Agar  pembahasan  perbuatan  hukum  pengangkutan  lebih  terarah  dan  sistematis perlu  ditentukan  terlebih  dahulu  lingkup  materi  objek  pembahasan.  Bertolak  dari
konsep  dan  lingkup  perbuatan  hukum  pengangkutan,  maka  objek  pembahasan dalam kajian perbuatan hukum pengangkutan dibatasi dan meliputi hal-hal sebagai
berikut: a
Cara mengadakan perjanjian pengangkutan. b
Saat perjanjian pengangkutan terjadi dan mengikat. c
Pembayaran biaya dan penerbitan dokumen pengangkutan.
1. Cara Mengadakan Perjanjian Pengangkutan
Terjadinya  perjanjian  pengangkutan  selalu  didahului  oleh  perbuatan negoisasi  timbal  balik  antara  pihak  pengirimpenumpang  dan  pihak  pengangkut.
Perbuatan  negoisasi  tersebut  tidak  ada  pengaturan  rinci  dalam  undang-undang, yang  ada  hanya  pernyataan  ”persetujuan  kehendak”  toestemming  atau
”kesepakatan”  consensus  sebagai  salah  satu  unsur  Pasal  1320  Kitab  Undang- Undang  Hukum  Perdata  Indonesia.  Perbuatan  negoisasi  untuk  mencapai
persetujuan  kehendak  atau  kesepakatan  tersebut  hanya  dapat  diketahui  melalui teori-teori  perjanjian  yang  dapat  ditelusuri  dalam  literatur  ilmu  hukum  dan
kebiasaan yang hidup dalam masyarakat bisnis pengangkutan.
a. Teori kehendak
Teori  kehendak  wilstheorie  dikemukakan  oleh  Hofmann.  Teori  ini bertujuan untuk menentukan secara pasti saat kapan telah terjadi suatu persetujuan
kehendak  toestemming  atau  kesepakatan  consensus  yang  menjadi  dasar
Universitas Sumatera Utara
mengikatnya  perjanjian.  Menurut  teori  ini,  perjanjian  dinyatakan  terjadi  dan mengikat  pada  saat  pihak-pihak  sudah  mencapai  persetujuan  kehendak  atau
kesepakatan  mengenai  hal-hal  yang  diperjanjikan.  Persetujuan  kehendak  atau kesepakatan  tersebut  dinyatakan  dengan  tegas  dalam  bentuk  perkataan  yang
diucapkan atau dalam bentuk perbuatan nyata yang patut dihormati dan mengikat pihak-pihak.  Jadi,  persetujuan  kehendak  atau  kesepakatan  itu  timbul  sebagai
akibat  proses  negoisasi  antara  kedua  pihak.  Teori  ini  diikuti  juga  oleh  Von Savigny.  Di  negara-negara  Anglo  Saxon  teori  kehendak  ini  dikenal  dengan
sebutan negotiation theory atau bargaining theory.
117
Keunggulan  teori  kehendak  wilstheorie  adalah  menciptakan  kepastian hukum mengenai rincian kewajiban dan hak bagi pihak-pihak dan dapat dipastikan
juga  sejak  kapan  kedua  belah  pihak  terikat  untuk  memenuhi  kewajiban  dan memperoleh  hak  yang  telah  disepakati,  serta  akibat  hukumnya  jika  terjadi
wanprestasi. Akan tetapi, kelemahan teori ini, kreditor  cenderung berposisi lebih kuat  daripada  debitor  dengan  membatasi  tanggung  jawab  kreditor  terhadap
kerugian  yang  timbul  dengan  menggunakan  bermacam  bentuk  klausal  eksonerasi dalam  perjanjian  tertulis  yang  sudah  dibakukan,  tidak  dipahami  oleh  debitor  dan
akhirnya kerugian itu menjadi beban debitor.
118
117
L.C.  Hofmann.  Het  Nederlands  Verbintenissenrecht.  Volume  I  Vierde  druk.  J.B.  Wolters. Groningen-Batavia. 1935. h. 126.
