Satu-satunya jenis hutan yang masih mempunyai harapan berada dalam kondisi baik adalah hutan lindung dan kawasan konservasi. Inipun tidak semua
dalam kondisi baik, sudah banyak kawasan konservasi yang mengalami kerusakan cukup parah.
2.19. Penambangan di Kawasan Hutan
Berdasarkan ketentuan Pasal 38 Undang-undang Nomor : 41 Tahun 1999 ayat 1 dinyatakan bahwa penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan
di luar kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan di dalam kawasan hutan produksi dan kawasan hutan lindung. Selanjutnya dalam ayat 3 dinyatakan bahwa,
penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pertambangan dilakukan melalui pemberian ijin pinjam pakai oleh Menteri dengan mempertimbangkan batasan luas
dan jangka waktu tertentu serta kelestarian lingkungan. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka kegiatan pertambangan tidak
diperbolehkan dilakukan di kawasan hutan konservasi. Sebagai kawasan konservasi, Cagar Alam Mandor tidak direncanakan untuk kegiatan eksploitasi baik hasil hutan
kayu maupun non kayu. Apalagi kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan non kehutanan, seperti kegiatan penambangan misalnya. Tidak hanya kegiatan
penambangan illegal yang dilarang, penambangan legal atau kegiatan lainnya yang dilakukan di dalam areal kawasan hutan konservasi khususnya kawasan Cagar Alam
tidak dibenarkan. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor : 41 tahun 1999 tentang Kehutanan Pasal 24 yang menyebutkan bahwa pemanfaatan kawasan hutan
dapat dilakukan pada semua kawasan hutan kecuali pada hutan cagar alam serta zona inti dan zona rimba pada taman nasional. Pelarangan kegiatan di dalam
kawasan hutan lindung diatur dalam Pasal 38 ayat 4 Undang-undang Nomor : 41 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa, pada kawasan hutan lindung dilarang
melakukan kegiatan penambangan dengan pola pertambangan terbuka. Penambangan dengan pola terbuka adalah suatu cara penambangan yang
dilakukan dengan mengupas permukaan tanah, kemudian dilanjutkan dengan penggalian bahan-bahan tambang. Secara fisik, areal bekas penambangan emas akan
kelihatan tidak beraturan serta vegetasi yang ada menjadi rusak dan bahkan punah. Lubang besar begas galian tambang dan tumpukan tanah bekas galian tambang
banyak dijumpai di areal bekas penambangan. Seperti halnya pemanfaatan hasil
hutan kayunon kayu, sejak jaman dulu manusia selalu berusaha mendapatkan sumber daya alam termasuk hasil tambang. Di suatu tempat atau wilayah yang
diketahui mengandung sumber daya alam berupa hasil tambang akan menjadi sasaran para penambang dalam melakukan aktivitasnya.
Berdasarkan pengelompokkannya, sebagaimana dinyatakan Rahmi 1995 dalam As’ad 2004 penggolongan bahan-bahan galian adalah sebagai berikut :
- Galian
A : merupakan bahan galian strategis, yaitu strategis untuk perekonomian negara serta pertahanan dan keamanan negara. Contoh : minyak
tanah, batubara, uranium dan lain-lain. - Galian B : merupakan bahan galian vital, yaitu dapat menjamin hajad hidup
orang banyak. Contoh : besi, tembaga, emas, perak dan lain-lain. - Galian C : bukan merupakan bahan galian strategis ataupun vital, karena
sifatnya tidak langsung memerlukan pasaran yang bersifat internasional. Contoh : Marmer, batu kapur, tanah liat, pasir yang sepanjang tidak mengandung unsur
mineral. Selanjutnya disebutkan, bahwa di dalam merencanakan satu penambangan
harus memperhatikan beberapa faktor sebagai berikut : - Keuntungan yang diinginkan oleh perusahaan.
- Jumlah dan umur tambang yang akan menentukan jumlah produksi. - Ukuran dan batas maksimum dari kedalaman tambang pada akhir operasinya.
- Kemiringan tebing. - Kadar terendah yang masih memberikan keuntungan apabila dieksploitasi.
Melihat beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam kegiatan penambangan melalui proses perijinan tersebut, tentunya hal itu tidak dilakukan oleh para pelaku
penambangan illegal. Mereka hanya mengejar keuntungan finansiil semata, tanpa memperhatikan faktor-faktor tersebut. Kegiatan penambangan emas baik yang legal
maupun illegal, dapat meningkatkan pendapatan, penciptaan dan perluasan lapangan kerja, penyerapan tenaga kerja, pembukaan isolasi wilayah, tumbuhnya pusat-pusat
perekonomian, dan tersedianya keperluan bahan baku industri. Akan tetapi kalau pelaksanaannya tanpa memperhatikan prosedur dan aspek lingkungan, penambangan
emas juga merupakan kegiatan yang dapat mengubah bentang alam, eksploitasi sumber daya alam yang tak terbaharui, proses dan kegiatannya secara potensial
dapat menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup.
Di dekat kawasan Cagar Alam Mandor juga terdapat makam juang para Pahlawan dan Pejuang Kalimantan Barat yang gugur sebagai korban tentara Jepang
pada tahun 1942. Bukan tidak mungkin kalau kegiatan penambangan dibiarkan terus, maka daerah inipun akan mengalami nasib yang sama, akan tersedot mesin-
mesin tambang yang ada. Sebagaimana di katakan Kepala Bapedalda Propinsi Kalimantan Barat, Tri Budiarto 2005 bahwa di kompleks pemakaman terdapat
21.037 warga Kalimantan Barat yang terbunuh akibat kekejaman tentara Jepang tahun 1942 itu juga ada beberapa tenda yang dijadikan pondok para penambang
emas. Melihat kondisi lingkungan yang mengalami banyak tekanan oleh aktivitas
manusia, maka hal ini harus mendapat perhatian dari semua pihak khususnya pemerintah dalam pengelolaan dan perlindungan terhadap hutan. Mengingat bahwa
masalah lingkungan tidak lagi menjadi issu nasional akan tetapi secara internasional sudah menjadi issu yang harus mendapatkan perhatian serius.
2.20. Pengelolaan Kawasan Konservasi