20
belum terjadi peningkatan I P. Hal ini diduga karena pada tahun 2015 terjadi fenomena iklim yaitu kemarau yang panjang, sehingga musim kemarau MK
2015 banyak terjadi gagal tanam maupun gagal panen. Demikian juga di musim hujan MH terjadi penundaan jadwal tanam dari jadwal yang ditentukan.
Tabel 8. Rekapitulasi Produktivitas padi di 10 Kab kota Provinsi Bengkulu
sebelum dan sesudah kegiatan UPSUS PJK tahun 2015
No Kabupaten
Produktivitas t ha Selisih t ha
Sebelum Sesudah
1 Kota Bengkulu
4.9 4.2
-0.7 2
Bengkulu Selatan 4.53
4.74 0.21
3 Bengkulu Tengah
3.3 3.8
0.3 4
Bengkulu Utara 4.58
4.68 0.10
5 Kaur
4.3 4.19
0.11 6
Kepahiang 4.5
5.5 1.00
7 Lebong
4.33 5.37
1.04 8
Mukomuko 5.5
6.0 0.50
9 Rejang Lebong
5.02 4.99
- 0.03 10
Seluma 3.8
4.35 0.3
Rata-rata 4.48
4.78
Sumber : Dinas Pertanian Kab Kota seprovinsi Bengkulu 2015 Ket : - terjadi penurunan
Peningkatan produktivitas di 10 kabupaten Kota Provinsi Bengkulu pada tahun 2015 terjadi peningkatan yang tidak signifikan yaitu rata-rata peningkatan
produktivitas sebesar 0,1 – 1,04 t ha. Sedangkan kabupaten Rejang Lebong dan Kota Bengkulu mengalami penurunan produktivitas yaitu 0,03 t ha dan 0.7 t ha.
Peningkatan produktivitas di beberapa kabupaten diduga pada jadwal turun tanam tepat dan diiringi penerapan teknologi pemupukan dan pengaturan
populasi tanam jajar legowo. Akan tetapi penurunan produktivitas di 2 Kota Bengkulu dan Rejang Lebong jadwal turun tanam kurang tepat yang yaitu
tanaman dimasa vegetatif sudah mengalami kekeringan sehingga mengakibatkan penurunan hasil.
4.3. Efektifitas Pelaksanaan Program Peningkatan Produksi Pangan
Strategis Padi di Provinsi Bengkulu.
Pada tahun 2015, Pemerintah Provinsi Bengkulu mendapatkan anggaran program UPSUSOptimasi lahan,RJI T dan GP-PTT sebesar Rp.14.469.600.000,-
dan Rp.29.000.000.000,-. Dari anggaran tersebut pemerintah provinsi Bengkulu mampu merealisasikan sebesar Rp.13.472.520 atau 93,10 untuk program
21
optimasi lahan sedangkan realisasi anggaran untuk program GP-PTT sebesar Rp.23.852.500.000,- atau 82,52 . Realisasi anggaran program RJI T sebesar Rp.
36481324.00,- atau 98,55 .
Gambar 2. Target dan realisasi anggaran dan fisik kegiatan UPSUS di Provinsi Bengkulu tahun anggaran 2015
Efektifitas program juga bisa dilihat dengan penerapan teknologi usahatani padi karena penerapan teknologi akan sangat mempengaruhi produktivitas lahan
atau jumlah produksi secara berkesinambungan. Pada tabel 9 dapat dilihat bahwa petani menggunakan benih bersertifikat hanya pada saat program
berlangsung karena benih didapat secara cuma-Cuma, namun ketika program berakhir petani kembali pada kebiasaan semula yaitu menggunakan varietas
modern namun tidak berlabel melainkan memakai hasil panen sebelumnya untuk digunakan sebagai benih.
Pemupukan juga menjadi kendala bagi petani, petani responden mengaku pupuk sulit untuk didapatkan tepat pada waktunya sehingga pemupukan menjadi
tidak bisa sesuai anjuran bukan saja karena sulit secara pasokan namun juga harga yang tidak terjangkau. System tanam legowo merupakan item ptt padi
yang sangat penting karena bisa meningkatkan produksi juga bisa mencegah hama tikus dan memudahkan dalam sanitasi serta penyemprotan. Hal ini mulai
disadari oleh petani sehingga setelah program berakhir 40 petani tetap menggunakan system tanam legowo. 60 belum menerapkan system tanam
legowo dengan alasan penanaman legowo rumit dan menambah biaya untuk upah tanam.
10000000 20000000
30000000 40000000
50000000 60000000
70000000
Ha Rp Ha Rp. Ha Rp Ha Rp. Ha Rp Ha Rp. Ha Rp Ha Rp. Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
Triwulan I Triwulan II
Triwulan III Triwulan IV
RJIT OPLA
GP-PTT
22
Tabel 9. Pemanfaat teknologi budidaya usahatani padi petani kooperator
Optimalisasi lahan dan GP-PTT sebelum program, saat program dan setelah program.
No Uraian
Sebelum program
Saat program
Setelah program
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9. 10.
11.
12. Penggunaan VUB tidak berlabel
Menggunakan benih berlabel. Sistem tanam legowo.
Pupuk sesuai dosis anjuran. Pengendalian hama dengan pestisida.
Pengembalian sisa jerami pada lahan sawah. Menggunakan pupuk kandang.
Penanaman bibit 21 hari. Olah lahan sesuai musim dan pola tanam
Pengaturan air secara berselang Penggunaan pupuk cair PPC, pupuk organic,
pupuk bio hayati ZPT,pupuk mikro. Segera melakukan perontokan gabah
100
100
100
30 100
100 60
100 100
30 100
60 10
70 100
40 50
100 10
100 60
10 70
Perontokan gabah setelah panen sudah dominan dilakukan oleh petani dan petani sudah menghendaki perontokan langsung kecuali ada kendala dalam
tenaga kerja mesin dimana petani harus bergiliran menggunakan mesin perontok. Pengembalian jerami ke lahan sawah belum ada yang menerapkan
baik itu saat program maupun setelah program selesai, petani masih mengganggap lebih mudah membakar jerami daripada melakukan fermentasi
untuk menjadikan jerami untuk pupuk ataupun untuk pakan ternak. Oleh sebab itu penyuluhan akan pemanfaatan jerami masih sangat di perlukan
Berikut ini permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan program pendukung swasembada pangan di provinsi Bengkulu :
1. Terlambatnya Penetapan SK Gubernur tentang personil pelaksana di daerah dana Dekonsentrasi danTugas Pembantuan, sehingga
pelaksanaan kegiatan di daerah menjadi terlambat
2. Pemanfaatan kegiatan mengalami keterlambatan dikarenakan masih adanya proses CP CL dan verifikasi kelompok yang ditetapkan SKPD Kepala Daerah
3. Dampak perubahan iklim, 4. Rekening Gapoktan ada yang tidak aktif sehingga pada proses pencairan
terjadi return 5. Terdapat kesalahan saat verifikasi penetapan Desa dan Gapoktan Usulan
dari daerah yang disampaikan ke Pusat
23
6. Hampir setiap lokasi program UPSUS memlilki potensi peningkatan
produktivitas, tetapi luas lahan sawah yang disyaratkan di Pedoman Umum Optimasi lahan, RJI T dan GP-PTT tidak sesuai karena setiap kelompok tani
hamparannya maksimal 10 hektar. Sehingga perlu adanya perubahan di dalam pedoman umum UPSUS.
4.4. Rekomendasi Kebijakan