Konflik dapat merupakan proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan, penyatuan dan pemeliharaan struktur sosial. Konflik dapat
menempatkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih kelompok. Konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat kembali identitas kelompok dan
melindunginya agar tidak lebur ke dalam dunia sosial di sekelilingnya.Seluruh fungsi positif konflik tersebut dapat dilihat dalam ilustrasi suatu kelompok yang sedang
mengalami konflik dengan kelompok lain. Di dunia internasional kita dapat melihat bagaimana, apakah dalam bentuk tindakan militer atau di meja perundingan mampu
menetapkan batas-batas geografis nasional. Dalam ruang lingkup yang lebih kecil, oleh karena konflik kelompok-kelompok baru dapat lahir dan mengembangkan
identitas strukturalnya dalam pengukuhan sebagai kelompok. Akan tetapi apabila konflik berkembang dalam hubungan- hubungan yang
intim, maka pemisahan antara konflik realistis dan non-realistis akan lebih sulit untuk dipertahankan. Semakin dekat suatu hubungan semakin besar rasa kasih sayang
yang sudah tertanam, sehingga semakin besar juga kecenderungan untuk menekan ketimbang mengungkapkan rasa permusuhan. Sedang pada hubungan- hubungan
sekunder, seperti misalnya dengan rekan bisnis, rasa permusuhan dapat relatif bebas diungkapkan. Hal ini tidak selalu bisa terjadi dalam hubungan- hubungan primer
dimana keterlibatan total para partisipan membuat pengungkapan perasaan yang demikian merupakan bahaya bagi hubungan tersebut. Apabila konflik tersebut benar-
benar melampaui batas sehingga menyebabkan ledakan yang membahayakan hubungan tersebut.
1.6.3 Teori Hukum Adat dan Prinsip-prinsip Hukum Adat
Hukum Adat adalah keseluruhan aturan tingkah laku positif yang disatu pihak mempunyai sanksi dan dipihak lain tidak dikodifikasikan, artinya tidak tertulis dalam
bentuk kitab undang-undang yang tertentu. Susunannya menghilangkan kesalah- pahaman yang melihat hukum adat identik dengan hukum agama, membela hukum
adat terhadap usaha pembentuk undang undang untuk mendesak atau menghilangkan
Universitas Sumatera Utara
hukum adat, dengan meyakinkan membentuk undang-undang itu bahwa hukum adat adalah hukum yang hidup yang mempunyai suatu jiwa dan sistem sendiriyang
membagi wilayah hukum adat Indonesia dalam 19 lingkungan hukum adat adatrechts-krungen, sebagai berikut:
1. Aceh Aceh Besar, Pantai Barat, Singkil, Semeuleu
2. Tanah Gayo, Alas dan Batak
Tanah Gayo Gayo lueus Tanah Alas
Tanah Batak Tapanuli Tapanuli Utara; Batak Pakpak Barus, Batak karo, Batak Simelungun,
Batak Toba Samosir, Balige, Laguboti, Lumbun Julu Tapanuli Selatan; Padang Lawas Tano Sepanjang, Angkola, Mandailing
Sayurmatinggi Nias Nias Selatan
3. Tanah Minangkabau Padang, Agam, Tanah Datar, Limapuluh Kota, tanah
Kampar, Kerinci 4.
Mentawai Orang Pagai 5.
Tanah Melayu Lingga-Riau, Indragiri, Sumatera Timur, Orang Banjar 6.
Sumatera Selatan Bengkulu Renjang
Lampung Abung, Paminggir, Pubian, Rebang, Gedingtataan, Tulang
Bawang Palembang Anak lakitan, Jelma Daya, Kubu, Pasemah, Semendo
Jambi Orang Rimba, Batin, dan Penghulu Enggano
7. Bangka dan Belitung
8. Kalimantan Dayak Kalimantan Barat, Kapuas, Hulu, Pasir, Dayak, Kenya,
Dayak Klemanten, Dayak Landak, Dayak Tayan, Dayak Lawangan, Lepo Alim,
Universitas Sumatera Utara
Lepo Timei, Long Glatt, Dayat Maanyan, Dayak Maanyan Siung, Dayak Ngaju, Dayak Ot Danum, Dayak Penyambung Punan
9. Gorontalo Bolaang Mongondow, Boalemo
10. Tanah Toraja Sulawesi Tengah, Toraja, Toraja Baree, Toraja Barat, Sigi, Kaili,
Tawali, Toraja Sadan, To Mori, To Lainang, Kep. Banggai 11.
Sulawesi Selatan Orang Bugis, Bone, Goa, Laikang, Ponre, Mandar, Makasar, Selayar, Muna
12. Kepulauan Ternate Ternate, Tidore, Halmahera, Kao, Tobelo, Kep. Sula
13. Maluku Ambon Ambon, Hitu, Banda, Kep. Uliasar, Saparua, Buru, Seram, Kep.
Kei, Kep. Aru, Kisar 14.
Irian 15.
Kep. Timor Kepulauan Timor, Timor, Timor Tengah, Mollo, Sumba, Sumba Tengah, Sumba Timur, Kodi, Flores, Ngada, Roti, Sayu Bima
16. Bali dan Lombok Bali Tanganan-Pagrisingan, Kastala, Karrang Asem, Buleleng,
Jembrana, Lombok, Sumbawa 17.
