Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

waktu yang pendek maupun jangka panjang. Hal ini juga berhubungan dengan data demografi mengenai tingkat pendidikan seseorang. Pada penelitian ini pendidikan responden berdasarkan tingkat pendidikan formal adalah mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan SD yaitu 22 responden 55, dan tingkat pendidikan paling sedikit adalah SMP 1 responden 2,5. Tingkat pendidikan yang berbeda mempunyai kecenderungan yang tidak sama dalam mengerti terhadap kesehatan mereka, hal ini juga dapat mempengaruhi pengetahuan individu tentang kebutuhan tidur yang baik untuk kesehatan Notoatmodjo, 2003. Berdasarkan data yang diperoleh sebagian besar responden menyatakan tidak membutuhkan waktu lebih dari 10 jam dalam 1 hari untuk tidur yaitu 39 responden 97,5. Kebutuhan tidur manusia bergantung pada tingkat perkembangannya. Pada penelitian ini menyatakan bahwa mayoritas responden berumur 60-74 tahun yaitu sebanyak 20 responden 50. Hal ini sesuai dengan angka harapan hidup lansia yang berada pada rentang 65-70 tahun Efendi, 2009. Pada usia 60 tahun ke atas atau masa dewasa tua, jumlah kebutuhan tidurnya adalah 6 jamhari. Sebuah penelitian di Amerika Serikat yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Universitas California San Diego bekerjasama dengan perkumpulan masyarakat Kanker Amerika American Cancer Society menunjukkan adanya hubungan antara waktu tidur dengan tingkat kematian dipublikasikan tahun 2002 dalam jurnal Archives General Psychiatry, mereka menemukan bahwa seseorang yang tidur antara 6-7 jam sehari memiliki rata-rata tingkat kematian yang rendah Garliah, 2009. Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 21 responden 52,5 menyatakan tidak bisa tidur saat sedang mengalami kegelisahan. Insomnia penyakit sulit tidur adalah salah satu penyebab terbesar mengapa orang-orang tidak bisa tidur dalam waktu yang seharusnya mereka butuhkan. Penyebab dari insomnia ini bermacam-macam, tetapi stres dan kegelisahan biasanya menjadi alasan utama orang-orang tidak bisa cepat tidur dan tidak bisa tidur dengan lelap. Hubungan antara kegelisahan dan sulit tidur ternyata sangat kuat, dan jika tidak bisa tidur, kemungkinan orang tersebut sedang memikirkan sesuatu Nina, 2011. Hasil penelitian menyatakan sebagian besar responden yaitu 38 responden 95 menyatakan waktu tidurnya tidak akan bertambah jika sedang merasa cemas. Stres psikologis yaitu termasuk cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi istirahat dan tidur. Hal ini disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan norepinefrin darah melalui sistem saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM Asmadi, 2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 22 responden 55 menyatakan tidak dapat tidur dengan nyaman jika sedang mengalami kelelahan. Ada suatu kepercayaan yang beredar di masyarakat bahwa lansia “santai” dan menghindari aktivitas yang berat. Karena banyak lansia akan merasa kelelahan dan menjalani peran inaktif. Tetapi, aktivitas sebenarnya diperlukan pada masa dewasa akhir. Hal ini didukung data demografi yang menyatakan bahwa sebagian besar responden yaitu 29 responden 72,5 tidak bekerja untuk mengisi waktu luangnya di panti tersebut. Aktivitas atau pergerakan, istirahat tidur merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Tubuh membutuhkan aktivitas untuk kegiatan fisiologis dan membutuhkan istirahat tidur untuk pemulihannya Tarwoto dan Wartonah, 2010. Istirahat singkat biasanya bisa mengembalikan tenaga. Gaya hidup seseorang akan mempengaruhi pola tidurnya. Kelelahan tingkat menengah, orang dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada kelelahan yang berlebihan akan menyebabkan periode tidur REM lebih pendek Asmadi, 2008. Berdasarkan hasil penelitian menyatakan sebanyak 22 responden 55 tidak dapat tidur jika lingkungan disekitarnya bising. Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk istirahat dan tidur dengan tenang. Lingkungan yang ribut, bising dan gaduh akan menghambat seseorang untuk istirahat dan tidur Asmadi, 2008. Hal ini berhubungan dengan data demogarafi yang menyatakan bahwa lebih dari setengah responden sudah berada di Panti Werdha tersebut selama 0-5 tahun yaitu 24 responden 60, dan lebih dari 10 tahun hanya 6 responden 15. Salah satu kunci agar tidur menjadi lebih baik adalah menciptakan lingkungan yang baik. Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur. Selain itu beradaptasi dengan lingkungan yang baru juga mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur seseorang Garliah, 2009. Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden tidak dapat tidur dengan nyaman pada lingkungan yang kotor yaitu 30 responden 75. Tidur di kamar yang bersih dan nyaman bisa menjadikan tidur kita lebih nyenyak karena kebersihan tempat tidur memengaruhi kualitas tidur seseorang. Faktanya, hasil survei yang dilakukan National Sleep Foundation NSF menyebutkan, orang akan mendapatkan pengalaman tidur yang jauh lebih baik ketika ruang tidur mereka berada dalam keadaan nyaman dan bersih Shelby, 2011. Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar responden yaitu 28 responden 70 tidak dapat tidur pada suhu yang tidak stabil terlalu panas terlalu dingin. Sulit untuk menghitung suhu yang paling akurat saat kita tidur. Saat suhu terlalu panas, malah menjadi gelisah kesulitan untuk tidur, saat terlalu dingin juga akan mengalami kesulitan untuk tidur. Individu tidak ingin kepanasan dan juga tidak ingin kedinginan saat tidur. Lebih mudah untuk menuju alam tidur pada suhu dingin. Biasanya suhu tubuh akan menurun pada saat tidur, ia akan mencapai puncak fluktuasinya pada sekitar jam 3-5 pagi hari dan akan kembali normal saat matahari terbit kembali Lindy, 2010. Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar responden yaitu 36 responden 90 sering terbangun tengah malam. Pola tidur berubah bersama bertambahnya usia. Tahap ke-3 dan 4 dari siklus tidur adalah tidur yang paling dalam di mana sulit sekali dibangunkan. Tahap tidur dalam ini terjadi dengan frekuensi yang lebih jarang pada lansia. Beberapa kali bangun sering terjadi pada lansia. Hal tersebut meningkatkan keadaan bangun, meskipun singkat, akan menciptakan impresi kurang tidur atau insomnia. Tidur siang hari dan inaktivitas berakibat berkurangnya tidur di malam hari Brunner Suddarth, 2001. Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar reponden yaitu 29 responden 72,5 dapat tidur kembali setelah terbangun tengah malam. Gangguan tidur-bangun dapat disebabkan oleh perubahan fisiologis misalnya pada proses penuaan normal. Riwayat tentang masalah tidur, higiene tidur saat ini, riwayat obat yang digunakan, perlu dievaluasi pada lansia yang mengeluh gangguan tidur. Keluhan gangguan tidur yang sering diutarakan oleh lansia yaitu insomnia, gangguan ritme tidur, dan apnea tidur. Beberapa penelitian mengemukakan setelah terbangun malam hari lanjut usia masih dapat tidur kembali. Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan Lyndy, 2010. Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 22 responden 55 menyatakan badan mereka terasa tidak segar pada saat bagun pagi karena sering terbangun pada tengah malam. Kurang lebih 40 lansia mengeluh mengalami insomnia. Insomnia adalah keluhan sulit untuk masuk tidur atau sulit mempertahankan tidur sering terbangun saat tidur dan bangun terlalu awal serta tetap merasa badan tidak segar meskipun sudah tidur Wibowo, 2009. Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden yaitu 38 responden 95 menyatakan bahwa mereka dapat memulai tidur sebelum jam 12 malam. Meskipun tidur merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi kebanyakan orang, ada orang yang merasa sulit tidur pada malam hari. Lanjut usia biasanya mengalami kesulitan dalam memulai tidurnya terutama jika sedang mengalami gangguan pada kesehatannya. Lansia akan sering terbangun tengah malam, sehingga lansia melakukan kegiatan atau mencari kesibukan pada malam hari Garliah, 2009. Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden yaitu 33 responden 82,5 menyatakan sering terbangun tengah malam untuk buang air kecil BAK. Sistem gastrointestinal tetap berfungsi secara adekuat pada lansia, meskipun terjadi penurunan massa ginjal akibat kehilangan primer beberapa nefron Brunner Suddarth, 2001. Akibat dari ginjal yang mengecil, aliran darah ke ginjal menurun, penyaringan glomerulus menurun, dan fungsi tubulus menurun sehingga kemampuan mengonsentrasi urine ikut menurun Maryam, 2008. Hasil penelitian menyatakan sebanyak 22 responden 55 menyatakan sering mengalami pegal-pegal. Pegal-pegal saat bangun ini sering terjadi pada bagian kaki. Kaki lansia harus mendapat perhatian khusus. Menipisnya lemak subkutan mengakibatkan hilangnya bantalan pelindung dan membuat kulit lebih peka terrhadap injuri. Berkurangnya pasokan darah sebagai akibat memburuknya peredaran darah mengakibatkan lansia beresiko tinggi terhadap infeksi dan komplikasi Brunner Suddart, 2001. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden yaitu 33 responden 82,5 tidak pernah mengalami mimpi buruk. Kepercayaan diri menurun, insomnia, juga kondisi biologis yang kesemuanya saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia, sehingga jika ada massalah kesehatan dan masalah jiwa pada lansia maka lansia akan cenderung mengalami mimpi buruk pada saat tidur Wibowo, 2009. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden yaitu 29 responden 72,5 menyatakan badan akan terasa lemas jika kebutuhan tidur mereka berkurang. Bila tidur yang berkualitas tidak terpenuhi, maka seseorang akan jatuh ke dalam kondisi kurang tidur. Keadaan kurang tidur ini harus dianggap sebagai kondisi yang tidak hanya disebabkan karena jumlah tidur yang kurang, akan tetapi mungkin juga disebabkan oleh kualitas tidurnya pun berkurang. Dari segi jumlah jam tidur yang kurang bisa disebabkan karena penyakit yang menyebabkan gangguan tidur. Hal ini menyebabkan badan akan terasa lemas dan tidak bertenaga Amelia, 2010. Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 22 responden 55 menyatakan harus melakukan aktivitas yang merilekskan pikiran dulu sebelum tidur. Lansia dianjurkan melakukan aktivitas fisik siang hari. Aktivitas tenang dan membaca merupakan alternatif jika tidak bisa tidur. Gejala diatasi secara individual dan sedatif sangat tidak dianjurkan Brunner Suddart, 2001. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa sebagian besar responden pemenuhan kebutuhan istirahat tidurnya sudah cukup yaitu sebanyak 28 responden 70, diikuti dengan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur yang baik dengan jumlah 10 responden 25, dan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur yang kurang berjumlah 2 responden 5. Kebutuhan tidur pada manusia bergantung pada tingkat perkembangan. Pada usia 60 tahun ke atas atau masa dewasa tua, jumlah kebutuhan tidurnya adalah 6 jamhari. Tidur merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tidur diperlukan agar tubuh berfungsi dengan baik, sebab banyak sistem dalam tubuh yang harus diistirahatkan dan hal itu hanya dapat dilakukan saat manusia itu tidur. Tidur sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan dan proses penyembuhan penyakit, karena tidur bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan imunitas tubuh dan mempercepat proses penyembuhan penyakit. Umumnya orang akan merasa segar dan sehat sesudah istirahat. Jadi istirahat dan tidur yang cukup sangat penting untuk kesehatan Suyono, 2008.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai deskriptif dari karakteristik responden dan kategori penilaian pemenuhan kebutuhan istirahat tidur pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.

1. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden mayoritas berjenis kelamin perempuan, berpendidikan SD, berada pada kelompok lanjut usia antara 60-74 tahun, bersuku Jawa, 0-5 tahun menghuni panti werdha, tidak bekerja untuk mengisi waktu luang di panti werdha, beragama islam. Berdasarkan penelitian ini, diketahui bahwa lansia yang tinggal di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan sebagian besar memiliki pemenuhan kebutuhan istirahat tidur yang cukup yaitu sebanyak 28 responden 70, diikuti dengan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur yang baik dengan jumlah 10 responden 25, dan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur yang kurang berjumlah 2 responden 5. Pemenuhan kebutuhan istirahat tidur setiap orang berbeda-beda. Ada yang kebutuhannya terpenuhi dengan baik ada juga yang mengalami gangguan. Banyak faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan istirahat tidur antara lain status kesehatan, lingkungan, stres psikologis, diet, gaya hidup, obat-obatan.

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran kepada berbagai pihak, antara lain :

2.1 Bagi Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan menjadi dasar pertimbangan khususnya bagi keperawatan gerontik dalam memenuhi kebutuhan dasar khususnya kebutuhan tidur pada lansia. Sehingga lansia dapat memenuhi kebutuhan tidurnya dengan baik. Pemenuhan kebutuhan istirahat tidur sering dianggap tidak penting yang menyebabkan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur ini terabaikan. Padahal pemenuhan kebutuhan istirahat tidur sangat berpengaruh terhadap kesehatan lansia.

2.2 Bagi Masyarakat atau Keluarga

Diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi masyarakat atau keluarga lebih memberikan perhatian dan semangat serta mengajarkan cara-cara untuk memotivasi tidur bagi lanjut usia agar pemenuhan kebutuhan istirahat tidurnya baik sehingga kesehatan lansia dapat ditingkatkan.

2.3 Bagi penelitian

Pada penelitian ini, hanya melihat pemenuhan kebutuhan istirahat tidur lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan tidak membahas pengaruh pemenuhan kebutuhan istirahat tidur lansia terhadap kualitas hidup lanisa. Oleh karena itu, diharapkan bagi penelitian selanjutnya dapat meneliti pengaruh pemenuhan kebutuhan istirahat tidur lansia terhadap kualitas hidup lansia. Selain itu, jumlah responden dalam penelitian ini