986.

2.4 Histamin, Antihistamin dan Antagonis Histamin Reseptor H

2.4.1 Histamin

2 Histamin merupakan senyawa normal yang ada dalam jaringan tubuh, yaitu pada sel mast dan peredaran basofil, yang berperan pada berbagai proses fisiologis penting. Histamin dikeluarkan dari tempat pengikatan ion pada kompleks heparin–protein dalam sel mast sebagai hasil reaksi antigen–antibodi bila terdapat rangsangan dari senyawa alergen Siswandono dan Soekarjdo, 2000. Histamin adalah 2-4-imidazoletilamin, didapatkan dari tanaman ataupun jaringan hewan yang merupakan komponen dari beberapa racun dan sekresi sengat. Histamin dibentuk dari dekarboksilasi asam amino L-histidin, yang reaksinya dikatalis oleh enzim histidin dekarboksilase dan memerlukan piridoksal posfat sebagai kofaktor Gunawan, 2007; Katzung, 2001. Hisatmin bekerja dengan menduduki reseptor tertentu pada sel yang terdapat pada permukaan membran. Saat ini ada tiga jenis reseptor histamine yaitu H 1 , H 2 dan H 3. Aktivasi reseptor H 1 terdapat pada sel otot polos menyebabkan kontraksi otot polos, meningkatkan permeabilitas pembuluh darah dan sekresi mukus. Histamin juga berperan sebagai neurotransmitter dalam susunan saraf pusat. Reseptor H 2 didapatkan pada mukosa lambung, sel otot jantung, dan beberapa sel imun. Aktivasi reseptor H 2 terutama menyebabkan sekresi asam lambung, sedangkan antihistamin H 2 menghambat efek tersebut. Pada otot polos bronkus aktivasi reseptor H 1 oleh antihistamin menyebabkan bronkokonstriksi, sedangkan aktivasi reseptor H 2 oleh agonis reseptor H 2 akan menyebabkan relaksasi. Meskipun agonis reseptor H 3 berpotensi untuk gastroprotektif dan antagonis reseptor H 3 berpotensi untuk anti obesitas, sampai saat ini belum ada agonis maupun antagonis reseptor H 3

2.4.2 Antihistamin

yang diizinkan untuk digunakan di klinik Gunawan, 2007. Sewaktu diketahui bahwa histamin dapat mempengaruhi banyak proses fisiologik dan patologik, maka dicari obat yang dapat melawan atau menghambat efek histamin tersebut. Antihistamin adalah obat yang dapat mengurangi ataupun dapat menghilangkan kerja histamin dalam tubuh dengan mekanisme penghambatan secara bersaing dari sisi reseptor khas yaitu H 1 , H 2 dan H 3 . Efek dari antihstamin bukan suatu reaksi antigen–antibodi karena tidak dapat