dan meningkatkan hasil produksi tanpa memperhatikan lahan adat masyarakat. Peneliti memfokuskan juga usaha untuk menangani konflik tanah adat yang
dilakukan oleh masyarakat desa terhadap tapal batas lahan adat yang disengketakan. Berdasarkan kepada hal tersebut peneliti kemudian tertarik melakukan
penelitian dengan judul “Konflik Agraria Studi Kasus: Konflik Pertanahan Antara Toba Pulp Lestari dengan Masyarakat Desa Pandumaan-Sipituhuta dalam
Pembatasan Lahan Hutan Adat di Kecamatan Pollung, Humbang Hasundutan.”
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun perumusan masalah dalam penelitiaan ini, yaitu “Bagaimana Penyelesaiaan Tapal Batas Lahan Hutan Adat Di
Desa Pandumaan Sipituhuta dengan PT. Toba Pulp Lestari ?”
1.3 PEMBATASAN MASALAH
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah
diatas, maka dalam penelitian ini yang menjadi perumusan masalah yaitu:
1. Apa Tindakan Masyarakat Desa Pandumaan-Sipituhuta terhadap usaha
menyelesaikan permasalahan tapal batas hutan kemenyan ? 2.
Apa Tindakan yang dilakukan PT. TPL terhadap usaha menyelesaikan permasalahan tapal batas hutan kemenyan 2009-2013?
1.4 TUJUAN PENELITIAN
Adapun yang menjadi tujuan penulis di dalam penelitian ini adalah : 1.
Mendeskripsikan dan Menganalisis Cara Penyelesaian Masalah Tapal Batas Lahan Hutan Adat Desa Pandumaan Sipituhuta dengan PT. Toba
Pulp Lestari.
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk Mengetahui Tindakan Masyarakat Desa Pandumaan-Sipituhuta
dengan PT. Toba Pulp Lestari 3.
Untuk Mengetahui Bentuk Penyelesaian Masalah Tapal Batas Lahan Hutan Adat Desa Pandumaan-Sipituhuta dengan PT. Toba Pulp Lestari.
1.5 SIGNIFIKASI PENELITIAN
1. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai karya ilmiah dalam upaya
mengembangkan kompetensi penulis serta memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program strata satu S1 Departemen Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara. 2.
Secara teoritis dapat dijadikan sebagai bahan kajian akademis Ilmu Politik dan diharapkan dapat membantu memberikan informasi tentang konflik
tanah yang ada di Sumatera Utara. 3.
Hasil penelitian ini juga diharapkan memberikan kontribusi pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah khazanah, wawasan bagi penulis dan
pembaca di Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
1.6 KERANGKA TEORI
Untuk memberikan batasan-batasan yang lebih jelas dari masing-masing konsep dan merumuskan hipotesis yang ilmiah yang dipilih dari teori-teori yang
relevan agar tersusun secara sistematis.
1.6.1 Teori Kebijakan
Kebijakan adalah aturan tertulis yang merupakan keputusan formal organisasi, yang bersifat mengikat, yang mengatur perilaku dengan tujuan untuk menciptakan
tata nilai baru di kehidupan masyarakat. Kebijakan akan menjadi rujukan utama para anggota organisasi atau anggota masyarakat dalam berperilaku. Kebijakan pada
Universitas Sumatera Utara
umumnya bersifat proaktif problem solving kebijakan lebih adaptif dan interpretatif.
11
Kebijakan juga diharapakan bersifat umumtetapi tanpa menghilangkan ciri lokal yang spesifik, kebijakan harus memberi peluang diinterpretasikan sesuai
kondisi spesifik yang ada. Kebijakan policy adalah sebuah instrumen pemerintahan, bukan saja dalam
arti government yang hanya menyangkut aparatur negara, melainkan pula governance yang menyentuh pengelolaan sumber daya publik. Kebijakan pada intinya merupakan
keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan tindakan yang secara langsung mengatur pengelolaan dan pendistribusian sumber daya alam, finansial dan manusia demi
kepentingan publik, yakni rakyat banyak, penduduk, masyarakat atau warga negara. Kebijkan merupakan hasil dari adanya sinergi, kompromi atau bahkan kompetisi
antara berbagai gagasan, teori ideologi, dan kepentingan-kepentingan yang mewakili sistem politik suatu negara
12
. Kebijakan dipandang sebagai hal yang mendasari suatu keputusan yang akan
diambil oleh pembuat keputusan dari seseorangkelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu yang memberikan hambatan-hambatan dan kesempatan-
kesempatan terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dalam rangka mencapai suatu tujuan atau merealisasikan suatu tujuan tertentu
13
. Kebijakan merupakan seperangkat keputusan yang diambil oleh pelaku-pelaku politik dalam
rangka memilih tujuan dan bagaimana cara untuk mencapainya. Kebijaksanaan atau kebijakan policy dapat diartikan, baik secara teoritik maupun praktikal. Secara
teoritikal kebijakan policy dapat diartikan secara luas board maupun secara sempit narrow.
