terhadap pengembangan wilayah. Pengembangan pasar begitu berpengaruh terhadap pengembangan wilayah khususnya wilayah di kota Medan. Dimana pengembangan
pasar berperan dalam meningkatkan pengembangan wilayah seperti dari segi ekonomi, tata ruang lingkup kota, dan tata tertib lalu lintas. Kebijakan baru yang
dilakukan Pemko Medan memiliki peran yang penting. Jika kebijakan dilakukan dengan baik maka proses implementasi kebijakan-kebijakan tersebut akan efektif
sehingga tujuan dan fungsi dari kebijakan tersebut akan tercapai dan sebaliknya.
Berdasarkan uraiaan tersebut maka penulis memilih judul “Peranan kebijakan Pengembangan Pasar Sukaramai Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kota
Medan”.
1.2 Rumusan Masalah
Setiap penelitian lazimnya memiliki permasalahan yang akan dibahas di dalam penelitiannya. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka
permasalahan yang akan diteliti adalah “Bagaimanakah peranan kebijakan pengembangan pasar Sukaramai terhadap pengembangan wilayah Di Kota
Medan?”.
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan Penelitian
Dari permasalahan yang diajukan oleh peneliti maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1. Mendiskripsikan dan menganalisis peranan kebijakan pengembangan pasar
Sukaramai terhadap pengembangan wilayah di kota Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1.4.1 Manfaat Teoritis
Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dapat memperkaya bahan refrensi penelitian di bidang Ilmu social dan Ilmu politik,
terkhusus bagi Program Studi Ilmu Administrasi Negara dapat menjadi acuan atau bahan pertimbangan bagi mahasiswa dalam melakukan penelitian.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi penulis berguna sebagai suatu sarana untuk melatih dan
mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, sistematis, dan metodologis serta memiliki kemampuan dalam menganalisis gejala dan permasalahan
yang ada di lapangan. 2.
Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan dan informasi dalam mengelolah kinerja birokrasi pemerintah dan dapat
diterapkan di dalam masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
1.5 Kerangka Teori
Teori adalah hulu atau sumber suatu proposisi ilmiah, cara mengujinya adalah melalui prosedur penelitian dengan asumsi atau hipotesis-hipotesis kemudian diuji
atau dibuktikan berdasarkan data-data yang dikumpulkan Tamburaka, H.Rustam E; 1999.
Menurut Jonathan H.Turner, teori adalah sebuah proses yang mengembangkan ide-ide yang membantu kita menjelaskan bagaimana dan mengapa suatu peristiwa
terjadi. Berdasarkan rumusan diatas, maka dalam kerangka teori ini penulis akan
mengemukakan teori, gagasan dan pendapat yang akan dijadikan titik tolak landasan berpikir dalam penelitian ini. Adapun kerangka teori dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.5.1 Kebijakan Pengembangan
1.5.1.1 Pengertian Kebijakan
Secara harafiah ilmu kebijaksanaan adalah terjemahan langsung dari kata policy science Dror, 1968:6-8. Beberapa penulis besar dalam ilmu ini, seperti William
Dunn, Charles Jones, Lee Friedman, dan lain-lain, menggunakan istilah public policy dan public policy analysis dalam pengertian yang tidak berbeda. Istilah kebijaksanaan
atau kebijakan yang diterjemahkan dari kata policy memang biasanya dikaitkan dengan keputusan pemerintah, karena pemerintahlah yang mempunyai wewenang
Universitas Sumatera Utara
atau kekuasaan untuk mengarahkan masyarakat, dan bertanggungjawab melayani kepentingan umum. Ini sejalan dengan pengertian public itu sendiri dalam bahasa
Indonesia yang berarti pemerintah, masyarakat atau umum. Dengan demikian perbedaan makna antara perkataan kebijaksanaan dan
kebijakan tidak menjadi persoalan, selama kedua istilah itu diartikan sebagai keputusan pemerintah yang relative yang bersifat umum dan ditujukan kepada
masyarakat umum. Kata policy secara etimologis berasal dari kata polis dalam bahasa Yunani Greek, yang berarti Negara-kota. Dalam bahasa latin kita ini berubah
menjadi politia, artinya Negara. Masuk kedalam bahasa Inggris lama Middle English, kata tersebut menjadi policie, yang pengertiannya berkaitan dengan urusan
pemerintah atau administrasi pemerintah Dunn, 1981:7. Dalam pengertian umum kata ini seterusnya diartikan sebagai,”. . . a course of action intended to accomplish
some end” Jones, 1977:4” atau sebagai “. . . whatever government choses to do or not to do” Dye, 1975:1. Thomas dye menyebutkan kebijakan sebagai pilihan
pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Sementara Lasswell dan Kaplan yang melihat kebijakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan, menyebutkan
kebijakan sebagai program yang diproyeksikan berkenaan dengan tujuan, nilai, dan praktek. H.Huglo menyebutkan kebijakann sebagai suatu tindakan yang bermaksud
untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam buku Said Zainal Abidin,phd., 2002 dan 2004 :17.