118
A. Pitlo. Het Systeem van het Nederlands Privaatrecht. Tjeenk Willink. Groningen. 1971. h. 156.
Universitas Sumatera Utara
b. Teori penerimaan
Teori  penerimaan  ontvangst  theorie  dikemukakan  oleh  Opzoomer.  Teori penerimaan  bertujuan  untuk  menentukan  secara  pasti  saat  kapan  pihak  yang  satu
menerima  penawaran  dari  pihak  yang  lain  yang  menjadi  dasar  mengikatnya perjanjian. Menurut teori ini, perjanjian dinyatakan terjadi dan mengikat pada saat
penawaran pihak yang satu benar-benar diterima oleh pihak yang lain, yang secara konkret  dibuktikan  dengan  perkataan  atau  perbuatan  nyata  menerima  atau
dengan  dokumen  hukum  bukti  menerima,  misalnya,  telegram  batasan,  surat persetujuan,  atau  menurut  teknologi  informasi  kini,  seperti  faksimile,
short  message  service SMS,    dan  jawaban  melalui  telepon  biasa  atau  telepon
genggam HP. Saat  penerimaan  penawaran  dapat  diketahui  secara  pasti  sejak  perkataan
diucapkan,  atau  perbuatan  menerima  itu  sungguh-sungguh  dilakukan,  atau menurut  tanggal  yang  ditulis  penerima  pada  dokumen  yang  bersangkutan.  Jadi,
penerimaan  itu  merupakan  pernyataan  akhir  dari  pihak  yang  satu  terhadap penawaran  pihak  yang  lain,  baik  secara  lisan  maupun  secara  tertulis,  bukan  lagi
proses  negoisasi,  melainkan  pernyataan  yang  bersifat  tetap,  tidak  berubah  lagi. Di  negara-negara  Anglo  Saxon  teori  penerimaan  ini  dikenal  dengan  sebutan
acceptance theory .
Keunggulan  teori  penerimaan  ontvangst  theorie  adalah  saat  terjadi  dan mengikatnya  perjanjian  antara  kedua  belah  pihak  dapat  ditentukan  secara  pasti
sehingga  saat  mulai  memenuhi  kewajiban  dan  memperoleh  hak,  serta  akibat
Universitas Sumatera Utara
hukumnya  juga  dapat  dipastikan.  Akan  tetapi,  kelemahannya,  pihak  penerima menerima  segala  konsekuensi  yuridis  yang  tertera  dalam  perjanjian  akibat  tidak
memahami  isu  klausul  kesepakatan  pada  saat  menyatakan  menerima  atau menandatangani bukti kesepakatan. Kelemahan ini dapat diatasi melalui ketelitian
dan  pengalaman  negoisasi,  didampingi  atau  diwakili  konsultan  hukum profesional.
c. Teori penawaran dan penerimaan
Teori  ini  umumnya  berkembang  di  negara-negara  Anglo  Saxon  yang berbasis  common  law.  Teori  ini  dikenal  dengan  sebutan  offer  and  acceptance
theory yang  bertujuan  untuk  menentukan  titik  temu  antara  penawaran  dan
penerimaan  sehingga  dapat  diketahui  secara  pasti  saat  perjanjian  terjadi  dan mengikat pihak-pihak. Menurut teori ini, proses penawaran offer dari pihak yang
satu dihadapkan dengan prose penerimaan acceptance oleh pihak  yang lain dan sebaliknya  guna  mencapai  kecocokankesesuaian  kehendak  yang  diharapkan  oleh
pihak-pihak  secara  timbal  balik.  Titik  temu  penawaran  dan  penerimaan  secara timbal  balik  menciptakan  kesepakatan  sebagai  perjanjian  yang  mengikat  pihak-
pihak.
119
Teori penawaran dan penerimaan pada sistem hukum Anglo Saxon yang berbasis  common  law  merupakan  gabungan  teori  kehendak  dan  teori  penerimaan
pada sistem hukum Eropa Kontinental yang berbasis kodifikasi.