Kebijakan policy secara praktikal erat kaitannya dengan hukum positif, yaitu teori hukum positif yang mempunyai objek berupa gejala-gejala dari hukum yang
berlaku dalam masyarakat pada waktu tertentu, mengenai masalah tertentu, dan
11
Dun Willian. N. Analsis kebijakan. diterjemahkan Drs. Samodra Wibawa, dkk. Jakarta. 1999 hal 12
12
Edi Suharto,Kebijakan Sosial sebagai Kebijakan Publik, Bandung : Alfabeta, 2008, hlm 3
13
Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik, Yogyakarta : Media Pressindo, 2002, hlm 16
Universitas Sumatera Utara
dalam lingkungan masyarakat tertentu yang memberikan dasar pemikiran tentang jiwa dalam hukum tersebut. Dengan demikian, pemerintah mempunyai peran dalam
hal pembinaan, pengaturan dan pengawasan dalam upaya pelayanan kesehatan khususnya di bidang perumahsakitan serta memiliki kewajiban dan tanggung jawab
untuk menjamin pemerataan dan peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat.
Kebijakan publik yang identik merupakan kebijakan pemerintah sesungguhnya saling terkait satu dengan yang lainnya. Bahkan pada bidang ini juga
akan terlihat bahwa hubungan hukum dan kebijakan pemerintah tidak sekedar terdapatnya kedua hal itu dibicarakan dalam satu topik atau pembicaraan, keduannya
dapat saling mengisi dan melengkapi namun lebih dari itu antara hukum dan kebijakan publik pada dasarnya saling tergantung satu sama lainnya, kedua
terminologi diartikan sebagai hukum positif yang berlaku pada sebuah negara dan ketika penerapan hukum rechtsoepassing dihubungkan dengan implementasi
kebijakan pemerintah maka keduanya pada dasarnya saling tergantung. Keterkaitan secara mendasar adalah nampak pada atau dalam kenyataan bahwa pada dasarnya
penerapan hukum itu sangat memerlukan kebijakan publik untuk mengaktualisasikan hukum tersebut di masyarakat, sebab umumnya produk-produk hukum yang ada itu
pada umumnya hanya mengatur hal-hal yang bersifat umum dank arena cakupannya yang luas dan bersifat nasional maka tidak jarang produk-produk hukum atau undang-
undang yang ada itu tidak mampu meng-cover seluruh dinamika masyarakat yang amat beragam di daerah tertentu.
