Kerangka konsepsi Perlindungan Hukum Atas Klaim Dari Pemilik Barang Kepada Freight Forwarder / UJPT ( Usaha Jasa Pengangkutan Dan Transportasi) Khusus Dibidang Perairan

Teori pendukung untuk meneliti Perlindungan Hukum atas Klaim dari Pemilik Barang kepada Freight Forwarder UJPT Usaha Jasa Pengangkutan dan Transportasi, adalah sebagai berikut: Teori Perlindungan yang dikemukakan oleh Telders, Vander Grinten dan Molengraaf, suatu norma baru dapat dianggap dilanggar, apabila suatu kepentingan yang dimaksudkan untuk dilindungi oleh norma itu dilanggar. Teori ini menjadi pegangan yang kuat untuk menolak suatu tuntutan dari seseorang yang merasa dirugikan kepentingannya oleh suatu perbuatan melanggar hukum.

2. Kerangka konsepsi

Penelitian tesis ini menggunakan sejumlah konsep hukum yang terkandung dalam variabel penelitian maupun dalam rum us an permasalahan penelitian. Agar tidak terjadi kesalahpahaman mengenai konsep-konsep tersebut, maka perlu diuraikan defenisi operasional sebagai berikut: Pengertian Jasa Freight Forwarding pernah didefinisikan dalam PER- 178PJ2006 yang kemudian dicabut dengan terbitnya PER-70PJ2007 yaitu mengacu pada Surat Keputusan Menteri Perhubungan No. KM10 Tahun 1988 tentang Jasa Pengurusan Transportasi. Berdasarkan SK Menhub tersebut, yang dimaksud dengan Jasa Freight Forwarding adalah : “usaha yang ditujukan untuk mewakili kepentingan Pemilik Barang, untuk mengurus semua kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman dan penerimaan barang melalui transportasi darat, laut dan udara yang dapat mencakup kegiatan penerimaan, penyimpanan, sortasi, pengepakan, penandaan pengukuran, penimbangan, pengurusan penyelesaian dokumen, penerbitan dokumen angkutan, klaim asuransi, atas Universitas Sumatera Utara pengiriman barang serta penyelesaian tagihan dan biaya-biaya lainnya berkenan dengan pengiriman barang-barang tersebut sampai dengan diterimanya barang oleh yang berhak menerimanya.” Perlindungan Hukum itu sendiri yaitu segala daya upaya yang dilakukan secara sadar oleh setiap orang maupun lembaga pemerintah, swasta yang bertujuan mengusahakan pengamanan, penguasaan dan pemenuhan kesejahteraan hidup sesuai dengan hak-hak asasi yang ada 16 Menurut kamus besar bahasa Indonesia, WJS Purwadarminta edisi kedua, hal 506 klaim adalah tuntutan pengakuan atas suatu fakta bahwa seseorang berhak untuk memiliki atau mempunyai atas sesuatu, “pemerintah Indonesia akan mengajukan klaim ganti rugi kepada pemilik kapal asing itu“ 17 Agar dapat memahami konsep pengangkutan secara komprehensif, perlu dikaji terlebih dahulu aspek-aspek yang tersirat dalam konsep pengangkutan. Konsep pengangkutan meliputi 3 tiga aspek, yaitu: 1. Pengangkutan sebagai usaha business; 2. Pengangkutan sebagai perjanjian agreement; dan 3. Pengangkutan sebagai proses penerapan applying process. 18 Ketiga aspek pengangkutan tersebut menyatakan kegiatan yang berakhir dengan pencapaian tujuan pengangkutan. Tujuan kegiatan usaha pengangkutan 16 http:wwwwikipedia.com Pengertian perlindungan hukum, diakses tanggal 3 Juni 2010 17 WJS Purwadarminta, kamus besar bahasa Indonesia edisi kedua, Jakarta : Rineka Sipta, 1999 hal 506 18 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2008 hal 1. Universitas Sumatera Utara adalah memperoleh keuntungan dan atau laba; tujuan kegiatan perjanjian pengangkutan adalah memperoleh hasil realisasi yang diinginkan oleh pihak-pihak dan tujuan kegiatan pelaksanaan pengangkutan adalah memperoleh keuntungan dan tiba dengan selamat di tempat tujuan. Ketiga aspek pengangkutan tersebut menyatakan kegiatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan pelakunya. Tanpa kegiatan tidak mungkin tujuan dapat dicapai. Kata yang paling tepat untuk menyatakan ketiga aspek kegiatan dan hasilnya itu adalah “pengangkutan” karena sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, bukan “angkutan”. Istilah angkutan artinya hasil dari perbuatan mengangkut atau menyatakan apa yang diangkut muatan. Jika dipakai dengan istilah hukum, yang tepat adalah “hukum pengangkutan” transportation law, bukan “hukum angkutan”. Ad 1. Pengangkutan sebagai Usaha Business Pengangkutan sebagai usaha business adalah kegiatan usaha dibidang jasa pengangkutan yang menggunakan alat pengangkut mekanik. Alat jasa pengangkut mekanik contohnya ialah gerbong untuk mengangkut barang kereta untuk mengangkut penumpang, truk untuk mengangkut barang, pesawat penumpang untuk mengangkut penumpang, kapal kargo untuk mengangkut barang, dan kapal penumpang untuk mengangkut penumpang. Kegiatan usaha tersebut selalu berbentuk perusahaan perseorangan, persekutuan, atau badan hukum. Karena menjalankan perusahaan, untuk jasa pengangkutan bertujuan memperoleh keuntungan dan atau laba. Universitas Sumatera Utara Setiap perusahaan yang bergerak di bidang jasa pengangkutan harus memperoleh izin usaha dari pemerintah sesuai dengan jasa pengangkutan yang dijalankannya. Perusahaan bidang jasa pengangkutan lazim di sebut perusahaan pengangkutan. Perusahaan pengangkutan meliputi kegiatan usaha bidang jasa: a. Pengangkutan dengan kereta api railway; b. Pengangkutan dengan kendaraan bermotor umum highway; c. Pengangkutan