119
Abdulkadir Muhammad. Hukum Asuransi Indonesia. Edisi Revisi. Bandung : Citra Aditya Bakti. 2006. h. 55.
Universitas Sumatera Utara
Keunggulan  offer  and  acceptance  theory  walaupun  tidak  dibuat  secara tertulis,  kesadaran  hukum  pihak-pihak  yang  terkait  dengan  perjanjian  merupakan
jaminan bahwa  kewajiban  pihak-pihak  akan dipenuhi  agar  hak  pihak-pihak  dapat diperoleh. Hal ini sudah merupakan kebiasaan yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat  common  law.  Kecil  kemungkinan  akan  terjadi  wanprestasi  yang disengaja, kecuali apabila terjadi force majeur yang bukan kehendak pihak-pihak.
Dalam  sistem  common  law,  kesengajaan  tidak  memenuhi  kewajiban  dalam  suatu kesepakatan  dianggap  sebagai  suatu  keburukan    yang  sangat  dibenci  oleh
masyarakat,  yang  akhirnya  menyusahkan  diri  sendiri  atau  merendahkan  martabat dan harga diri.
d. Kebiasaan dalam pengangkutan
Untuk  memahami  proses  terjadi  perjanjian  pengangkutan  berdasarkan kebiasaan, perlu dilakukan observasi pengamatan terhadap perilaku pihak-pihak.
Berdasarkan  hasil  observasi  tersebut,  dapat  dipahami  proses  terjadi  perjanjian pengangkutan,
yaitu dapat
secara langsung
antara pengangkut
dan pengirimpenumpang, atau secara tidak langsung melalui jasa pengantara, yaitu:
2 Ekspeditur untuk pengangkutan barang
3 Agen perjalanan untuk pengangkutan penumpang.
Apabila  perjanjian  pengangkutan  diadakan  secara  langsung,  penawaran pihak pengangkut dikomunikasikan langsung kepada pihak pengirimpenumpang:
Universitas Sumatera Utara
1 Secara  lisan  di  loket  penjualan  tiketkarcis  di  kantor  perusahaannya  atau
kantor di stasiun, terminal, pelabuhan, atau bandara, atau melalui telepon. 2
Secara  tertulis  melalui  media  cetak  atau  pengumuman  yang  ditempelkan  di kantor masing-masing perusahaan pengangkutan.
Ini  berarti  pengangkut  mencari  sendiri  muatan  barangpenumpang  untuk diangkut  dan  juga  pengirimpenumpang  mendatangi  sendiri  perusahaan
pengangkutan yang bersangkutan agar barangnya atau dirinya diangkut. Pada  pengangkutan  darat,  pengusaha  taksi  atau  bus  kota  menelusuri
trayeknya mencari penumpang yang umumnya sudah menunggu di tepi jalan atau halte-halte tertentu. Pengusaha taksi atau travel dapat juga menjemput penumpang
berdasarkan  pesanan  telepon. Pada  pengangkutan  kereta  api,  perairan, atau  udara penumpang mendatangi loket penjualan karcistiket di stasiun kereta api, kantor di
pelabuhan,  kantor  di  bandara,  atau  kantor  agen  perjalanan  perusahaan pengangkutan yang bersangkutan.
120
Apabila  penawaran  dilakukan  melalui  pengantara  ekspeditur,  agen perjalanan,  pengantara  menghubungi  penumpang  atas  nama  pengangkut.
Pengirim  menyerahkan  barang  kepada  pengantara  ekspeditur  supaya  diurus pengangkutannya  dan  membayar  biaya  pengangkutan.  Penumpang  membayar
biaya  pengangkutan  dan  menerima  tiket  penumpang  yang  sudah  disiapkan  oleh agen perjalanan atas nama pengangkut untuk keberangkatannya. Atau penumpang
120
Ibid
Universitas Sumatera Utara
mendapat  jemputan  di  alamatnya  untuk  diangkut  kemudian  membayar  biaya pengangkutan di kantor pengangkut atau agen travel yang bersangkutan.