Proses pembuatan kebijakan merupakan pekerjaan yang rumit dan kompleks dan tidak semudah yang dibayangkan. Walaupun demikian, para administrator sebuah
organisasi institusi atau lembaga dituntut memiliki tanggung jawab dan kemauan, serta kemampuan atau keahlian, sehingga dapat membuat kebijakan dengan resiko
yang diharapkan intended risks maupun yang tidak diharapkan unintended risks. Pembuatan kebijakan dipengaruhi oleh beberapa faktor.Hal penting yang turut
diwaspadai dan selanjutnya dapat diantisipasi adalah dalam pembuatan kebijakan
Universitas Sumatera Utara
sering terjadi kesalahan umum. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan kebijakan adalah:
a Adanya pengaruh tekanan-tekanan dari luar tidak jarang pembuat kebijakan harus memenuhi tuntutan dari luar atau membuat kebijakan adanya tekanan-tekanan dari
luar. b Adanya pengaruh kebiasaan lama, Kebiasaan lama organisasi yang sebagaimana
dikutip oleh Nigrodisebutkan dengan istilah sunk cost, seperti kebiasaan investasi modal yang hingga saat ini belum professional dan terkadang amat birokratik,
cenderung akan diikuti kebiasaan itu oleh para administrator, meskipun keputusankebijakan yang berkaitan dengan hak tersebut dikritik, karena sebagai
suatu yang salah dan perlu diubah. Kebiasaan lama tersebut sering secara terus- menerus pantas untuk diikuti, terlebih kalau suatu kebijakan yang telah ada
tersebut dipandang memuaskan. c Adanya pengaruh sifat-sifat pribadi berbagai keputusankebijakan yang dibuat oleh
para pembuat keputusankebijakan banyak dipengaruhi oleh sifat-sifat pribadinya. Sifat pribadi merupakan faktor yang berperan besar dalam penentuan
keputusankebijakan. d Adanya pengaruh dari kelompok luar lingkungan sosial dari para pembuat
keputusankebijakan juga berperan besar. e Adanya pengaruh keadaan masa lalu. Maksud dari faktor ini adalah bahwa
pengalaman latihan danpengalaman sejarah pekerjaan yang terdahulu berpengaruh pada kegiatan pembuatan kebijakankeputusan. Misalnya, orang mengkhawatirkan
pelimpahan wewenang yang dimilikinya kepada orang lain karena khawatir disalahgunakan.
Beberapa tahapan atau proses dalam pembuatan sebuah kebijakan publik. Adapun urutannya adalah intelligence mengumpulkan dan memproses berbagai
pendapat dari proses pembuatan kebijakan, promotion memilih beberapa pilihan yang ada, prescription menentukan aksi, Invocation persetujuan adanya sanksi-
Universitas Sumatera Utara
sanksi, application diimplementasikan,termination penghentiandan appraisal pe nilaian atau evaluasi.
Pengumpulan data hingga penilaian kebijakan adalah sebuah proses pemahaman dari objek secara pasti untuk membuat aturan yang tidak mengurangi
kebutuhan lokal. Implementasi kebijakan yangdapat berjalan dengan baik bila di dalam penyelenggaraan implementasi kebijakan publik itu dilandasi dasar-dasar
hukum yang kuat dam kebutuhan untuk masyarakat dalam penerapannya.
14
1.6.2 Teori Konflik
Teori konflik
sebenarnya suatu sikap kritis terhadap Marxisme yang membicarakan tentang konflik antara kelompok-kelompok terkoordinasi dan tentang
elit dominan, pengaturan kelas dan manajemen pekerja. Keadaan permasalahan masyarakat tidak selalu dalam kondisi terintegrasi, harmonis dan saling memenuhi,
tetapi ada wajah lain yang memperlihatkan konflik dan perubahan yang melibatkan dunia kelompok-kelompok terkoordinasi imperatively coordinated association dan
mewakili peran-peran organisasi yang dapat dibedakan.
15
Organisasi ini dikarakteri oleh hubungan kekuasaan power, dengan beberapa kelompok peranan mempunyai kekuasaan memaksakan dari yang lainnya.Saat
kekuasaan merupakan tekanan coersive satu sama lain, kekuasaan dalam hubungan kelompok-kelompok terkoordinasi ini memeliharanya menjadi legitimate dan oleh
sebab itu dapat dilihat sebagai hubungan authority, dimana beberapa posisi mempunyai hak normatif untuk menentukan atau memperlakukan yang lain.
Dasar Teori Konflik adalah penolakan dan penerimaan sebagian serta perumusan kembali teori Karl Marx yang menyatakan bahwa kaum borjuis adalah
pemilik dan pengelola sistem kapitalis, sedangkan para pekerja tergantung pada
14
Wibowo Edi. Hukum dan Kebijakan Publik, Yayasan Pembaruan Administrasi Publik Indonesia, Yogyakarta.2004 hal 116
15
Bernard Raho. Teori Sosiologi Modern. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.2007 hal 87
Universitas Sumatera Utara
sistem tersebut. Pendapat yang demikian mengalami perubahan karena pada abad ke- 20 telah terjadi pemisahan antara pemilikan dan pengendalian sarana-sarana produksi.
Kecuali itu, pada akhir abad ke-19 telah menunjukkan adanya suatu pertanda bahwa para pekerja tidak lagi sebagai kelompok yang dianggap sama dan bersifat tunggal
karena pada masa itu telah lahir para pekerja dengan status yang jelas dan berbeda- beda, dalam arti ada kelompok kerja tingkat atas dan ada pula kelompok kerja tingkat
bawah. Hal yang demikian merupakan sesuatu yang berada di luar pemikiran Karl Marx.