dengan kapal laut, kapal penyeberangan, kapal danau, dan kapal sungai waterway; dan d. Pengangkutan dengan pesawat udara airway 19 ad 2. Pengangkutan sebagai Perjanjian Agreement Pengangkutan sebagai perjanjian selalu didahului oleh kesepakatan antara pihak pengangkut dan pihak penumpang atau pengirim. Kesepakatan tersebut pada dasarnya berisi kewajiban dan hak, baik pengangkutan dan penumpang maupun pengirim. Kewajiban pengangkut adalah mengangkut penumpang atau barang sejak tempat pemberangkatan sampai ke tempat tujuan yang telah disepakati dengan selamat. Sebagai imbalan, pengangkut berhak memperoleh sejumlah uang jasa atau uang sewa yang disebut biaya pengangkutan. Kewajiban penumpang atau pengirim adalah membayar sejumlah uang sebagai biaya pengangkutan dan memperoleh hak atas pengangkutan tujuan dengan selamat. 20 19 Ibid, hal 2. 20 Ibid, hal 2. Universitas Sumatera Utara ad 3. Pengangkutan sebagai proses penerapan applying process Pengangkutan sebagai proses terdiri atas serangkaian perbuatan mulai dari pemuatan ke dalam alat pengangkut, kemudian dibawa oleh pengangkut menuju ke tempat tujuan yang telah ditentukan, dan pembongkaran atau penurunan di tempat tujuan. Di samping pengertian di atas ada beberapa konsep pengertian yang terdapat di dalam Undang-undang, sebagai berikut: 1. Pelayaran adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas angkutan di perairan, kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan, serta perlindungan lingkungan maritim. 21 2. Perairan Indonesia adalah laut teritorial Indonesia beserta perairan kepulauan dan perairan pedalamannya. 22 3. Angkutan di Perairan adalah kegiatan mengangkut danatau memindahkan penumpang danatau barang dengan menggunakan kapal. 23 4. Trayek adalah rute atau lintasan pelayanan angkutan dari satu pelabuhan ke pelabuhan lainnya. 24 21 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849, Pasal 1 angka 1. 22 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849, Pasal 1 angka 2. 23 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849, Pasal 1 angka 3. 24 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849, Pasal 1 angka 6. Universitas Sumatera Utara 5. Agen Umum adalah perusahaan angkutan laut nasional atau perusahaan nasional yang khusus didirikan untuk melakukan usaha keagenan kapal, yang ditunjuk oleh perusahaan angkutan laut asing untuk mengurus kepentingan kapalnya selama berada di Indonesia. 25 6. Usaha Jasa Terkait adalah kegiatan usaha yang bersifat memperlancar proses kegiatan di bidang pelayaran. 26 7. Angkutan Multimoda adalah angkutan barang dengan menggunakan paling sedikit 2 dua moda angkutan yang berbeda atas dasar 1 satu kontrak yang menggunakan dokumen angkutan multimoda dari satu tempat diterimanya barang oleh operator angkutan multimoda ke suatu tempat yang ditentukan untuk penyerahan barang tersebut. 27 8. Usaha Pokok adalah jenis usaha yang disebutkan di dalam surat izin usaha suatu perusahaan. 28 9. Hipotek Kapal adalah hak agunan kebendaan atas kapal yang terdaftar untuk menjamin pelunasan utang tertentu yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor lain. 29 25 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849, Pasal 1 angka 7. 26 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849, Pasal 1 angka 9. 27 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849, Pasal 1 angka 10. 28 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849, Pasal 1 angka 11. Universitas Sumatera Utara 10. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan danatau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, danatau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi. 30 11. Pelabuhan Utama adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri dan internasional, alih muat angkutan laut dalam negeri dan internasional dalam jumlah besar, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang danatau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antarprovinsi. 31 12. Unit Penyelenggara Pelabuhan adalah lembaga pemerintah di pelabuhan sebagai otoritas yang melaksanakan fungsi pengaturan, pengendalian, pengawasan kegiatan kepelabuhanan, dan pemberian pelayanan jasa kepelabuhanan untuk pelabuhan yang belum diusahakan secara komersial. 32 29 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849, Pasal 1 angka 12. 30 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849, Pasal 1 angka 16. 31 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849, Pasal 1 angka 17. 32 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849, Pasal 1 angka 27. Universitas Sumatera Utara 13. Keselamatan dan Keamanan Pelayaran adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dan keamanan yang menyangkut angkutan di perairan, kepelabuhanan, dan lingkungan maritim. 33 14. Perlindungan Lingkungan Maritim adalah setiap upaya untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran lingkungan perairan yang bersumber dari kegiatan yang terkait dengan pelayaran. 34 15. Mahkamah Pelayaran adalah panel ahli yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri yang bertugas untuk melakukan pemeriksaan lanjutan kecelakaan kapal. 35

