Maag Maag dan Tukak Peptikum Ulcus Peptikum

Menurut Yuliarti 2009 pengobatan penyakit maag tergantung pada penyebabnya, umumnya dilakukan dengan pemberian obat–obatan untuk menetralkan asam lambung, seperti: 1. Antasida, menetralkan asam lambung dan meringankan maag jenis gastritis. 2. Acid–Blockers, ketika antasida tidak cukup meredakan sakit maag, umumnya dokter akan memberikan obat jenis simetidin, ranitidine, nizatidin, ataupun famotidin. 3. Dengan pemberian obat lain seperti, omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan esomepazol.

2.3.2 Tukak Peptikum Ulcus Peptikum

Oleh satu dan lain sebab, cairan lambung bisa menjadi begitu asam sehingga dapat mengiritasi mukosa bahkan mengikis lapisan ini hingga terjadi suatu luka yang dikenal sebagai ulkus peptikum. Ulkus peptikum merupakan diskontinuitas sampai bawah epitel jaringan mukosa, gaster, duodenum dan jejunum yang disebabkan oleh asam lambung dan pepsin Anwar, 2000; Suratun dan Lusianah, 2010. Dikatakan ulkus apabila terjadi robekan mukosa lambung dengan diameter ≥ 5 mm hingga ke lapisan submukosa. Lapisan mukosa lambung pada ulkus peptikum tidak utuh, sehingga jaringannya terbuka dan kontak terhadap asam lambung sehingga akan terasa nyeri seperti terbakar pada ulu hati, mual dan muntah, terutama saat lambung kosong. Ulkus peptikum selain memberikan keluhan nyeri perut, juga dapat mengakibatkan pendarahan yang fatal Suratun dan Lusianah, 2010; Djamuri, 1995. Tukak peptikum kebanyakan dijumpai di daerah lambung dan duodenum, terjadi sekitar 98, sementara ulkus esofagus dan jejunum sangat jarang terjadi. Tukak duodeni lebih banyak dibandingkan tukak lambung yaitu 4:1 Anwar, 2000; Tambunan, 1994; Suratun dan Lusianah, 2010. Morfologi tukak duodeni dan tukak ventrikuli lambung hanya berbeda pada lokalisasi, namun studi genetik menunjukkan bahwa keduanya mungkin sekali merupakan penyakit yang berbeda Tambunan, 1994.

2.3.2.1 Ulkus Duodeni

Menurut Tambunan 1994 teori produksi asam lambung berlebihan yang merupakan faktor utama penyebab tukak duodeni diperkuat bahwa tukak duodeni meningkat pada keadaan defek: - jumlah sel parietal meningkat - sel parietal peka terhadap sekresi asam lambung - kapasitas sel parietal untuk sekresi asam lambung bertambah - pengosongan lambung lebih cepat. Pada penderita tukak duodeni, kadar asam lambung rata–rata meningkat dua kali lebih tinggi dari normal, berbeda dengan kadar asam pada penderita tukak lambung. Tukak duodeni cenderung bersifat familial dari pada tukak lambung dan pada golongan darah O lebih sering terjadi dibanding golongan darah A, B, dan AB. Kemungkinan terjadinya adalah 38. Peranan obat dalam konteks etiologi ulkus duodeni masih kontroversial, golongan obat Non–Steroid Anti Inflammatory