Ada beberapa asumsi dasar dari teori konflik ini. Teori konflik merupakan antitesis dari teori struktural fungsional, dimana teori struktural fungsional sangat
mengedepankan keteraturan dalam masyarakat. Teori konflik melihat pertikaian dan konflik dalam sistem sosial. Teori konflik melihat bahwa di dalam masyarakat tidak
akan selamanya berada pada keteraturan. Buktinya dalam masyarakat manapun pasti pernah mengalami konflik-konflik atau ketegangan-ketegangan. Kemudian teori
konflik juga melihat adanya dominasi, koersi dan kekuasaan dalam masyarakat. Teori konflik juga membicarakan mengenai otoritas yang berbeda-beda.Otoritas yang
berbeda-beda ini menghasilkan superordinasi dan subordinasi. Perbedaan antara superordinasi dan subordinasi dapat menimbulkan konflik karena adanya perbedaan
kepentingan. Teori konflik juga mengatakan bahwa konflik itu perlu supaya
terciptanya perubahan sosial. Ketika struktural fungsional mengatakan bahwa
perubahan sosial dalam masyarakat itu selalu terjadi pada titik ekulibrium, di dalamnya teori konflik melihat perubahan sosial disebabkan karena adanya konflik-
konflik kepentingan. Namun pada suatu titik tertentu, masyarakat mampu mencapai sebuah kesepakatan bersama.Di dalam konflik, selalu ada negosiasi-negosiasi yang
dilakukan sehingga terciptalah suatu konsensus. Menurut teori konflik, masyarakat disatukan dengan “paksaan”. Maksudnya, keteraturan yang terjadi di masyarakat
sebenarnya karena adanya paksaan koersi. Oleh karena itu, teori konflik lekat hubungannya dengan dominasi, koersi dan power.
Universitas Sumatera Utara
Berkenaan dengan hal tersebut maka dalam suatu sistem sosial mengharuskan adanya otoritas, dan relasi-relasi kekuasaan yang menyangkut pihak atasan dan
bawahan akan menyebabkan timbulnya kelas. Dengan demikian maka tampaklah bahwa ada pembagian yang jelas antara pihak yang berkuasa dengan pihak yang
dikuasai. Keduanya itu mempunyai kepentingan yang berbeda dan bahkan mungkin bertentangan. Selanjutnya, kepentingan kelas objektif dibagi atas adanya kepentingan
manifest dan kepentingan latent maka dalam setiap sistem sosial yang harus dikoordinasi itu terkandung kepentingan latent yang sama, yang disebut kelompok
semu yaitu mencakup kelompok yang menguasai dan kelompok yang dikuasai. Teori Konflik yang dikemukakan juga membahas tentang intensitas bagi
individu atau kelompok yang terlibat konflik. Dalam hal ini, intensitas diartikan sebagai suatu pengeluaran energi dan tingkat keterlibatan dari pihak-pihak atau
kelompok-kelompok yang terlibat dalam konflik. Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi intensitas konflik, yaitu 1 tingkat keserupaan konflik, dan 2 tingkat
mobilitas. Selain itu juga membicarakan tentang kekerasan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Konsep tentang kekerasan, yaitu menunjuk pada alat yang
digunakan oleh pihak-pihak yang saling bertentangan untuk mengejar kepentingannya. Tingkat kekerasan mempunyai berbagai macam perwujudan, dalam
arti mulai dari cara-cara yang halus sampai pada bentuk-bentuk kekerasan yang bersifat kejasmanian.
16
Perlu diketahui salah satu faktor yang sangat penting yang dapat mempengaruhi tingkat kekerasan dalam konflik kelas, yaitu tingkat yang menyatakan
bahwa konflik itu secara tegas diterima dan diatur. Pada hakikatnya konflik tidak dapat dilenyapkan karena perbedaan di antara mereka merupakan sesuatu yang harus
ada dalam struktur hubungan otoritas. Konflik yang ditutup-tutupi, cepat atau lambat pasti akan muncul, dan apabila upaya penutupan itu secara terus-menerus maka dapat
menyebabkan ledakan konflik yang hebat.