Universitas Sumatera Utara
1.5.1.2 Manfaat Penelitian Kebijakan
Studi Kebijakan publik memiliki tiga manfaat penting yakni: 1.
Pengembangan ilmu pengetahuaan. Dalam konteks ini ilmuwan dapat menempatkan kebijakan public sebagai variabel
terpengaruh dependent variabel, sehingga berusaha menentukan variabel pengaruhnya independent variabel .
2. Membantu para praktisi dalam memecahkan masalah-masalah publik.
Dengan mempelajari kebijakan public para praktisi akan memiliki dasar teoretis tentang bagaimana membuat kebijakan public yang baik dan memperkecil
kegagalan dari suatu kebijakan public. Sehingga kedepan akan lahir kebijakan public yang berkualitas yang dapat menopang tujuan pembangunan.
3. Berguna untuk tujuan politik.
Suatu kebijakan public yang dibuat melalui proses yang benar dengan dukungan teori yang kuat, memiliki posisi yang kuat kritik dari lawan-lawan politik. Dapat
juga menyakinkan lawan politik yang tadinya kurang setuju. Dalam buku DRS.AG.Subarsono,M.Si.,MA
Dalam penyusunan agenda kebijakan ada 3 kegiatan yang perlu dilakukan yakni :
1. Membangun persepsi dikalangan stakeholders bahwa sebuah fenomena benar- benar dianggap sebagai masalah.
Universitas Sumatera Utara
2. Membuat batasan masalah. 3. Memobilisasi dukungan agar masalah tersebut dapat masuk dalam agenda
pemerintah. Memobilisasi dukungan ini dapat dilakukan dengan cara mengorganisir kelompok-
kelompok yang ada dalam masyarakat, dan kekuatan-kekuatan politik, publikasi melalui media masa, dan lain-lain.
1.5.1.3 Tipe-tipe Model Kebijakan
Model kebijakan policy models adalah representasi sederhana mengenai aspek-aspek yang terpilih dari suatu kondisi masalah yang disusun untuk tujuan-
tujuan tertentu. Model kebijakan bermanfaat dan bahkan harus ada. Model kebijakan merupakan penyederhanaan sistem masalah dengan membantu mengurangi
kompleksitas dan menjadikannya dapat dikelola oleh para analisis kebijakan. Model-model kebijakan juga dapat memainkan peran kreatif dan kritis didalam
analisis kebijakan dengan mendorong para analisis untuk membuat asumsi-asumsi eksplisit mereka sendiri dan untuk menantang ide-ide konvensional maupun metode-
metode analisis. Dengan menyederhanakan situasi masalah, model tak terelakan menyumbang distorsi selektif atas realitas. Sementara itu, model dapat membantu kita
untuk melakukan tugas-tugas analitis, kata kuncinya ada pada “kita”, untuk itu kita dan bukan model yang menyediakan asumsi-asumsi yang diperlukan untuk
menginterpretasikan gambaran realitas yang diterapkan oleh suatu model.
Universitas Sumatera Utara
Adapun tipe-tipe dari model kebijakan tersebut adalah : A.
Model Deskriptif, model-model kebijakan dapat dibandingkan dan dikontraskan dari berbagai dimensi, yang paling penting diantaranya adalah
membantu membedakan tujuan, bentuk ekspresi, dan fungsi metodelogis dari model. Tujuan model deskriptif adalah menjelaskan danatau
memprediksikan sebab-sebab dan konsekuensi-konsekuensi dari pilihan- pilihan kebijakan.
B. Model Normatif, sebaliknya, tujuan dari model normatif bukan hanya untuk
menjelaskan danatau memprediksi tetapi juga memberikan dalil danrekomendasi untuk mengoptimalkan pencapaiaan beberapa utilitas
nilai. Salah satu model normatif yang paling sederhana dan paling biasa adalah melipatgandakan bunga. Seringkali dalam kehidupannya orang
menggunakan beberapa variabel dari model ini untuk mencari manfaat dari variabel-variabel kebijakan.
C. Model Verbal, diekspresikan dalam bahasa sehari-hari, bukannya bahasa
logika simbolis dan matematika, dan mirip dengan yang kita terangkan sebelumnya sebagai masalah-masalah substantif. Dalam menggunakan
model verbal, analisis bersandar pada penilaiaan nalar untuk membuat prediksi dan menawarkan rekomendasi. Penilaiaan nalar menghasilakan
argument kebijakan, bukannya dalam bentuk nilai angka-angka pasti. Keterbatasan model verbal adalah bahwa masalah-masalah yang dipakai
Universitas Sumatera Utara
untuk memberikan prediksi dan rekomendasi bersifat implicit atau tersembunyi sehingga sulit untuk memahami dan memeriksa secara kritis
argument tersebut sebagai keseluruhan. D.
