Kondisi Keraw anan Pangan I ndonesia Pendekatan Kerangka Pemikiran

8 d. Lebih dari 12 dari semua desa di I ndonesia tidak memiliki akses jalan yang dapat dilalui oleh kendaraan roda empat. e. Hampir 10 rumah tangga di I ndonesia tidak memiliki akses listrik. Akses listrik yang terbatas 30 terdapat di empat provinsi NTT, Papua, Papua Barat, dan Sulawesi Barat. 3. Pemanfaatan Pangan dan Gizi a. Pada tahun 2007, rata-rata asupan energi harian adalah 2.050 kkal dan asupan protein sebesar 5.625 gram, keduanya sudah melampaui Angka Kecukupan Gizi AKG nasional. Angka ini meningkat 3.3 dibandingkan tahun 2002. Namun demikian, untuk tiga golongan pengeluaran terendah hanya memiliki asupan 1.817 kkal kapita hari atau kurang, dan proporsi makanan mereka kurang serta tidak seimbang secara kuantitatif dan kualitatif. b. Secara nasional, 94 rumah tangga memiliki akses ke fasilitas kesehatan terdekat kurang dari 5 km, dan angka ini meningkat secara signifikan jika dibandingkan 5 tahun terakhir. c. Secara nasional, 21,08 rumah tangga tidak memiliki akses terhadap air minum yang layak. d. Pada tahun 2007, angka perempuan buta huruf nasional adalah 12,89 . Angka underweight pada balita adalah 18,4 , angka tersebut telah mencapai target MDGs namun masalah kesehatan masyarakat masih berada pada tingkat yang kurang. Prevalensi nasional untuk kurang gizi kronis adalah 36,8 , angka ini tergolong tinggi untuk tingkatan kesehatan masyarakat. e. Angka rata-rata harapan hidup di I ndonesia pada tahun 2007 adalah 68 tahun.

2.4. Kondisi Keraw anan Pangan I ndonesia

Kerawanan pangan dapat bersifat kronis atau sementara transien. Kerawanan pangan kronis adalah ketidakmampuan jangka panjang atau yang terus menerus untuk memenuhi kebutuhan pangan minimum. Keadaan ini biasanya terkait dengan faktor struktural yang tidak dapat berubah dengan cepat seperti iklim setempat, jenis tanah, sistem pemerintahan daerah, kepemilikan lahan, hubungan antar etnis, tingkat pendidikan, dll. Kerawanan pangan 9 sementara adalah ketidakmampuan jangka pendek atau sementara untuk memenuhi kebutuhan pangan minimum. Keadaan ini biasanya terkait dengan faktor dinamis yang berubah dengan cepat seperti penyakit infeksi, bencana alam, pengungsian, berubahnya fungsi pasar, tingkat besarnya utang, perpindahan penduduk migrasi, dan sebagainya. Dari sisi cadangan pangan, I ndonesia sebetulnya sangat kuat. Sesuai perhitungan Badan Ketahanan Pangan, cadangan pangan I ndonesia dari segi energi mencapai 3.500 kilo kalori per kapita per hari. Sementara dari segi kalori, sebesar 85 gram per kapita per hari. Untuk konsumsi riil, kebutuhan nasional energi hanya 2.200 kilo kalori per kapita per hari, dan asupan kalori hanya 57 gram per kapita. Persoalannya terletak pada distribusi konsumsi yang tidak merata. Bagi kalangan miskin yang mencapai 11 , atau sekitar 28 juta jiwa di seluruh I ndonesia, asupan energi dan kalori jauh lebih rendah dari rata-rata nasional. Kebutuhan beras pada tahun 2014 sebesar 33.013.214 ton, maka apabila harus ada surplus 10 juta ton sebagai cadangan, berarti harus ada produksi beras minimal 43 juta ton. Bila produksi beras tidak memenuhi kebutuhan pangan nasional, maka pemerintah harus melakukan impor. 10 I I I . METODOLOGI

3.1. Pendekatan Kerangka Pemikiran

Pengkajian ini adalah penelitian lapangan yang didukung dengan desk study. Kegiatan di lapangan adalah pengumpulan data primer yang dilakukan dengan survei. Survei dilakukan terhadap obyek pengkajian untuk mendapatkan gambaran aktual yang terjadi di lapangan, berdasarkan kenyataan yang ada di lapangan dipadukan dengan pengetahuan dan teori-teori ilmiah yang ada. Selanjutnya disintesakan untuk dapat memberikan alternatif solusi uuntuk pemecahan masalah dengan tepat. Analisis Kebijakan Peningkatan Produksi Pangan Strategis padi di Provinsi Bengkulu dilakukan dengan metode survei untuk mengetahui kinerja program swasembada pangan strategis padi terhadap peningkatan produksi. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai suatu bentuk evaluasi yang dilakukan dari hasil kegiatan program mendukung swasembada pangan strategis. Metode evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi summatif Singarimbun, 1989 .

3.2. Ruang Lingkup