16
Ralf Dahrendorf,.”The modern social conflict: an essay on the politics of liberty”. University of California Press, 1990. Hal 34
Universitas Sumatera Utara
Konflik dapat merupakan proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan, penyatuan dan pemeliharaan struktur sosial. Konflik dapat
menempatkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih kelompok. Konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat kembali identitas kelompok dan
melindunginya agar tidak lebur ke dalam dunia sosial di sekelilingnya.Seluruh fungsi positif konflik tersebut dapat dilihat dalam ilustrasi suatu kelompok yang sedang
mengalami konflik dengan kelompok lain. Di dunia internasional kita dapat melihat bagaimana, apakah dalam bentuk tindakan militer atau di meja perundingan mampu
menetapkan batas-batas geografis nasional. Dalam ruang lingkup yang lebih kecil, oleh karena konflik kelompok-kelompok baru dapat lahir dan mengembangkan
identitas strukturalnya dalam pengukuhan sebagai kelompok. Akan tetapi apabila konflik berkembang dalam hubungan- hubungan yang
intim, maka pemisahan antara konflik realistis dan non-realistis akan lebih sulit untuk dipertahankan. Semakin dekat suatu hubungan semakin besar rasa kasih sayang
yang sudah tertanam, sehingga semakin besar juga kecenderungan untuk menekan ketimbang mengungkapkan rasa permusuhan. Sedang pada hubungan- hubungan
sekunder, seperti misalnya dengan rekan bisnis, rasa permusuhan dapat relatif bebas diungkapkan. Hal ini tidak selalu bisa terjadi dalam hubungan- hubungan primer
dimana keterlibatan total para partisipan membuat pengungkapan perasaan yang demikian merupakan bahaya bagi hubungan tersebut. Apabila konflik tersebut benar-
benar melampaui batas sehingga menyebabkan ledakan yang membahayakan hubungan tersebut.
1.6.3 Teori Hukum Adat dan Prinsip-prinsip Hukum Adat
Hukum Adat adalah keseluruhan aturan tingkah laku positif yang disatu pihak mempunyai sanksi dan dipihak lain tidak dikodifikasikan, artinya tidak tertulis dalam
bentuk kitab undang-undang yang tertentu. Susunannya menghilangkan kesalah- pahaman yang melihat hukum adat identik dengan hukum agama, membela hukum
adat terhadap usaha pembentuk undang undang untuk mendesak atau menghilangkan
Universitas Sumatera Utara
hukum adat, dengan meyakinkan membentuk undang-undang itu bahwa hukum adat adalah hukum yang hidup yang mempunyai suatu jiwa dan sistem sendiriyang
membagi wilayah hukum adat Indonesia dalam 19 lingkungan hukum adat adatrechts-krungen, sebagai berikut:
1. Aceh Aceh Besar, Pantai Barat, Singkil, Semeuleu
2. Tanah Gayo, Alas dan Batak
Tanah Gayo Gayo lueus Tanah Alas
Tanah Batak Tapanuli Tapanuli Utara; Batak Pakpak Barus, Batak karo, Batak Simelungun,
Batak Toba Samosir, Balige, Laguboti, Lumbun Julu Tapanuli Selatan; Padang Lawas Tano Sepanjang, Angkola, Mandailing
Sayurmatinggi Nias Nias Selatan
3. Tanah Minangkabau Padang, Agam, Tanah Datar, Limapuluh Kota, tanah
Kampar, Kerinci 4.
Mentawai Orang Pagai 5.
Tanah Melayu Lingga-Riau, Indragiri, Sumatera Timur, Orang Banjar 6.
Sumatera Selatan Bengkulu Renjang
Lampung Abung, Paminggir, Pubian, Rebang, Gedingtataan, Tulang
Bawang Palembang Anak lakitan, Jelma Daya, Kubu, Pasemah, Semendo
Jambi Orang Rimba, Batin, dan Penghulu Enggano
7. Bangka dan Belitung
8. Kalimantan Dayak Kalimantan Barat, Kapuas, Hulu, Pasir, Dayak, Kenya,
Dayak Klemanten, Dayak Landak, Dayak Tayan, Dayak Lawangan, Lepo Alim,
Universitas Sumatera Utara
Lepo Timei, Long Glatt, Dayat Maanyan, Dayak Maanyan Siung, Dayak Ngaju, Dayak Ot Danum, Dayak Penyambung Punan
9. Gorontalo Bolaang Mongondow, Boalemo
10. Tanah Toraja Sulawesi Tengah, Toraja, Toraja Baree, Toraja Barat, Sigi, Kaili,
Tawali, Toraja Sadan, To Mori, To Lainang, Kep. Banggai 11.