Model Simbolis, menggunakan simbol-simbol matematis untuk menerangkan hubungan diantara variabel-variabel kunci yang dipercaya
mebcirii suatu masalah. Model-model simbolis sulit untuk dikomunikasikan diantara orang awam, termasuk para pembuat kebijakan, dan bahkan
diantara para ahli pembuat model sering terjadi kesalahpahaman tentang elemen-elemen dasar dari model.
E. Model Prosedural, menampilkan hubungan yang dinamis diantara variabel-
variabel yang diyakini menjadi cirri suatu masalah kebijakan. Biaya model prosedural relatif tinggi jika dibanding dengan model-model verbal dan
simbolis, sebagian besar karena waktu yang diperlukan untuk mengembangkan dan menjalankan program-program komputer. Bersamaan
dengan itu, model prosedural dapat ditulis dalam bahasa nonteknis yang terpahami, sehingga memperlancar komunikasi di antara orang-orang
awam. Dalam buku William N.Dunn, Gadjah Mada University Press 2012.
1.5.1.4 Proses Kebijakan Publik
Menurut James Anderson 1974:23-24 sebagai pakar kebijakan public menetapkan proses kebijakan public sebagai berikut:
1 Formulasi masalahproblem formulation.
Universitas Sumatera Utara
Apa masalahnya? Apa yang membuat hal tersebut menjadi masalah kebijakan?
2 Formulasi kebijakan formulation.
Bagaimana mengembangkan pilihan-pilihan atau alternatif-alternatif untuk memecahkan suatu masalah.
3 Penentuan kebijakan adoption.
Bagaimana alternatif dilakukan? Siapa yang akan melaksanakan kebijakan? 4
Implementasi implementation. Siapa yang terlibat dalam implementasi kebijakan?
5 Evaluasi evaluation.
Bagaimana tingkat keberhasilan atau dampak kebijakan diukur? Apa konsekuensi dari adanya evaluasi kebijakan?
Sedangkan Michael Howlet dan M.Ramesh 1995:11 menyatakan bahwa proses kebijakan publik terdiri dari lima tahapan sebagai berikut:
1 Penyusunan agenda agenda setting, yakni suatu proses agar suatu masalah
bias mendapat perhatian dari pemerintah. 2
Formulasi kebijakan policy formulation, yakni proses perumusan pilihan- pilihan kebijakan oleh pemerintah.
3 Pembuatan kebijakan decision making, proses ketika pemerintah memilih
untuk melakukan suatu tindakan.
Universitas Sumatera Utara
4 Implementasi kebijakan policy implementation, yakni proses untuk
melaksanakan kebijakan supaya mencapai hasil. 5
Evaluasi kebijakan policy evaluation, yakni proses untuk memonitor dan menilai hasil atau kinerja kebijakan.
1.5.1.5 Lingkungan Kebijakan Publik
Teori sistem berpendapat bahwa pembuatan kebijakan publik tidak dapat dilepaskan dari pengaruh lingkungan. Tuntutan terhadap kebijakan dapat dilahirkan
karena pengaruh lingkungan, dan kemudian ditransformasi kedalam suatu system politik. Dalam waktu bersamaan ada keterbatasan dan konstrain dari lingkungan yang
akan mempengarui policy maker. Faktor lingkungan tersebut antara lain: karateristik geografi, seperti: SDA, iklim, dan topografi; variabel demografi seperti: banyaknya
penduduk, distribusi umur penduduk, lokasi spasial; kebudayaan politik; struktur social; dan system ekonomi. Dalam kasus tertentu lingkungan internasional dan
kebijakan internasional menjadi penting untuk dipertimbangkan Anderson, 1979.
1.5.1.6 Kategori Kebijakan Publik
Secara tradisional pakar ilmu politik mengategorikan kebijakan publik kedalam kategori:
1. Kebijakan subtantif misalnya, kebijakan perburuhan, kesejahteraan sosial, hak-
hak sipil masalah luar negeri, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
2. Kelembagaan misalnya, kebijakan legislatif, kebijakan judikatif, dan kebijakan
department. 3.
Kebijakan menurut kurun waktu tertentu misalnya, kebijakan masa reformasi, kebijkan masa orde baru, dan kebijakan masa orde lama.
Kategori lain tentang kebijakan dibuat oleh James Anderson 1979:126-132 sebagai berikut:
1. Kebijakan substantif vs kebijakan prosedural.
Kebijakan substantif adalah kebijakan yang menyangkut apa yang akan dilakukan oleh pemerintah seperti kebijakan subsidi BBM. Sedangkan Kebijakan procedural
adalah bagaimana kebijakan substantif tersebut dapat dijalankan, misalnya, kebijakan criteria orang yang disebut miskin dan bagaimana prosedur untuk
memperoleh raskin. 2.
