h   Ketentuan-ketentuan lain sebagai klausul pengangkutan.
129
Hukum  pengangkutan  mengenal  tiga  prinsip  tanggung  jawab,  yaitu tanggung jawab karena kesalahan fault liability, tanggung jawab karena praduga
presumption  liability,  dan  tanggung  jawab  mutlak  absolute  liability.  Hukum pengangkutan  Indonesia  umumnya  menganut  prinsip  tanggung  jawab  karena
kesalahan dan karena praduga. Besarnya  kerugian  yang  diderita  oleh  pemilik  barang  sesuai  dengan  harga  barang
yang rusakhilang. Harga barang adalah harga jual barang ditempat tujuan pada waktu barang diserahkan.
Berdasarkan  maximum  liability  pengangkut  sebagaimana  diatur  dalam  KUHD  atau konversi Internasional.
Berdasarkan  saran  dari  protection    Idemnity  Club  PI  Club  atau  lembaga asuransi.
Berdasarkan  pertimbangan  komersial  dalam  rangka  memelihara  pelanggan  tertentu. ex.gratia payment.
1. Tanggung Jawab karena Kesalahan
Menurut  prinsip  ini,  setiap  pengangkut  yang  melakukan  kesalahan  dalam penyelenggaraan  pengangkutan  harus  bertanggung  jawab  membayar  segala
kerugian  yang  timbul  akibat  kesalahannya  itu.  Pihak  yang  menderita  kerugian wajib  membuktikan  kesalahan  pengangkut.  Beban  pembuktian  ada  pada  pihak
129
Joko  Sutono,  Dokumen  Penumpang  dalam  Praktik  Pengangkutan  Laut.  Media  Lampung, Edisi 27 Juli 2006, hal 4
Universitas Sumatera Utara
yang  dirugikan,  bukan  pada  pengangkut.  Prinsip  ini  dianut  dalam  Pasal  1365 Kitab  Undang-Undang  Hukum  Perdata  Indonesia  tentang  perbuatan  melawan
hukum  illegal  act  sebagai  aturan  umum  general  rule.  Aturan  khusus ditentukan  dalam  undang-undang  yang  mengatur  masing-masing  jenis
pengangkutan. Pada  pengangkutan  dengan  kapal,  Perusahaan  Pengangkutan  Perairan
bertanggung  jawab  atas  akibat  yang  ditimbulkan  oleh  pengoperasian  kapalnya berupa:
a Kematian atau lukanya penumpang yang diangkut selama dalam pengangkutan
dan  terjadi  didalam  kapal,  danatau  kecelakaan  pada  saat  naik  ke  atau  turun dari kapal, sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
b Musnah, hilang atau rusaknya barang yang diangkut sesuai dengan perjanjian
pengangkutan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. c
Keterlambatan  pengangkutan  penumpang  danatau  barang  yang  diangkut meliputi,  antara  lain,  memberikan  pelayanan  dalam  batas-batas  kelayakan
sesuai  dengan  kemampuan  Perusahaan  pengangkutan  Perairan  kepada penumpang  selama  menunggu  keberangkatan  dalam  hal  terjadi  keterlambatan
keberangkatan  karena  kelalaian  perusahaan  pengangkutan  tersebut  mengingat Perusahaan  Pengangkutan  Perairan  yang  masih  tergolong  usaha  ekonomi
lemah.
Universitas Sumatera Utara
d Kerugian  pihak  ketiga,  yaitu  orang  atau  badan  hukum  yang  tidak  ada
kaitannya  dengan  pengoperasian  kapal,  tetapi  meninggal  atau  luka  atau menderita kerugian akibat pengoperasian kapal.
Akan  tetapi,  jika  Perusahaan  Pengangkutan  Perairan  dapat  membuktikan bahwa  kerugian  tersebut  bukan  disebabkan  oleh  kesalahannya,  Perusahaan
Pengangkutan Perairan yang bersangkutan dapat dibebaskan sebagian atau seluruh dari tanggung jawabnya.
