pelayarannya  menyusur  pantai  saja  atau  ke  laut  lepas.  Tapi  sayangnya,  sampai sekarang  Pemerintah  belum  melaksanakan  amanat  UU  Pelayaran  untuk  membentuk
PP  Alur  Pelayaran.  ini  menimbulkan  potensi  sengketa  antara  Departemen Perhubungan dengan Departemen Kelautan dan Perikanan.
Usaha  lain  untuk  menunjang  keselamatan  angkutan  di  perairan  adalah  lewat Komite Nasional Keselamatan Transportasi KNKT dan Search and Rescue SAR.
Keduanya  adalah  lembaga  non-struktural  di  bawah  Depertemen  Perhubungan,  tapi KNKT  lebih  sering  menjadi  sasaran  cercaan  dari  masyarakat  ketika  sebuah
kecelakaan terus berulang.
3. Kegiatan di Pelabuhan Tujuan
Setelah  kapal  tiba  di  pelabuhan  tujuan,  pengangkut  wajib  menyerahkan barang kepada penerima. Penerima itu adalah pemegang terakhir konosemen atas
pengganti  berdasarkan  endosemen  yang  teratur  atau  pemegang  konosemen  atas tunjuk. Setiap penerima yang sudah menerima barang wajib menyerahkan kembali
konosemen  yang  dipegangnya  itu  kepada  pengangkut  sebagai  bukti  bahwa pengangkut  sudah  memenuhi  penyerahan  barang.  Jika  pada  saat  penyerahan
barang  pengangkut  kurang  percaya  kepada  penerima,  dia  dapat  meminta  kepada penerima supaya konosemen itu dititipkan kepada pihak ketiga.
108
Apabila  kepada  pengangkut  ditunjukkan  lembaran  konosemen  yang  tidak menyebutkan  jumlah  seluruh  konosemen  yang  diterbitkan,  tidak  ada  tulisan  copy
Universitas Sumatera Utara
not  negotiable ,  dan  juga  konosemen  itu  diperoleh  dengan  itikad  baik  atas  beban
seperti  jual  beli;  pengangkut  wajib  menyerahkan  barang  yang  tersebut  dalam konosemen  itu.
109
Konosemen  yang  dapat  diperdagangkan  selalu  diterbitkan  dua lembar  dan  tertulis  pada  konosemen  tersebut  serta  berlaku  semua  untuk  satu  dan
satu untuk semua.
110
Pada  saat  barang  diterima  oleh  pemegang  konosemen,  keadaan  barang tidak  cocok  dengan  yang  tertulis  dalam  konosemen.  Hal  ini  dapat  diselesaikan
dengan cara berikut: a
Jika  pemegang  konosemen  adalah  pengirim  sendiri,  pengangkut  bebas  dari tuntutan,  asalkan  keadaan  barang  pada  saat  diserahkan  sama  dengan  keadaan
barang pada saat dimuat dalam kapal.
111
b Jika  pada  konosemen  ditulis  suatu  klausul  yang  menerangkan  bahwa  wujud,
jumlah,  berat,  atau  ukuran  barang  yang  diangkut  tidak  dikenal,  pengangkut tidak  terikat  dengan  keadaan  barang,  kecuali  jika  pengangkut  sendiri
mengetahui  atau  seharusnya  mengetahui  keadaan  barang  itu  atau  barang  itu sudah dihitung, ditimbang atau diukur dihadapannya.
112
c Jika pada konosemen sama sekali tidak ditulis keadaan barang yang diangkut,
pengangkut hanya bertanggung jawab atas keadaan barang itu seperti keadaan
108
Pasal 510 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
109
Pasal 507 ayat 2 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang .
110
Pasal 506 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
111
Pasal 512 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
112
Pasal 513 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
Universitas Sumatera Utara
pada waktu dimuat dalam kapal sepanjang dapat dilihat dari luar, sampai dapat dibuktikan sebaliknya.
113
Setelah  barang  diterima  oleh  penerima  di  pelabuhan  tujuan,  penerima wajib  membayar  biaya  pengangkutan  serta  segala  biaya  yang  wajib  dibayarnya
menurut  dokumen  atas  dasar  mana  barang  itu  diserahkan  kepadanya.
114
Dengan demikian,  kewajiban  membayar  biaya  pengangkutan  itu  timbul  setelah  barang
diterima  di  pelabuhan  tujuan.  Akan  tetapi,  pengangkut  tidak  mempunyai  hak retensi  atas  barang  jika  dia  tidak  memperoleh  pembayaran  biaya  pengangkutan
dari penerima.
115
Karena itu, untuk mencegah kemungkinan wanprestasi penerima, pengangkut  menetapkan  dalam  perjanjian  pengangkutan  supaya  biaya
pengangkutan dibayar lebih dahulu oleh pengirim barang. Setelah penumpang tiba dengan  selamat,  dan    penyerahan  barang  kepada  penerima,  serta  penyelesaian
segala  kewajiban  dan  hak  pihak-pihak,  berakhirlah  perjanjian  pengangkutan perairan.
Pada  prakteknya  Sebagai  industri  yang  bersifat  monopoli  alami  natural monopoly  industry  dan  regulated  industry,  semua  kegiatan  usaha  di  pelabuhan
dikelola oleh pemerintah. Karakter industri di mana entitas penawaran suply entity terbatas dan entititas demand demand entity tidak terbatas, peran pemerintah harus
kuat.  Namun  dalam  fase  transisi  dari  monopoli  ke  mekanisme   persaingan,  peran pemerintah  masih  sangat  penting  dan  diperlukan.  Semua  hal  yang  berkait  dengan
113
Pasal 514 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
114
Pasal 491 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
Universitas Sumatera Utara
kegiatan usaha di sektor ini diatur, dikelola dan diawasi oleh pemerintah. Dalam hal jasa penunjang, di sektor jasa pelabuhan sudah diberlakukan mekanisme pasar meski
belum diberlakukan mekanisme persaingan sempurna. Jasa forwarding, pergudangan dan bongkar muat bagian dari kegiatan usaha jasa penunjang
4. Hambatan Pengangkutan Perairan