Kebijakan distributif vs kebijakan regulatori vs kebijakan re-distributif. Kebijakan distributif menyangkut distribusi pelayanan atau kemanfaatan pada
masyarakat atau segmen masyarakat tertentu atau individu. Sebagai contoh: kebijakan subsidi BBM dan kebijakan obat generic. Kebijakan regulatori adalah
kebijakan yang berupa pembatasan atau peralangan terhadap perilaku individu atau kelompok masyarakat, misalnya: kebijakan ijin mendirikan bangunan IMB,
kebijakan pemakaiaan helm bagi pengendara sepeda motor. Sedangkan kebijakan re-distributif adalah kebijakan yang mengatur alokasi kekayaan, pemilikan atau
Universitas Sumatera Utara
hak-hak diantara berbagai kelompok dalam masyarakat. Sebagai contoh: kebijakan pajak progresif, kebijakan asuransi kesehatan bagi orang miskin.
3. Kebijakan material vs kebijakan simbolis.
Kebijakan material adalah kebijakan yang memberikan keuntungan sumber daya konkrit pada kelompok sasaran, misalnya: kebijakan raskin. Sedangkan kebijakan
simbolis adalah kebijakan yang memberikan manfaat simbolis pada kelompok sasaran, misalnya: kebijakan libur hari natal dan libur hari idul fitri.
4. Kebijakan yang berhubungan dengan barang umum public goods dan barang
privat privat goods. Kebijakan publik goods adalah kebijakan yang bertujuan mengatur pemberian
barang atau pelayanan publik, misalnya kebijakan membangun jalan raya. Sedangkan kebijakan yang berhubungan dengan privat goods adalah kebijakan
yang mengatur penyediaan barang atau pelayanan untukn pasar bebas, misalnya pelayanan pos, parkir umum, dan perumahan.Dalam buku Drs.AG Subarsono
Msi, MA., 2005 dan 2009:4.
1.5.2 Pengembangan Wilayah
1.5.2.1 Pengertian Pengembangan Wilayah Dalam banyak kepustakaan tentang pembangunan, terdapat beberapa
pendekatan dan teori. Menyebut beberapa diantaranya adalah growth theory, rural development theory, agro first theory, basic needs theory, dan lain sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Teori-teori pembangunan itu memuat berbagai pendekatan ilmu sosial yang berusaha menangani masalah keterbelakangan. Teori pembangunan benar-benar
lepasa landas hanya setelah diketahui bahwa persoalan pembangunan di Dunia Ketiga bersifat khusus dan secara kualitatif berbeda dari “transisi orisinil”.
Sepanjang evolusinya, teori pembangunan menjadi semakin kompleks dan nondisipliner. Dengan demikian, tidak akan ada definisi baku dan final mengenai
pembangunan, yang ada hanyalah usulan mengenai apa yang seharusnya diimplikasikan oleh pembangunan dalam konteks tertentu Hettne, 2001.
Salah satu teori pembangunan wilayah adalah pertumbuhan tak berimbang unbalanced growth yang dikembangkan oleh Hirscham dan Myrdal.
Pengembangan wilayah merupakan proses perumusan dan pengimplementasian tujuan-tujuan pembangunan dalam skala supra urban. Pembangunan wilayah pada
dasarnya dilakukan dengan menggunakan sumber daya alam secara optimal melalui pengembangan ekonomi lokal, yaitu berdasarkan kepada kegiatan ekonomi
dasar yang terjadi pada suatu wilayah. Wilayah dapat dilihat sebagai suatu ruang pada permukaan bumi.
Pengertian permukaan bumi menunjuk pada suatu tempat atau lokasi yang dilihat secara horizontal dan vertikal. Wilayah sering dibedakan artinya dengan kata
daerah atau kawasan. Wilayah dapat diartikan sebagai satu kesatuan ruang yang mempunyai tempat tertentu tanpa terlalu memperhatikan soal batas dan
kondisinya. Atau juga wilayah dapat diartikan, suatu areal yang memiliki
Universitas Sumatera Utara
karateristik areal bisa sangat kecil maupun sangat besar, suatu wilayah diklasifikasikanberdasarkan satu atau beberapa karateristik, misalnya berdasarkan
iklim, relief di pebatuan, pola pertanian, tumbuhan alami, kegiatan ekonomi dan sebagainya.
Purnomo Sidi 1981 mengatakan bahwa wilayah adalah sebutan untuk lingkungan permukaan bumi yang jelas batasannya. Menurut Chaprin, perencanaan
wilayah regional planning adalah upaya intervensi terhadap kekuatan-kekuatan pasar yang dalam konteks pengembangan wilayah yang memiliki tiga tujuan pokok
yakni meminimalkan konflik kepentingan antar sektor, meningkatkan kemajuan sektoral dan membawa kemajuan bagi masyarakat secara keseluruhan.
