Manfaat Penelitian Kebijakan Tipe-tipe Model Kebijakan

1.5.1.2 Manfaat Penelitian Kebijakan

Studi Kebijakan publik memiliki tiga manfaat penting yakni: 1. Pengembangan ilmu pengetahuaan. Dalam konteks ini ilmuwan dapat menempatkan kebijakan public sebagai variabel terpengaruh dependent variabel, sehingga berusaha menentukan variabel pengaruhnya independent variabel . 2. Membantu para praktisi dalam memecahkan masalah-masalah publik. Dengan mempelajari kebijakan public para praktisi akan memiliki dasar teoretis tentang bagaimana membuat kebijakan public yang baik dan memperkecil kegagalan dari suatu kebijakan public. Sehingga kedepan akan lahir kebijakan public yang berkualitas yang dapat menopang tujuan pembangunan. 3. Berguna untuk tujuan politik. Suatu kebijakan public yang dibuat melalui proses yang benar dengan dukungan teori yang kuat, memiliki posisi yang kuat kritik dari lawan-lawan politik. Dapat juga menyakinkan lawan politik yang tadinya kurang setuju. Dalam buku DRS.AG.Subarsono,M.Si.,MA Dalam penyusunan agenda kebijakan ada 3 kegiatan yang perlu dilakukan yakni : 1. Membangun persepsi dikalangan stakeholders bahwa sebuah fenomena benar- benar dianggap sebagai masalah. Universitas Sumatera Utara 2. Membuat batasan masalah. 3. Memobilisasi dukungan agar masalah tersebut dapat masuk dalam agenda pemerintah. Memobilisasi dukungan ini dapat dilakukan dengan cara mengorganisir kelompok- kelompok yang ada dalam masyarakat, dan kekuatan-kekuatan politik, publikasi melalui media masa, dan lain-lain.

1.5.1.3 Tipe-tipe Model Kebijakan

Model kebijakan policy models adalah representasi sederhana mengenai aspek-aspek yang terpilih dari suatu kondisi masalah yang disusun untuk tujuan- tujuan tertentu. Model kebijakan bermanfaat dan bahkan harus ada. Model kebijakan merupakan penyederhanaan sistem masalah dengan membantu mengurangi kompleksitas dan menjadikannya dapat dikelola oleh para analisis kebijakan. Model-model kebijakan juga dapat memainkan peran kreatif dan kritis didalam analisis kebijakan dengan mendorong para analisis untuk membuat asumsi-asumsi eksplisit mereka sendiri dan untuk menantang ide-ide konvensional maupun metode- metode analisis. Dengan menyederhanakan situasi masalah, model tak terelakan menyumbang distorsi selektif atas realitas. Sementara itu, model dapat membantu kita untuk melakukan tugas-tugas analitis, kata kuncinya ada pada “kita”, untuk itu kita dan bukan model yang menyediakan asumsi-asumsi yang diperlukan untuk menginterpretasikan gambaran realitas yang diterapkan oleh suatu model. Universitas Sumatera Utara Adapun tipe-tipe dari model kebijakan tersebut adalah : A. Model Deskriptif, model-model kebijakan dapat dibandingkan dan dikontraskan dari berbagai dimensi, yang paling penting diantaranya adalah membantu membedakan tujuan, bentuk ekspresi, dan fungsi metodelogis dari model. Tujuan model deskriptif adalah menjelaskan danatau memprediksikan sebab-sebab dan konsekuensi-konsekuensi dari pilihan- pilihan kebijakan. B. Model Normatif, sebaliknya, tujuan dari model normatif bukan hanya untuk menjelaskan danatau memprediksi tetapi juga memberikan dalil danrekomendasi untuk mengoptimalkan pencapaiaan beberapa utilitas nilai. Salah satu model normatif yang paling sederhana dan paling biasa adalah melipatgandakan bunga. Seringkali dalam kehidupannya orang menggunakan beberapa variabel dari model ini untuk mencari manfaat dari variabel-variabel kebijakan. C. Model Verbal, diekspresikan dalam bahasa sehari-hari, bukannya bahasa logika simbolis dan matematika, dan mirip dengan yang kita terangkan sebelumnya sebagai masalah-masalah substantif. Dalam menggunakan model verbal, analisis bersandar pada penilaiaan nalar untuk membuat prediksi dan menawarkan rekomendasi. Penilaiaan nalar menghasilakan argument kebijakan, bukannya dalam bentuk nilai angka-angka pasti. Keterbatasan model verbal adalah bahwa masalah-masalah yang dipakai Universitas Sumatera Utara untuk memberikan prediksi dan rekomendasi bersifat implicit atau tersembunyi sehingga sulit untuk memahami dan memeriksa secara kritis argument tersebut sebagai keseluruhan. D. Model Simbolis, menggunakan simbol-simbol matematis untuk menerangkan hubungan diantara variabel-variabel kunci yang dipercaya mebcirii suatu masalah. Model-model simbolis sulit untuk dikomunikasikan diantara orang awam, termasuk para pembuat kebijakan, dan bahkan diantara para ahli pembuat model sering terjadi kesalahpahaman tentang elemen-elemen dasar dari model. E. Model Prosedural, menampilkan hubungan yang dinamis diantara variabel- variabel yang diyakini menjadi cirri suatu masalah kebijakan. Biaya model prosedural relatif tinggi jika dibanding dengan model-model verbal dan simbolis, sebagian besar karena waktu yang diperlukan untuk mengembangkan dan menjalankan program-program komputer. Bersamaan dengan itu, model prosedural dapat ditulis dalam bahasa nonteknis yang terpahami, sehingga memperlancar komunikasi di antara orang-orang awam. Dalam buku William N.Dunn, Gadjah Mada University Press 2012.

1.5.1.4 Proses Kebijakan Publik