Sulawesi Selatan Orang Bugis, Bone, Goa, Laikang, Ponre, Mandar, Makasar, Selayar, Muna
12. Kepulauan Ternate Ternate, Tidore, Halmahera, Kao, Tobelo, Kep. Sula
13. Maluku Ambon Ambon, Hitu, Banda, Kep. Uliasar, Saparua, Buru, Seram, Kep.
Kei, Kep. Aru, Kisar 14.
Irian 15.
Kep. Timor Kepulauan Timor, Timor, Timor Tengah, Mollo, Sumba, Sumba Tengah, Sumba Timur, Kodi, Flores, Ngada, Roti, Sayu Bima
16. Bali dan Lombok Bali Tanganan-Pagrisingan, Kastala, Karrang Asem, Buleleng,
Jembrana, Lombok, Sumbawa 17.
Jawa Pusat, Jawa Timur serta Madura Jawa Pusat, Kedu, Purworejo, Tulungagung, Jawa Timur, Surabaya, Madura
18. Daerah Kerajaan Surakarta, Yogyakarta
19. Jawa Barat Priangan, Sunda, Jakarta, Banten
17
Pasal 5 Undang -Undang Pokok Agraria menyebutkan: Hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah hukum adat sepanjang tidak
bertentangan dengan kepentingan nasional dan negara yang berdasarkan atas persatuan bangsa, dengan sosialisme Indonesia serta dengan peraturan-peraturan yang
tercantum dalam undang-undang ini dan dengan peraturan lainnya segala sesuatu dengan mengindahkan unsur-unsur yang bersandar pada hukum agraria.
Dalam rangka membangun hukum tanah nasional, hukum adat merupakan sumber utama untuk meperoleh bahan-bahan yang berupa konsepsi, azas-azas dan
17
Soerjono Soekanto.Hukum Adat Indonesia..PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2007. hal 19-20
Universitas Sumatera Utara
lembaga-lembaga hukum untuk dirumuskan menjadi norma-norma hukum tertulis yang menurut sistem hukum adat. Hukum tanah yang baru yang dibentuk dengan
menggunakan bahan-bahan berupa norma-norma yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan sebagai hukum yang tertulis, merupakan hukum tanah yang
nasional positif yang tertulis. Fungsi hukum adat sebagai sumber utama dalam pembangunan hukum tanah nasional inilah yang dimaksudkan konsideran UUPA,
bahwa hukum nasional “berdasarkan atas hukum adat”.
18
Maka tidak ada alasan untuk meragukan bahwa yang dimaksudkan UUPA dengan hukum adat itu adalah hukum aslinya golongan rakyat pribumi, yang
merupakan hukum yang hidup dalam bentuk tidak tertulis dan mengandung unsur- unsur nasional yang asli, yaitu sifat kemasyarakatan dan kekeluragaan yang
berazaskan keseimbangan serta diliputi suasana keagamaan. Dalam hubungannya tanah tertanam suatu kepercayaan bagi setiap kelompok. Suatu lingkungan tanah
sebagai peninggalan atau pemberian dari sesuatu kekuatan yang gaib sebagai pendukung kehidupan kelompok dan pada anggotanya dari kelompok masyarakat
hukum adat. Hukum adat yang selama ini dikenal seperti yang dikemukakan oleh Hardjipto
Notopuro yang menyebutkan hukum adat itu adalah hukum adat yang tidak selalu dipakai dalam pengertian yang sama.
19
Hukum adat yang dianut di dalam ketentuan UUPA harus : a.
Pro kepada kepentingan nasional, adanya prinsip nasionalitas artinya hukum adat itu harus dapat menyatakan dengan tegas bahwa hanya warga Negara Indonesia
yang mempunyai hak sepenuhnya atas bumi, air, ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dan dalam semua lembaga-lembaga hak-hak
atas agraria tersebut setiap kali akan menonjol seperti siapa yang boleh mempunyai hak milik, hak guna bangunan, dan hak guna usaha.