Pengembangan wilayah adalah upaya untuk memacu perkembangan social ekonomi, mengurangi kesenjangan wilayah dan menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Awanpwk09.blogspot.com201104. Dalam melakukan pengembangan wilayah perlu dilakukan perencanaan untuk
pencapaiaan tujuan yang efektif dalam melakukan pengembangan wilayah tersebut.
1.5.3 Perencanaan
1.5.3.1 Pengertian Perencanaan
Perencanaan umumnya dan perencanaan wilayah dan kota khususnya merupakan suatu produk dari suatu tinjauan yang menyangkut suatu lingkup
wawasan yang luas baik secara substantive maupun secara territorial. Pada
Universitas Sumatera Utara
perencanaan kota misalnya, akan terkait berbagai faset permasalahan yang kompleks. Kompleks dalam arti menyangkut berbagai aspek yang satu sama lain berkaitan,
saling bergantungan serta saling pengaruh mempengaruhi. Perencanaan berasal dari kata rencana, yang berarti rancangan atau rangka
sesuatu yang akan dikerjakan. Dari pengertian yang sederhana ini dapat diuraikan komponen penting, yakni tujuan apa yang hendak dicapai, kegiatan tindakan-
tindakan untuk merealisasikan tujuan, dan waktu kapan, dan bilamana kegiatan itu hendak dilakukan. Dengan demikian suatu perencanaan bisa dipahami sebagai
respon reaksi terhadap masa depan Abe, 2005, dalam skripsi Nuning Rohaini, 2007.
Menurut Abe 2005 proses membuat rencana akan bermakna sebagai proses menentukan kearah mana sumber daya yang ada hendak dialokasikan. Ketepatan
dalam menentukan alokasi sangat ditentukan oleh : 1.
Pembacaan atas kualitas dan kuantitas atas sumber daya yang ada. 2.
Pembacaan atas situasi eksternal. Menurut Arsyad 1999 ada empat elemen dasar perencanaan yaitu :
1. Merencanakan berarti memilih.
2. Perencanaan merupakan alat untuk mengalokasikan sumber daya.
3. Perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan.
4. Perencanaan berorientasi kemasa depan.
Universitas Sumatera Utara
Perencanaan adalah merupakan suatu kegiatan dalam pembangunan yang paling prioritas karena pembangunan tersebut menentukan arah prioritas, dan strategi
pembangunan Nugroho, 2003.
1.5.3.2 Pendekatan Perencanaan
Pendekatan perencanaan telah mengalami perkembangan. Hal ini terjadi sehubungan dengan pengalaman mengenai tingkat keefektifan rencana tersebut.
Berdasarkan tipologinya maka pendekatan perencanaan wilayah dan kota umumnya
dapat dibedakan atas tiga macam yaitu :
A. Pendekatan perencanaan rasional menyeluruh
Perencanaan rasional menyeluruh secara konsepsual dan analitis mencakup pertimbangan perencanaan yang luas. Pertimbangan ini termasuk pula hal-hal yang
berkaitan dengan seluruh rangkaiaan tindakan pelaksanaan serta berbagai pengaruhnya terhadap usaha pengembangan. Produk perencanaan rasional
menyeluruh ini dikenal antara lain sebagai ‘Rencana Induk’ – Masterplan; ‘Rencana Umum’ – General Plan; atau ‘Rencana Pembangunan’ – Development
Plan Melville C. Branch, 1983. B.
Pendekatan perencanaan terpilah Pada hakekatnya pendekatan ini mengutamakan unsur atau subsistem tertentu
sebagai yang perlu diprioritaskan tanpa perlu melihatnya dalam wawasan yang;
Universitas Sumatera Utara
1. Rencana terpilah tidak perlu ditunjang oleh penelaahan serta evaluasi alternatif
rencana secara menyeluruh. 2.
Hanya mempertimbangkan bagian-bagian dari kebijaksanaan umum kalau sudah ada yang berkaitan langsung dengan unsur atau subsistem yang
diprioritaskan. 3.
Dengan terbatasnya lengkap perencanaan yaitu pada unsur atau subsistem tertentu saja maka ada anggapan bahwa pelaksana dan pelaksanaannya lebih
mudah dan realistik. C.
Perencanaan terpilah berdasarkan pertimbangan menyeluruh Pada hakekatnya pendekatan ini mengkombinasikan pendekatan rasional
menyeluruh dan pendekatan terpilah masing-masing dalam kadar lingkup tertentu yaitu menyederhanakan tinjauan menyeluruh dalam lingkup ‘wawasan sekilas’
scanning dan memperdalam tinjauan atas unsur atau subsistem yang strategis atau urgen dalam kedudukan system terhadap permasalahan menyeluruh.
Cirri-ciri utama pendekatan wilayah ini adalah: 1.