130
Pada  pengangkutan  dengan  pesawat  udara,  Perusahaan  Pengangkutan Udara yang melakukan kegiatan pengangkutan udara bertanggung jawab atas:
a Kematian atau lukanya penumpang yang diangkut selama dalam pengangkutan
udara dan terjadi dalam pesawat udara, atau kecelakaan pada saat naik ke atau turun  dari  pesawat  udara,  termasuk  pengertian  lukanya  penumpang  adalah
cacat fisik danatau cacat mental. b
Musnah, hilang atau rusaknya barang yang diangkut. c
Keterlambatan  pengangkutan  penumpang  danatau  barang  yang  diangkut apabila terbukti hal tersebut merupakan kesalahan pengangkut.
131
Berapa jumlah santunan atau ganti kerugian yang menjadi tanggung jawab Perusahaan  Pengangkutan  Udara?  Batas  jumlahnya  diatur  dalam  Peraturan
Pemerintah Nomor 40 Tahun 1995 tentang Pengangkutan Udara sebagai berikut:
130
Pasal 86 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran.
131
Pasal 43 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan.
Universitas Sumatera Utara
a Santunan untuk penumpang yang meninggal dunia karena kecelakaan pesawat
udara ditetapkan sebesar Rp. 40.000.000,00 empat puluh juta rupiah. b
Santunan  untuk  penumpang  yang  menderita  luka  karena  kecelakaan  pesawat udara  atau  suatu  peristiwa  di  dalam  pesawat  udara  atau  selama  waktu  antara
embarkasi  dan  debarkasi  berlangsung,  ditetapkan  sampai  dengan  setinggi- tingginya Rp. 40.000.000,00 empat puluh juta rupiah.
c Santunan  ganti  kerugian  untuk  kelambatan  yang  dialami  oleh  penumpang
karena  kesalahan  pengangkut  hanya  diberikan  untuk  kerugian  yang  secara nyata  diderita  oleh  calon  penumpang,  sampai  dengan  setinggi-tingginya  Rp.
1.000.000,00 satu juta rupiah. d
Santunan  ganti  kerugian  penumpang  yang  menderita  cacat  tetap  karena kecelakaan  pesawat  udara  ditetapkan    berdasarkan  tingkat  cacat  tetap  yang
dialami sampai dengan setinggi-tingginya  Rp. 50.000.000,00  lima  puluh  juta rupiah.
132
Jumlah ganti kerugian untuk kerugian: a
Bagasi  tercatat,  termasuk  kerugian  karena  keterlambatan  dibatasi  setinggi- tingginya Rp. 100.000,00 seratus ribu rupiah per kilogram.
b Bagasi  kabin  karena  kesalahan  pengangkut  dibatasi  setinggi-tingginya
Rp. 100.000,00 seratus ribu rupiah untuk setiap penumpang.
132
Pasal 43 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1995 tentang Pengangkutan Udara.
Universitas Sumatera Utara
c Cargo  termasuk  kerugian  karena  kelambatan  akibat  kesalahan  pengangkut
dibatasi  setinggi-tingginya  Rp.  100.000,00  seratus  ribu  rupiah  untuk  setiap kilogram.  Kerugian  tersebut  hanya  terhadap  kerugian  yang  secara  nyata
dialami.
133
Setiap  orang  atau  badan  hukum  yang  mengoperasikan  pesawat  udara bertanggung  jawab  terhadap  kerugian  yang  diderita  oleh  pihak  ketiga  yang
diakibatkan oleh pengoperasian pesawat udara atau kecelakaan pesawat udara atau jatuhnya benda-benda lain dari pesawat udara yang dioperasikan. Santunan untuk
pihak ketiga yang: a
Meninggal  dunia  ditetapkan  sebesar  Rp.  40.000.000,00  empat  puluh  juta rupiah;
b Penderita luka ditetapkan sampai dengan setinggi-tingginya Rp. 40.000.000,00
empat puluh juta rupiah; c
Menderita cacat tetap karena kecelakaan pesawat udara ditetapkan berdasarkan tingkat  cacat  tetap  yang  dialami  sampai  dengan  setinggi-tingginya  Rp.
50.000.000,00 lima puluh juta rupiah; dan d
Ganti  kerugian  untuk  kerusakan  barang  milik  pihak  ketiga  sebagai  akibat kecelakaan  pesawat  udara  hanya  terdapat  kerugian  yang  secara  nyata  diderita
berdasarkan penilaian yang layak.
134
133
Pasal 44 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1995 tentang Pengangkutan Udara.
134
Pasal 45 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1995 tentang Pengangkutan Udara.
Universitas Sumatera Utara
2. Tanggung Jawab karena Praduga