18
Zaidar.Dasar Filosofi Hukum Agraria Indonesia.pustaa Bangsa Press. Medan. 2010. hal 24
19
Hardjito Notopuro. Tentang Hukum Adat, Pengertian, dan Pembatasan dalam Hukum Nasional, Majalah Lembaga, Pembinaan, Hukum Nasional Nomor 4 Tahun 1969, Jakartadalam PDF
Universitas Sumatera Utara
b. Pro kepada kepentingan Negara, dalam pengertian ke luar bahwa Negara tidak
akan mengadakan suatu kompromi atau toleransi untuk meniadakan hak-hak bangsa Indonesia dan dalam kepentingan Negara lebih diutamakan dari
kepentingan-kepentingan seorang dan harus lebih mengutamakan kepentingan Negara dari kepentingan pribadi.
c. Pro kepada persatuan bangsa, ini member arti bahwa hukum adat harus
menyatakan bahwa setiap warga Negara Indonesia dimanapun ia berada di wilayah Negara Republik Indonesia sama hak untuk mempunyai tanah atau hak
agraria. d.
Pro kepada sosialisme Indonesia, ini artinya bahwa pengertian ini sebagai sila-sila yang terkandung di dalam Pancasila lihat TAP.MPRXXXVIII1968.
e. Bahwa hak-hak adat itu harus tunduk kepada ketentuan-ketentuan umum yang
diatur oleh Undang-Undang Pokok Agraria maupun oleh peraturan-peraturan sejenisnya yang lebih tinggi, ini berarti bahwa Undang-Undang Pokok Agraria
dan peraturan lainnya yang diterbitkan oleh pemerintah akan merupakan peraturan yang umum, sedangkan hak-hak adat itu akan tunduk pada perubahan
atau penetapan dari hak-hak agraria yang akan dituangkan ke dalam Undang- Undang atau Peraturan Pemerintah.
f. Bahwa sebagai ciri khusus dari Undang-Undang Pokok Agraria lembaga hukum
agama Islam sudah merupakan bagian dari hukum adat menurut versi Undang- Undang Pokok Agraria artinya sudah diresifir dalam lembaga-lembaga hukum
adat khususnya lembaga wakaf.
20
20
Affan Mukti. Pembahasan Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960. Medan. USU Press. 2010. Hal 38-39.
Universitas Sumatera Utara
1.7 METODOLOGI PENELITIAN
Berangkat dari uraian serta penjelasan tujuan penelitian maupun kerangka dasar teori diatas, penelitian ini memiliki tujuan untuk menulis secara sistematis
dalam suatu kajian. Ditinjau dari epistomologi kegiatan penelitian ini meliputi metode penelitian, jenis penelitian, lokasi penelitian, data dan teknik pengumpulan
data dan teknik analisis data. Kajian penelitian ini untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena.
1.7.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode deskriptif analisis yang bersifat penemuan fakta-fakta yang digunakan untuk memecahkan masalah,
memahami dan data yang serta untuk mengantisipasi masalah yang ada. Peneliti memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena yang
terjadi di lapangan. Penemuan yang berarti itu datanya benar-benar baru yang memang
sebelumnya belum pernah diketahui, sedangkan pembuktian yang berarti itu datanya bisa digunakan untuk membuktikan keraguan terhadap pengetahuan atau informasi
tertentu. Sementara untuk pengembangan yang berarti itu bisa memperluas dan memperdalam pengetahuan yang ada.
Tujuan dasar penelitian deskriptif ini adalah membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat,
serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Jenis penelitian ini tidak sampai mempersoalkan jalinan hubungan antar variabel yang ada, tidak dimaksudkan untuk
menarik generalisasi yang menjelaskan variabel-variabel yang menyebabkan suatu gejala atau kenyataan sosial. Karenanya pada penelitian deskriptif tidak
menggunakan atau tidak melakukan pengujian hipotesa seperti yang dilakukan pada
Universitas Sumatera Utara
penelitian ekspalanatif berarti tidak dimaksudkan untuk membangun dan mengembangkan perbendaharaan teori
21
.
1.7.2 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif, yaitu peneliti yang mengacu pada identifikasi sifat-sifat yang membedakan
sekelompok manusia, benda atau peristiwa. Pada dasarnya deksriptif kualitatif melibatkan proses konseptualisasi dan menghasilkan pembentukkan skema-skema
klasifikasi
22
. Dengan menggunakan keadaanobyek penelitian pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang ada dengan ciri-ciri pokok metode deskripstif sebagai berikut :
1. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang pada saat penelitian
dilakukan saat sekarang atau masalah-masalah yang bersifat aktual. 2.
Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi yang rasional
23
.
1.7.3 Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, lokasi yang menjadi sumber penelitian yaitu di Desa Pandumaan-Sipituhuta, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan
Sumatera Utara yang berjarak sekitar 284 km dari Medan.
1.7.4 Data dan Teknik Pengumpulan Data
a. Data primer adalah data yang diambil dari sumber data pertama. Data primer
didapatkan dari observasi dan wawancara. Wawancara yang dilakukan kepada
key informan yaitu:
21
Husaini Usman Purnomo Setiady. Metodologi Penelitian Sosial. PT. BumiAksara. Jakarta.2009 hal 23
22
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta. Prenada Media Group.2009 hal 15
23
Ibid. hal 36
Universitas Sumatera Utara
1. Unsur dari Pemerintah; Kepala Badan Pertanahan Nasional Humbang
Hasundutan.
2.
Unsur dari Perusahaan Toba Pulp Lestari; Pimpinan Toba Pulp Lestari.
3. Unsur dari Lembaga Swadaya Masyarakat seperti Kelompok Studi dan
Pengembangan Prakarsa Masyarakat; Pimpinan KSPPM.
4. Unsur dari Tokoh Adat danKepala Desa Pandumaan-Sipituhuta
Kabupaten Humbang Hasundutan- Sumatera Utara b.
Data sekunder, dimana data yang dapat diperoleh atau dikumpulkan peneliti
dari berbagai sumber yang telah ada peneliti sebagai tangan kedua. Data sekunder dapat diperoleh melalui buku, makalah, laporan, jurnal dan lain-lain.
Nantinya teori dan referensi dari sumber-sumber data sekunder tersebut dapat dijadikan panduan dalam melakukan penelitian ini.
1.7.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan penulis adalah dengan teknik analisis data induktif yang dimulai dengan melakukan observasi-observasi untuk
menemukkan pola atau hubungan daripada judul penelitian.
24
Artinya disini penulis terjun kelapangan untuk observasi dan memperkuatnya dengan melakukan
wawancara maka penulis melakukan penyederhanaan dengan mengkombinasikan keduanyan menjadi alat analisis bagi penulis.
1.8 SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk lebih terarah dan mempermudah dalam membahas skripsi ini, maka penyusunan akan mensistematiskan pembahasan sebagai berikut:
24
Bagong Suyanto,dkk. 2008. Metode Penelitian Sosial. Jakarta. Kencana. hal 86
Universitas Sumatera Utara
BABI : PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian,
kerangka teori, metodologi penelitian dan sistematika penelitian.
BABII : PROFIL DESA PANDUMAAN SIPITUHUTA DAN PT. TOBA PULP LESTARI
Dalam bab ini akan menguraikan tentang sejarah, demografi, keadaan sosial, ekonomidan struktur masyarakat desa dari lokasi penelitian di
DesaPandumaan-Sipitu Huta Kecamatan Pollung, Humbang Hasundutan.Profil PT. Toba Pulp Lestarimeliputi sejarah, profil bisnis
perusahaan, wilayah hutan guna usaha dan struktur organisasi PT. Toba Pulp Lestari.
BABIII : ANALISIS DATAKONFLIK AGRARIA DI DESA
PANDUMAAN-SIPITUHUTA
Dalam bab ini nantinya akan berisikan tentang penyajian data dan juga fakta penyebab konflik agraria yang terjadi di desa Pandumaan-
Sipituhuta dan awal terjadinya konflik agraria, Kecamatan Pollung, Humbang Hasundutan. Menganalisisnya dengan membahasproses
penyelesaian lahanhutandankronologis upaya untuk tindakanmasayrakat Desa Pandumaan-Sipituhuta, Kecamatan Pollung,
Humbang Hasundutan.
BAB IV : PENUTUP
Bab ini merupakan bab akhir yang berisi adanya saran-saran yang peneliti peroleh setelah melakukan penelitian.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
PROFIL DESA PANDUMAAN-SIPITUHUTA DAN PT. TOBA PULP LESTARI
2.1 Desa Pandumaan