1
I . PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Analisis kebijakan diarahkan untuk memfasilitasi adopsi teknologi, pengembangan agribisnis, serta mendukung pembangunan pertanian wilayah
dan perdesaan.
Sintesa kebijakan
diharapkan mampu
memecahkan permasalahan teknis, sosial, dan ekonomi pembangunan pertanian wilayah
dalam arti luas, baik yang bersifat responsif maupun antisipatif Badan Litbang Pertanian, 2003.
Swasembada pangan adalah keadaan dimana suatu negara mampu memenuhi kebutuhannya sendiri dalam bidang pangan. Mengingat pentingnya
memenuhi kecukupan pangan, setiap negara mendahulukan pembangunan ketahanan pangannya sebagai pondasi bagi pembangunan sektor-sektor lainnya.
Pembangunan ketahanan pangan di I ndonesia ditujukan untuk menjamin ketersediaan dan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu, bergizi, dan
seimbang pada tingkat rumah tangga, daerah, nasional, sepanjang waktu dan merata. Hal ini dapat dilakukan melalui pemanfaatan sumberdaya dan budaya
lokal, teknologi inovatif dan peluang pasar, untuk memperkuat ekonomi perdesaan dan mengentaskan masyarakat dari kemiskinan.
Kebutuhan pangan nasional
terus meningkat, tetapi dilain pihak
ketersediaan lahan pertanian terus menyempit akibat alih fungsi lahan untuk pembangunan sektor lain seperti: pemukiman, industri dan infrastuktur.
Berkurangnya lahan pertanian produktif ditambah dengan anomali iklim akibat pemanasan global telah menyebabkan berkurangnya pasokan pangan food
shortage dan harga pangan yang terus meningkat. Pemerintah
telah mengantisipasi
kondisi tersebut
diatas dengan
mencanangkan program surplus beras 10 juta ton, swasembada dan swasembada berkelanjutan pangan nasional, khususnya untuk 3 jenis komoditi
pangan pokok, yaitu: padi, jagung, dan kedelai. Komoditas padi berperan untuk memenuhi kebutuhan pokok karbohidrat masyarakat, sedangkan jagung dan
kedelai untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri pangan olahan dan pakan. Untuk mencapai swasembada pangan nasional, kerjasama dan sinergitas
diantara pemangku kepentingan sangat diperlukan. Sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat, Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu melalui Dinas
2
Pertanian memiliki tugas untuk mendukung target suksesnya pembangunan bidang pertanian tanaman pangan melalui capaian sasaran produksi yang
ditentukan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Sasaran produksi padi didasarkan pada Roadmap Peningkatan Produksi
Beras Nasional P2BN, sedangkan sasaran produksi jagung dan kedelai didasarkan Renstra Kementan. Untuk komoditas padi, Provinsi Bengkulu
mendapat alokasi sasaran produksi sebesar 498.577 ton tahun 2012, 529.738 ton tahun 2013 dan 562.408 ton tahun 2014. Untuk komoditas jagung dan
kedelai, sasaran produksi jagung sebesar 124.124 ton tahun 2012, 132.813 tahun 2013, dan 146.094 ton tahun 2014, sedangkan sasaran produksi kedelai
sebesar 32.600 ton tahun 2012, 39.200 tahun 2013, dan 51.200 ton tahun 2014. Untuk mencapai sasaran produksi tersebut, Dinas Pertanian Provinsi
Bengkulu telah melaksanakan program peningkatan produktivitas padi melalui GP-PTT, cetak sawah baru, optimasi lahan, perbaikan jaringan irigasi primer.
Program peningkatan produksi kedelai melalui intensifikasi melalui GP-PTT dan Optimasi lahan. Peningkatan produksi jagung dilakukan melalui peningkatan
produktivitas melalui GP-PTT, Peningkatan produktivitas pada lahan eksisting melalui kerjasama swasta dan pemda, perluasan area panen melalui peningkatan
indeks pertanaman I P. Kebijakan swasembada pangan di Provinsi Bengkulu telah dilaksanakan dari
tahun 2010-2014, akan tetapi target tersebut belum tercapai. Untuk mengetahui sejauh mana efektifitas penerapan program dalam mendukung peningkatan
produktivitas dan produksi pangan strat egis di Provinsi Bengkulu akan dilakukan pengkajian.
1.2
.
Dasar Pertimbangan
Sesuai amanat dalam Undang-Undang No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional RPJPN 2005-2025, I ndonesia saat ini
memasuki periode Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN tahap ke-2 2010-2014. Pada periode ini swasembada ditargetkan untuk tiga
komoditas pangan utama yaitu: padi, jagung dan kedelai. Untuk mendukung program tersebut kementerian pertanian mengeluarkan surat keputusan nomor
1243 Kpts OT.160 12 2014 tentang kelompok kerja upaya khusus peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai melalui program perbaikan jaringan irigasi dan
3
sarana pendukungnya. Agar tercapai swasembada, target produksi yang harus di capai pada tahun 2015 adalah produksi padi 73,40 juta ton dengan pertumbuhan
2,21 tahun, jagung 20.33 j uta ton dengan pertumbuhan 5,57 tahun dan kedelai 1,50 juta ton dengan pertumbuhan 60.81 tahun.
Pada prakteknya untuk mencapai swasembada pangan nasional banyak menghadapi hambatan. Seperti alih fungsi lahan, perubahan iklim, urbanisasi,
dan pertumbuhan penduduk membawa dampak terhadap tata kelola bidang pertanian secara keseluruhan. Program swasembada pangan masih bergantung
pada luasan lahan yang tersedia. Selain itu ketersediaan air khususnya irigasi sangat menentukan keberhasilan swasembada tersebut.
Menurut keputusan menteri PU Nomor 293 Kpts.M 2014 tanggal 10 Juni tahun 2014, sawah yang mempunyai irigasi seluas 7.145.168 hektar dengan
tingkat kerusakan jaringan irigasi primer dan sekunder seluas 3.289.069 hektar serta kerusakan jaringan tersier seluas 3.518.227 hektar. Berdasarkan Undang-
undang nomor 7 tahun 2004 tentang sumberdaya air dan Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 2006 tentang irigasi, tanggung jawab pengelolaan jaringan
primer dan sekunder terbagi menjadi tiga kewenangan yaitu: Pemerintah Pusat Kementerian PU dan Perumahan Rakyat, pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten kota, sementara jaringan tersier menjadi tanggung jawab petani. Kementerian Pertanian telah menetapkan upaya khusus pencapaian
swasembada berkelanjutan padi dan jagung serta swasembada kedelai melalui kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi tersier dan kegiatan pendukung lainnya
seperti Pengembanga Jaringan I rigasi, optimasi lahan, Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu GP-PTT, optimasi perluasan areal tanam kedelai
melalui indeks pertanaman PAT-PI P kedelai, perluasan areal tanam jagung PAT jagung, penyediaan sarana dan prasarana pertanian benih, pupuk,
pestisida dan alat mesin pertanian dan pengawalan pendampingan.
1.3. Tujuan