Perencanaan mengacu kepada garis kebijaksanaan umum yang ditentukan pada tingkat tinggi atau wawasan makro.
2. Perencanaan dilatarbelakangi oleh suatu wawasan menyeluruh serta
memfokuskan pendalaman penelaahan pada unsur-unsur atau subsistem- subsistem yang diutamakan.
Universitas Sumatera Utara
3. Ramalan mendalam tentang unsur-unsur atau subsistem-subsistem yang
diprioritaskan dilandasi oleh ramalan sekilas tentang lingkup menyeluruh serta didasarkan kepada wawasan sistem.
4. Perumusan rencana dengan pendekatan ini dinilai sebagai usaha penghematan
waktu dan dana dalam lingkup penelaahan, analisis dan proses teknik penyusunan rencana karena adanya penyederhanaan dalam penelaahan dan
analisis makronya. 5.
Untuk menunjang hasil ramalan dan analisis sekilas maka proses pemantauaan, pengumpulan pendapat, komunikasi serta konsultasi dengan masyarakat yang
berkepentingan serta dengan pengelola pemerintah telah dilakukan secara terus-menerus sejak penyusunan perumusan sasaran dan tujuan rencana
pembangunan. Dalam buku Djoko Sujarto, 2001:1. 1.5.3.3 Hakekat Perencanaan
Dalam masyarakat Indonesia yang sedang membangun menuju masyarakat yang adil dan makmur, pencapaian tujuan pembangunan tidak dapat dilepaskan dari
perancangan, yaitu program tindakan yang menuju ke kesejahteraan masyarakat. Ukuran kesejahteraan masyarakat merupakan ukuran relatif dan sangat sukar
didefenisikan. Kesejahteraan itu sendiri dibentuk oleh berbagai faktor yang kait mengait yang dapat diterjemahkan kedalam kegiatan masyarakat yang beraneka
ragam membentuk satu sistem. Perencanaan berusaha mengubah salah satu atau
Universitas Sumatera Utara
beberapa faktor dalam sistem itu, yang diharapkan atau diyakini dapat menimbulkan suatu rangkaian akibat yang merubah factor lainnya dalam system itu secara positif.
Perencanaan merupakan projeksi untuk masa depan. Segala tindakan untuk tujuan masa depan jelas mempunyai hubungan erat dengan apa yang dimiliki
sekarang. Perencanaan mendasari pembangunan, karena pembangunan berarti perencanaan dan pelaksanaan. Dengan demikian, perencanaan dan kemudian
perancangan merupakan proses yang mendahului pelaksanaan. Pembangunan dapat pula diartikan sebagai usaha merubah nilai suatu keadaan ke keadaan lain yang
mempunyai mutu yang lebih baik. Suwardjoko Warpani, 1980: 9.
1.5.4 Perencanaan Pembangunan Daerah
Perencanaan dapat dikaitkan dengan pembangunan dimana dalam pembangunan terdapat suatu perencanaan agar sasaran pembangunan tercapai
sehingga dikenal perencanaan pembangunan. Menurut Kuncoro 2004, “Perencanaan pembangunan merupakan upaya yang bertujuan untuk memperbaiki sumber daya
publik yang tersedia untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dan public dalam menciptakan nilai sumber daya swasta dan publik yang bertanggung jawab demi
kepentingan pembangunan masyarakat yang menyeluruh”. Perencanaan pembangunan wilayah semakin relevan dalam
mengimplementasikan kebijakan ekonomi dalam aspek kewilayahan. Hoover dan Giarratani dalam Nugroho dan Dahuri, 2004, menyimpulkan tiga pilar penting
Universitas Sumatera Utara
dalam proses pembangunan wilayah, yaitu: 1.
Keunggulan komparatif imperfect mobility of factor. Pilar ini berhubungan dengan keadaan dtemukannya sumber-sumber daya tertentu yang secara fisik
relatif sulit atau memiliki hambatan untuk digerakkan antar wilayah. Hal ini disebabkan adanya faktor-faktor lokal bersifat khas atau endemik, misalnya
iklim dan budaya yang mengikat mekanisme produksi sumber daya tersebut sehingga wilayah memiliki komparatif. Sejauh ini karakteristik tersebut
senantiasa berhubungan dengan produksi komoditas dari sumber daya alam, antara lain pertanian, perikanan, pertambangan, kehutanan, dan kelompok usaha
sektor primer lainnya. 2.
Aglomerasi imperfect divisibility. Pilar aglomerasi merupakan fenomena eksternal yang berpengaruh terhadap pelaku ekonomi berupa meningkatnya
keuntungan ekonomi secara spasial. Hal ini terjadi karena berkurangnya biaya- biaya produksi akibat penurunan jarak dalam pengangkutan bahan baku dan
distribusi produk. 3.