Jawa Pusat, Jawa Timur serta Madura Jawa Pusat, Kedu, Purworejo, Tulungagung, Jawa Timur, Surabaya, Madura
18. Daerah Kerajaan Surakarta, Yogyakarta
19. Jawa Barat Priangan, Sunda, Jakarta, Banten
17
Pasal 5 Undang -Undang Pokok Agraria menyebutkan: Hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah hukum adat sepanjang tidak
bertentangan dengan kepentingan nasional dan negara yang berdasarkan atas persatuan bangsa, dengan sosialisme Indonesia serta dengan peraturan-peraturan yang
tercantum dalam undang-undang ini dan dengan peraturan lainnya segala sesuatu dengan mengindahkan unsur-unsur yang bersandar pada hukum agraria.
Dalam rangka membangun hukum tanah nasional, hukum adat merupakan sumber utama untuk meperoleh bahan-bahan yang berupa konsepsi, azas-azas dan
17
Soerjono Soekanto.Hukum Adat Indonesia..PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2007. hal 19-20
Universitas Sumatera Utara
lembaga-lembaga hukum untuk dirumuskan menjadi norma-norma hukum tertulis yang menurut sistem hukum adat. Hukum tanah yang baru yang dibentuk dengan
menggunakan bahan-bahan berupa norma-norma yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan sebagai hukum yang tertulis, merupakan hukum tanah yang
nasional positif yang tertulis. Fungsi hukum adat sebagai sumber utama dalam pembangunan hukum tanah nasional inilah yang dimaksudkan konsideran UUPA,
bahwa hukum nasional “berdasarkan atas hukum adat”.
18
Maka tidak ada alasan untuk meragukan bahwa yang dimaksudkan UUPA dengan hukum adat itu adalah hukum aslinya golongan rakyat pribumi, yang
merupakan hukum yang hidup dalam bentuk tidak tertulis dan mengandung unsur- unsur nasional yang asli, yaitu sifat kemasyarakatan dan kekeluragaan yang
berazaskan keseimbangan serta diliputi suasana keagamaan. Dalam hubungannya tanah tertanam suatu kepercayaan bagi setiap kelompok. Suatu lingkungan tanah
sebagai peninggalan atau pemberian dari sesuatu kekuatan yang gaib sebagai pendukung kehidupan kelompok dan pada anggotanya dari kelompok masyarakat
hukum adat. Hukum adat yang selama ini dikenal seperti yang dikemukakan oleh Hardjipto
Notopuro yang menyebutkan hukum adat itu adalah hukum adat yang tidak selalu dipakai dalam pengertian yang sama.
19
Hukum adat yang dianut di dalam ketentuan UUPA harus : a.
Pro kepada kepentingan nasional, adanya prinsip nasionalitas artinya hukum adat itu harus dapat menyatakan dengan tegas bahwa hanya warga Negara Indonesia
yang mempunyai hak sepenuhnya atas bumi, air, ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dan dalam semua lembaga-lembaga hak-hak
atas agraria tersebut setiap kali akan menonjol seperti siapa yang boleh mempunyai hak milik, hak guna bangunan, dan hak guna usaha.
18
Zaidar.Dasar Filosofi Hukum Agraria Indonesia.pustaa Bangsa Press. Medan. 2010. hal 24
19
Hardjito Notopuro. Tentang Hukum Adat, Pengertian, dan Pembatasan dalam Hukum Nasional, Majalah Lembaga, Pembinaan, Hukum Nasional Nomor 4 Tahun 1969, Jakartadalam PDF
Universitas Sumatera Utara
b. Pro kepada kepentingan Negara, dalam pengertian ke luar bahwa Negara tidak
akan mengadakan suatu kompromi atau toleransi untuk meniadakan hak-hak bangsa Indonesia dan dalam kepentingan Negara lebih diutamakan dari
kepentingan-kepentingan seorang dan harus lebih mengutamakan kepentingan Negara dari kepentingan pribadi.
c. Pro kepada persatuan bangsa, ini member arti bahwa hukum adat harus
menyatakan bahwa setiap warga Negara Indonesia dimanapun ia berada di wilayah Negara Republik Indonesia sama hak untuk mempunyai tanah atau hak
agraria. d.
Pro kepada sosialisme Indonesia, ini artinya bahwa pengertian ini sebagai sila-sila yang terkandung di dalam Pancasila lihat TAP.MPRXXXVIII1968.
e. Bahwa hak-hak adat itu harus tunduk kepada ketentuan-ketentuan umum yang
diatur oleh Undang-Undang Pokok Agraria maupun oleh peraturan-peraturan sejenisnya yang lebih tinggi, ini berarti bahwa Undang-Undang Pokok Agraria
dan peraturan lainnya yang diterbitkan oleh pemerintah akan merupakan peraturan yang umum, sedangkan hak-hak adat itu akan tunduk pada perubahan
atau penetapan dari hak-hak agraria yang akan dituangkan ke dalam Undang- Undang atau Peraturan Pemerintah.
f. Bahwa sebagai ciri khusus dari Undang-Undang Pokok Agraria lembaga hukum
agama Islam sudah merupakan bagian dari hukum adat menurut versi Undang- Undang Pokok Agraria artinya sudah diresifir dalam lembaga-lembaga hukum
adat khususnya lembaga wakaf.
20
20
Affan Mukti. Pembahasan Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960. Medan. USU Press. 2010. Hal 38-39.
Universitas Sumatera Utara
1.7 METODOLOGI PENELITIAN