G. Metode Penelitian

Metode penelitian digunakan dalam suatu penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah ialah penalaran yang mengikuti suatu alur berpikir atau logika yang tertentu dan yang menggabungkan metode induksi empiris, karena penelitian ilmiah selalu menuntut pengujian dan pembuktian empiris dan hipotesis-hipotesis atau teori yang disusun secara deduktif. 36 Metode yang digunakan dalam 33 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849, Pasal 1 angka 32. 34 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849, Pasal 1 angka 57. 35 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849, Pasal 1 angka 58. 36 Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir Abad ke-20, Bandung : Rineka Cipta, 1994, hal. 105. Universitas Sumatera Utara penelitian ini adalah yuridis normatif. Metode penelitian normatif disebut juga sebagai penelitian doktrinal doctrinal research yaitu suatu penelitian yang menganalisis hukum baik yang tertulis di dalam buku law as it is written in the book , maupun hukum yang diputuskan oleh hakim melalui proses pengadilan law it is decided by the judge through judicial process. 37 Penelitian hukum normatif berdasarkan data sekunder dan menekankan pada langkah-langkah spekulatif-teoritis dan analisis normatif-kualitatif. 38 Adapun data yang digunakan dalam menyusun penulisan ini diperoleh dari penelitian kepustakaan library research, sebagai suatu teknik pengumpulan data dengan memanfaatkan berbagai literatur berupa peraturan perundang-undangan, buku-buku, karya-karya ilmiah, bahan kuliah, putusan pengadilan, serta sumber data sekunder lain yang dibahas oleh penulis. Digunakan pendekatan yuridis normatif karena masalah yang diteliti berkisar mengenai keterkaitan peraturan yang satu dengan yang lainnya. Metode yang digunakan adalah metode penelitian normatif yang merupakan prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya. 39 Logika keilmuan yang juga dalam penelitian hukum normatif dibangun berdasarkan disiplin ilmiah dan cara-cara kerja ilmu hukum normatif, yaitu ilmu hukum yang objeknya hukum itu sendiri. 37 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Grafitti Press, 2006, hal. 118. 38 J. Supranto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, Jakarta: Pradnya Paramitha, 2003, hal. 3. Universitas Sumatera Utara

1. Sifat Penelitian