Biaya transpor imperfect mobility of good and service. Pilar ini adalah yang paling kasat mata mempengaruhi aktivitas perekonomian. Implikasinya adalah
biaya yang terkait dengan jarak dan lokasi tidak dapat lagi diabaikan dalam proses produksi dan pembangunan wilayah.
Pendapat lain yang mendefenisikan perencanaan pembangunan dikemukakan oleh Soedjono Adipraja 2002, “Perencanaan pembangunan adalah suatu teknik atau
Universitas Sumatera Utara
cara yang akan dilaksanakan untuk mencapai berbagai tujuan dari sasaran pembangunan yang telah dirumuskan melalui Badan Perencanaan Pembangunan
tingkat pusat dan daerah”. Setiap perencanaan pembangunan harus mengandung unsur-unsur pokok
tertentu, dimana yang menjadi unsur pokok utamanya adalah sebagai berikut: I.
Kebijakan dasar atau strategi dasar rencana pembangunan. Unsure ini merupakan dasar pokok dari seluruh rencana yang kemudian
dituangkan kedalam unsur pokok perencanaan pembangunan lainnya. II.
Adanya kerangka rencana makro. Dalam kerangka ini dianalisis dan dihubungkan berbagai variabel-variabel dari pembangunan serta
dinyatakan implikasi hubungan tersebut. III.
Perkiraan sumber daya pembangunan serta khususnya mengenai sumber pembiayaan pembangunan. Sumber-sumber pembiayaan
pembangunan merupakan keterbatasan yang strategis sehingga perlu diperkirakan dan diatur penggunaannya dengan seksama serta dengan
penentuan skala prioritas. IV.
Urutan tentang kerangka kebijakan yang konsisten misalnya kebijakan fiscal, pengukuran moneter harga serta kebijakan sektoral lainnya.
Berbagai kebijakan itu perlu dirumuskan dan kemudian dilaksanakan secara tertib dan konsisten.
Universitas Sumatera Utara
V. Perencanaan pembangunan meliputi program investasi yang
dilaksanakan secara sektoral. Penyusunan program investasi secara sektoral ini dilakukan secara bersama-sama dengan menyusun
rencana-rencana menurut sasarannya. VI.
Perencanaan pembangunan mencakup pula administrasi pembangunan yang mendukung usaha perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.
Dalam skripsi Charles Nadeak 2007:17-18 Menurut Undang-Undang No. 25 tahun 2004 Perencanaan pembangunan
terdiri atas 4 tahap, yaitu : a.
Tahap penyusunan rencana. Tahap ini dilaksanakan untuk dapat menghasilkan rancangan lengkap suatu
rencana yang sudah siap untuk ditetapkan terdiri dari 4 langkah: 1.
Penyiapan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik menyeluruh dan terukur.
2. Masing-masing instansi menyiapkan rancangan rencana kerja dengan
berpedoman pada rencana pembangunan yang telah disiapkan. 3.
Melibatkan masyarakat dan menyelaraskan rencana pembangunan yang dihasilkan masing-masing pemerintah melalui musyawarah perencanaan
pembangunan Musrembang. 4.
Langkah terakhir adalah penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
Universitas Sumatera Utara
b. Tahap penetapan rencana.
Tahap ini dimana penetapan rencana tersebut menjadi produk hukum yang mengikat semua pihak yang melaksanakan.
c. Tahap pengendalian pelaksana rencana.
Tahap ini dimaksudkan untuk menjamin tercapai tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang pada rencana kegiatan-kegiatan koreksi dan
penyesuaiaan selama pelaksanaan rencana tersebut oleh pimpinan kementerian lembaga satuan perangkat daerah.
d. Evaluasi dan pelaksanaan.
Evaluasi pelaksanaan adalah bagian dari perencanaan pembangunan secara sistematis mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi untuk menilai
pencapaiaan tujuan sasaran dan kinerja pembangunan.
Proses perencanaan pembangunan nasional dalam hal perencanaan menurut jangka waktu dibagi 3, yaitu:
- Rencana Pembangunan Jangka Panjang, yang selanjutnya disingkat dengan RPJP dan dokumen perencanaan untuk periode 20 tahun.
- Rencana Pembangunan Jangka Menengah, yang selanjutnya disingkat dengan RPJM dan dokumen perencanaan untuk lima tahun. RPJM ini disebut dengan
rencana strategis kementerian Renstra-KL adalah dokumen perencanaan kementerian atau lembaga untuk periode lima tahun. Untuk perangkat satuan
Universitas Sumatera Utara
daerah disebut dengan Renstra-SKPD, adalah dokumen perencanaan satuan kerja perangkat daerah untuk periode lima tahun.
