Upaya Konservasi Cagar Alam Mandor

penanaman dan pemeliharaan jenis tumbuhan yang asli endemik maupun yang tidak asli daerah setempat. c Zona Penyangga. Zona penyangga merupakan suatu zona yang terletak di luar batas kawasan, yang berfungsi untuk melindungi kawasan dari gangguan masyarakat di sekitarnya. Zonasi dimaksudkan selain untuk melindungi ekosistem juga memberi kesempatan bagi masyarakat dalam melakukan aktivitas sehingga tidak merambah dan merusak kawasan yang dilindungi. Zona penyangga yang terletak di luar batas kawasan, yang berfungsi untuk melindungi kawasan. Tidak adanya keterlibatan stakeholder, membuat rencana kegiatan tersebut tidak diketahui secara transparant oleh masyarakat maupun pihak terkait lainnya.

4.4.3. Upaya Konservasi Cagar Alam Mandor

Sampai saat ini upaya yang dilakukan sehubungan dengan hasil penilaian potensi kawasan Calon Taman Hutan Raya Mandor belum dilaksanakan. Rencana pengelolaan kawasan konservasi Cagar Alam Mandor sampai dengan saat ini juga belum tersusun. Pelaksanaan pengelolaan masih bersifat upaya perlindungan kawasan sebagai Cagar Alam Mandor dengan sarana dan prasarana terbatas, walaupun kondisi kawasan sudah mengalami kerusakan yang parah. Dalam menjaga keberadaan dan kelestarian kawasan konservasi Cagar Alam Mandor, BKSDA Kalimantan Barat telah melakukan beberapa kegiatan sebagai bentuk pengelolaan kawasan konservasi. Namun demikian upaya konservasi yang dilakukan cenderung masih berupa upaya perlindungan. Beberapa kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah razia dan patroli yang dilakukan oleh Polisi Kehutanan Polhut. Upaya ini dilakukan karena BKSDA Kalimantan Barat memiliki tugas dan fungsi dalam mengatasi masalah-masalah yang terjadi di dalam kawasan konservasi termasuk Cagar Alam Mandor, di antaranya adalah pengamanan kawasan konservasi, pengawasan peredaran tumbuhan dan satwa liar dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan serta penegakan hukum bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran di sektor kehutanan. Untuk mendukung ini semua selain biaya, tidak kalah penting dan merupakan faktor kunci adalah diperlukan sumber daya manusia yang memadai, baik jumlah dan kualitasnya. Upaya konservasi lain seperti Pengawetan dan Pemanfaatan belum dilakukan. BKSDA Kalimantan Barat memiliki tenaga Polisi Khusus Kehutanan Polhut sebanyak 29 orang. Jumlah total pegawai adalah sebanyak 104 orang baik yang berada di BKSDA Kalimanan Barat maupun di Seksi Konservasi masing-masing wilayah. Di Seksi Konservasi Wilayah III jumlah personil sebanyak 12 orang dengan luas wilayah kerja sebesar 131.280 Ha terdiri dari 4 unit kawasan konservasi. Masing-masing luasan adalah : 1 Cagar Alam Mandor 3.080 ha, 2 Cagar Alam Lo Fat Fun Fie 7,8 ha, 3 Cagar Alam Gunung Nyiut 124.500 ha, dan 3 Cagar Alam Raya Pasi 3.700 ha. Untuk kawasan Konservasi Cagar Alam Mandor, telah ditunjuk 1 satu orang Kepala Resort KSDA Mandor dibantu oleh 1 satu orang petugas Polisi Kehutanan. Selama melaksanakan kegiatan penelitian yang terlihat stanby di lokasi kawasan Cagar Alam Mandor hanya satu orang Kepala Resort KSDA Mandor. Walaupun tidak berada di Mandor, petugas Polisi Kehutanan tersebut berada di Kantor Seksi Konservasi Wilayah III yang berkedudukan di Kota Singkawang. Jarak antara Kota Singkawang dengan lokasi Cagar Alam Mandor sekitar 145 km dan dapat ditempuh dengan kendaraan jalan darat Bus Umum dengan alokasi waktu 2,5 sd 3 jam. Sarana dan prasarana yang tersedia dalam mendukung pelaksanaan tugas di Cagar Alam Mandor juga sangat minim. Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan petugas di lapangan, fasilitas penduking dalam melaksanakan tugasnya adalah sebagai berikut ; - Rumah Dinas Resort KSDA Mandor : 1 Unit - Sepeda Motor Lapangan : 1 Unit - Mesin Ketik : 1 Unit Selain jumlah petugas yang sedikit, fasilitas yang ada juga terbatas. Bahkan kendaraan berupa sepeda motor diberikan, setelah kawasan Cagar Alam Mandor sudah mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh penabangan dan penambangan emas. Sampai dengan sekarang pada saat penelitian dilakukan, sarana prasaran lain seperti : alat komunikasi dan peralatan pemadam kebakaran juga tidak tersedia bagi petugas lapangan. Upaya konservasi yang sudah lakukan oleh BKSDA Kalimantan Barat dalam rangka pengelolaan kawasan Cagar Alam Mandor antara lain : - Identifikasi dan inventarisasi potensi kawasan. - Pemasangan Papan Nama “Tanda Memasuki Kawasan Konservasi Cagar Alam Mandor”. - Rekonstruksi Tanda Batas Pal Batas dilakukan bersama dengan Balai Pemantapan Kawasan Hutan BPKH Kalimantan Barat. - PatroliRazia yang dilakukan oleh Tim dari BKSDA Kalimantan Barat yang dilaksanakan pada tanggal 18 sd 27 Desember 2006. - Bersama dengan pejabat dan tokoh masyarakat setempat melakukan upaya revitalisasi hukum adat yang berlaku di wilayah Kecamatan Mandor. - Pembuatan Buku Informasi tentang Kawasan Konservasi Kalimantan Barat dan Upaya Konservasi Lainnya. Dari hasil observasi lapangan dijumpai 1 satu Papan Nama tanda memasuki kawasan konservasi Cagar Alam Mandor yang berbatasan langsung dengan wilayah kerja PT Inhutani II. Walaupun masih tegak berdiri, namun dengan kondisi yang sudah rusak, dengan beberapa lubang di papan bahkan sebagian tulisannya sudah tidak bisa terbaca lagi karena terhapus catnya terkelupas. Kondisi lain yang dijumpai di lapangan adalah pal batas nomor 62 sudah rusak atau tercabut dan dibiarkan tergeletak begitu saja. Padahal berdasarkan hasil wawancara kegiatan pemancangan tersebut baru dilaksanakan pada tahun 2005 sekitar Bulan Agustus 2005. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas BKSDA Kalimantan Barat, patroli dilakukan berdasarkan laporan dari Kepala Resort KSDA Mandor bahwa di lokasi Cagar Alam Mandor ada kegiatan penambangan baru. Dari hasil pelaksanakan patroli, diperoleh informasi bahwa di sekitar kawasan Cagar Alam Mandor memang telah ada kegiatan penambangan pasir jenis Zirkon yang dilakukan di lokasi eks penambangan emas. Pada tahun 2000 pernah dilakukan upaya revitalisasi hukum adat. Upaya yang diprakarsai oleh Muspika Kecamatan Mandor mendapat dukungan dari Pemerintah Kabupaten Landak dan BKSDA Kalimantan Barat. Dalam pelaksanaannya, acara ini dihadiri oleh beberapa pejabat dan tokoh masyarakat setempat. Revitalisasi hukum adat dilakukan dengan pertimbangan kondisi pada saat itu, bahwa penerapan hukum positif pada saat itu seolah-olah tidak berdaya. Baik petugas Kehutanan, TNI dan Polri tidak bisa membendung aktivitas manusia yang melakukan tindakan yang mengancam keberadaan kawasan Cagar Alam Mandor. Hukum adat merupakan hukum yang masih diakui keberadaan di wilayah Republik Indonesia. Hukum adat dan sistem kepercayaan asli tentang hutan merupakan pranata sosial yang paling penting bagi masyarakat untuk mengamankan sumberdaya di dalam kawasan hutan adat dari penggunaan berlebihan baik oleh masyarakat sendiri maupun oleh pihak-pihak dari luar. Revitalisasi dilakukan dimaksudkan untuk mengaktifkan kembali pranata adat yang telah ada dengan menyesuaikan perkembangan yang terjadi di wilayah adatnya. Dengan upaya merevitalisasi hukum adat yang ada di wilayah Mandor, diharapkan hukum adat sebagai benteng terakhir dalam menjaga kelestarian sumber daya alam hutan yang ada. Namun demikian apa yang terjadi sungguh diluar perkiraan para pejabat dan tokoh masyarakat yang hadir pada saat itu. Setelah dilakukan acara tersebut, mereka kesulitan untuk keluar karena di beberapa ruas jalan diblokir dihadang dengan beberapa rintangan berupa batu dan pohon yang ditumbangkan di tengah jalan. Bahkan perlengkapan persyaratan adat untuk pelaksanaan upacara tersebut juga dicuri. Buku informasi kawasan konservasi Kalimantan Barat dan upaya konservasi lainnya dibuat, diharapkan mampu memberikan informasi-informasi yang lebih mendetail tentang keberadaan kawasan konservasi dan upaya-upaya konservasi oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Barat.

4.4.4. Kerusakan Kawasan Konservasi Cagar Alam Mandor