B. Sengketa dan Penyelesaian dalam Pengangkutan Barang di Perairan 1. Sengketa yang Muncul dalam Pengangkutan Barang di Perairan
Peristiwa hukum merupakan salah satu jenis fakta hukum. Peristiwa hukum dalam  bahasa  Belanda  disebut  rechtsfeit  dan  dalam  bahasa  Inggris  disebut  legal
fact .  Peristiwa  hukum  ada  tiga  jenis,  yaitu  peristiwa  hukum  yang  terjadi  karena
perbuatan, karena kejadian atau karena keadaan. Suatu peristiwa disebut peristiwa hukum apabila diatur dan diberi akibat oleh hukum. Setiap peristiwa hukum selalu
menimbulkan hubungan hukum  yang berdimensi kewajiban dan hak pihak-pihak, kerugian  dan  keuntungan  pihak-pihak.  Karenanya,  peristiwa  hukum  yang  terjadi
itu  ada  yang  dikehendaki  oleh  pihak-pihak  karena  menguntungkan  dan  ada  pula yang  memang  tidak  dikehendaki  oleh  pihak-pihak  karena  menimbulkan  kerugian
atau kerusakan. Jika  dihubungkan  dengan  pengangkutan,  lingkup  peristiwa  hukum
pengangkutan meliputi hal-hal berikut ini: 1.
Perbuatan  Hukum  Pengangkutan  yang  Dikehendaki  oleh  Pihak-Pihak  dalam Perjanjian Pengangkutan
Meliputi  pengadaan  perjanjian  pengangkutan,  penentuan  hak  dan kewajiban  pihak-pihak  dalam  perjanjian  pengangkutan,  penyelenggaraan
pengangkutan, berakhirnya pengangkutan, dan perjanjian pengangkutan.
Universitas Sumatera Utara
2. Kejadian  Hukum  Pengangkutan  yang  Tidak  Dikehendaki  oleh  Pihak-Pihak
dalam Pengangkutan Meliputi  musibah  atau  kecelakaan  yang  terjadi  sebelum,  selama  atau
sesudah  penyelenggaraan  pengangkutan,  misalnya,  kecelakaan  lalu  lintas, tenggelamnya kapal, jatuhnya pesawat udara, ataupun kereta api keluar rel.
3. Keadaan  Hukum  Pengangkutan  yang  Juga  Tidak  Dikehendaki  oleh  Pihak-
Pihak dalam Pengangkutan Meliputi  situasi  atau  kondisi  yang  terjadi  dalam  pengangkutan,  yang
menjadi  kendala  kelangsungan  pengangkutan,  misalnya  kemacetan  lalu  lintas, mogoknya alat pengangkut, terjadi huru hara selama pengangkutan, putusnya jalan
karena longsor atau jalan raya yang dijadikan tempat parkir dan tempat pedagang kaki lima.
Peristiwa  hukum  yang  berupa  perbuatan  hukum  pengangkutan  merupakan sumber keuntungan dan kenikmatan bagi pihak-pihak karena pada dasarnya pihak-
pihak  telah  melibatkan  diri  dalam  kegiatan  bisnis  yang  selalu  berorientasi  pada keuntungan  profit  oriented.  Kegiatan  bisnis  pengangkutan  butir  1  dan
keuntungan  yang  diharapkan  merupakan  hal  yang  dikehendaki  oleh  pihak-pihak walaupun tidak selalu menguntungkan. Hal ini disebut variabel sebab dependent
variable .  Kejadian  hukum  pengangkutan  butir  2  dan  keadaan  hukum
pengangkutan  butir  3  merupakan  sumber  kerugian  dan  ketidaknyamanan  yang tidak  dikehendaki  oleh  pihak-pihak  dalam  hubungan  hukum  pengangkutan.  Dua
Universitas Sumatera Utara
hal  ini  disebut  variabel akibat  independent  variable  yang  timbul  karena  adanya pengangkutan butir 1.
2. Kerugian yang Terjadi