- Rencana Pembangunan Tahunan Nasional, yang selanjutnya Rencana Kerja Pemerintah RKP adalah dokumen perencanaan nasional untuk periode satu
tahun. Rencana pembangunan daerah yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk
periode satu tahun. Rencana pembangunan tahunan kementerian atau lembaga yang selanjutnya disebut rencana kerja kementerian lembaga Renja-KL
adalah dokumen perencanaan kementerian atau lembaga untuk periode satu tahun. Rencana pembangunan satuan kerja perangkat daerah yang disebut
dengan rencana kerja satuan perangkat daerah Renja-SKPD adalah dokumen perencanaan satuan kerja perangkat daerah untuk periode satu tahun Dalam
skripsi Charles Nadeak, 2007.
1.5.4.1 Urgensi Perencanaan Dalam Pembangunan Daerah
Dalam perencanaan pembangunan pada umumnya harus memperhatikan sumber daya yang tersedia atau potensi wilayah yang menyangkut potensi sumber
daya alam, potensi sumber daya aparatur yang mengelola, serta memperhatikan kemampuan anggaran untuk membiayai proses berlangsungnya perencanaan
pembangunan daerah. Kemudian dengan memperhatikan fisik wilayah, potensi, dan
Universitas Sumatera Utara
kemungkinan pengembangannya, pola dan gaya hidup masyarakat serta kegiatan dan arus lalu lintas ekonomi masyarakat yang berbeda di masing-masing wilayah.
Mengingat bahwa UU No.32 tahun 2004 memberikan dimensi baru dalam perencanaan pembangunan daerah, sehingga jelas bahwa sebenarnya pembangunan
daerah menjadi prasyarat utama untuk mampu mendorong pertumbuhan masyarakat pada tingkat yang lebih tinggi. Dengan kata lain pemerintah daerah dalam
perencanaan pembangunan daerah harus terkait dengan masyarakat dan pengusaha swasta.
Pembangunan sebagai proses yang memungkinkan anggota masyarakat meningkatkan kapasitas nasional dan institusional dalam memobilisasi dan mengelola
sumber daya untuk menghasilkan perbaikan kualitas yang sesuai dengan aspirasi mereka sendiri, berkelanjutan, adil dan merata. Pembangunan daerah seharusnya
merupakan proses yang terkait antara proses pertumbuhan ekonomi, perubahan sosial, dan demokrasi politik.
Melalui UU No.32 tahun 2004, telah diberikan otonomi yang sangat luasn kepada daerah. Hal ini dilakukan dalam rangka pengembalian harkat dan martabat di
daerah, memberikan ruang berpendidikan politik dalam rangka meningkatkan kualitas demokrasi di daerah, peningkatan efisiensi pelayanan public di daerah dan pada
akhirnya diharapkan mampu menciptakan good governance Dalam skripsi Nuning Rohaini, 2007.
Universitas Sumatera Utara
1.6 Defenisi Konsep
Dalam rangka memberikan gambaran yang abstrak terhadap penelitian, maka diperlukan suatu konsep yang jelas mengenai batasan-batasan dari wilayah yang akan
diteliti, sehingga konsep tersebut dapat mencerminkan suatu defenisi yang jelas terhadap objek dari sasaran yang akan diteliti.
Menurut Singarimbun dan Effendi 1995:32-34 dalam Suharso 2009:31, Marlina Deliana 2013:31 menyatakan konsep adalah istilah dan defenisi yang
digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.
Untuk dapat menentukan batasan yang lebih jelas dan juga untuk menyederhanakan pemikiran atas masalah yang sedang penulis teliti, maka peneliti
mengemukakan konsep yang dipakai dalam penelitian ini antara lain : 1.
Peranan Peranan adalah fungsi, wewenang, hak-hak, dan kewajiban yang dilakukan
seseorang, kelompok, ataupun lembaga-lembaga sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini adalah peranan kebijakan
pengembangan pasar yang dilakukan pemko medan. 2.
Kebijakan Lasswell dan Kaplan yang melihat kebijakan sebagai sarana untuk mencapai
tujuan, menyebutkan kebijakan sebagai program yang diproyeksikan berkenaan dengan tujuan, nilai, dan praktek. Kebijakan merupakan pilihan
Universitas Sumatera Utara
para pembuat kebijakan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
3. Pengembangan Wilayah
Pengembangan wilayah adalah upaya untuk memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan wilayah dan menjaga kelestarian
lingkungan hidup. 4.
Perencanaan Perencanaan adalah suatu kegiatan dalam pembangunan yang paling prioritas
karena pembangunan tersebut menentukan arah prioritas, dan strategi pembangunan.
5. Perencanaan Pembangunan Daerah
Perencanaan Pembangunan Daerah suatu teknik atau cara yang akan dilaksanakan untuk mencapai berbagai tujuan dari sasaran pembangunan yang
telah dirumuskan melalui Badan Perencanaan Pembangunan tingkat pusat dan daerah.
Universitas Sumatera Utara
1.7 Sistematika Penulisan BAB I