Analisis daya saing dan faktor faktor yang mempengaruhi ekspor jagung Indonesia di Pasar Malaysia pra dan pasca krisis ekonomi

(1)

OLEH : YOSEP FERNANDO

A 14105718

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009


(2)

RINGKASAN

YOSEP FERNANDO A14105718. Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Jagung Indonesia di Pasar Malaysia Pada Saat Pra dan Pasca Krisis Ekonomi. Di bawah bimbingan HARMINI.

Perubahan rejim pasar komoditas pertanian yang mengarah pada pasar bebas membawa konsekuensi harga komoditas pertanian, khususnya pangan di pasar domestik semakin terbuka terhadap gejolak pasar internasional. Dengan pengertian lain, harga komoditas pangan di pasar dunia secara langsung akan mempengaruhi harga komoditas pangan domestik. Jagung sebagai salah satu komoditas pangan, maka dinamika harganya tidak terlepas dari arah kebijakan perdagangan, pasar komoditas pangan dunia, stabilitas harga dan fluktuasi nilai tukar. Akumulasi perubahan dari berbagai aspek tersebut secara simultan akan mempengaruhi dinamika harga komoditas jagung domestik.

Komoditi pertanian yang mempunyai daya saing tinggi akan mampu eksis dan terus berkembang sehingga ekspor negara-negara ASEAN (termasuk Indonesia) akan makin besar yang selanjutnya akan dapat mendorong produksi dalam negeri serta meningkatkan pendapatan petani, kesempatan kerja, dan devisa negara. Bagi Indonesia, manfaat positif yang diharapkan dari liberalisasi perdagangan AFTA ini adalah kontribusinya bagi proses pemulihan ekonomi nasional dari krisis. Salah satu komoditas pertanian yang memiliki nilai tambah dan sangat potensial untuk dikembangkan adalah jagung. Jagung merupakan kebutuhan kedua terbesar setelah beras. Seiring dengan pesatnya perkembangan industri ternak membuat semakin tingginya permintaan akan jagung sebagai bahan baku pakan ternak. Selain itu, nilai tambah yang dapat diambil dari jagung adalah sebagai bahan baku industri olahan.

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah mengukur daya saing ekspor jagung Indonesia di pasar Malaysia dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor jagung Indonesia di pasar Malaysia. Data yang digunakan adalah data time series ekspor jagung dan faktor-faktor yang mempengaruhinya tahun 1990-2008. Metode yang digunakan untuk mengukur daya saing ekspor jagung Indonesia adalah dengan menggunakan metode Revelead Comparative Advantage (RCA) dan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor jagung Indonesia pada saat pra dan pasca krisis ekonomi dengan menggunakan model analisis regresi berganda.

Hasil yang diperoleh dari analisis daya saing jagung Indonesia pada saat pra krisis ekonomi dengan menggunakan metode RCA menunjukkan bahwa ekspor jagung Indonesia memiliki keunggulan komparatif atau berdaya saing pada tahun 1990, 1991, 1992, 1993, 1995, dan 1998 dengan masing-masing perolehan nilai RCA sebesar 6.427, 1.050, 5.314, 1.803, dan 7.934. Keunggulan komparatif jagung yang diperoleh berdasarkan meningkatnya perolehan nilai ekspor jagung Indonesia di pasar Malaysia dan menurunnya nilai ekspor jagung dunia di pasar Malaysia. Pada saat setelah terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1999 hingga 2008, jagung Indonesia yang diperdagangkan di pasar Malaysia dengan jenis jagung 1005 memiliki keunggulan komparatif atau berdaya saing hanya pada tahun 1999 dengan perolehan nilai RCA sebesar 1.065. Akan tetapi, pada tahun 2007 nilai indeks RCA sebesar 13.352 yang menunjukkan bahwa jagung Indonesia telah terjadi peningkatan pangsa pasar di Malaysia. Hal ini mencerminkan bahwa kondisi jagung Indonesia pada saat setelah terjadinya krisis ekonomi mengalami penurunan nilai dan indeks RCA, sehingga kondisi tersebut menyebabkan Indonesia tidak mempunyai keunggulan komparatif. Ketidakunggulan


(3)

Berdasarkan hasil dugaan dari model yang telah di regresikan dengan menggunakan software Minitab 15.0, model ekspor jagung Indonesia sebelum terjadinya krisis ekonomi sudah cukup baik, yakni memiliki nilai R2 sebesar 99.6 persen. Namun, terdapat masalah multikolinearitas yang dilihat dari nilai VIF-nya yang terdapat nilai yang lebih besar dari 10. Dengan demikian, model tersebut tidak memenuhi asumsi OLS. Selanjutnya data kembali diolah dengan menggunakan Principal Component Analysis (PCA). Hasil yang diperoleh berdasarkan persamaan regresi PCA bahwa faktor yang berpengaruh adalah variabel volume produksi yang memiliki koefisien sebesar 0.00186 yang berarti bahwa apabila terjadi kenaikan rata-rata jagung yang diekspor sebesar satu ton, maka volume produksi akan mengalami kenaikan sebesar 0.00186 ton, cateris paribus. Nilai t-hitung sebesar 65583.33 lebih besar dibanding nilai t-tabel sebesar 1.860 yang diatas taraf nyata lima persen menunjukkan bahwa variabel volume produksi signifikan terhadap ekspor jagung Indonesia di pasar Malaysia.

Harga jagung domestik memiliki hubungan yang negatif terhadap ekspor jagung Indonesia di pasar Malaysia, nilai ini sesuai dengan nilai dugaan yang diharapkan. Koefisien regresi yang diperoleh untuk variabel harga jagung domestik sebesar -0.3125. Hal ini mencerminkan bahwa setiap kenaikan rata-rata satu rupiah per ton harga jagung domestik, maka akan menurunkan volume ekspor jagung Indonesia di pasar Malaysia sebesar 0.3125 ton, cateris paribus. Nilai t-hitung pada variabel harga jagung domestik sebesar -2378666.67 lebih besar dibanding nilai t-tabel sebesar -1.860 yang diatas taraf nyata lima persen yang menunjukkan bahwa variabel harga jagung domestik signifikan terhadap ekspor jagung Indonesia di pasar Malaysia. Pada variabel nilai tukar terhadap dollar Amerika memiliki hubungan yang positif dengan ekspor jagung, nilai ini sesuai dengan nilai dugaan yang diharapkan. Koefisien regresi yang diperoleh pada variabel nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika sebesar 37517 bahwa setiap kenaikan rata-rata satu rupiah terhadap dollar Amerika, maka akan menaikkan volume ekspor jagung Indonesia di pasar Malaysia sebesar 37517, cateris paribus. Nilai t-hitung sebesar 2885923 yang lebih besar dibanding nilai t-tabel sebesar 1.860 yang diatas taraf nyata lima persen yang menunjukkan bahwa variabel nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika signifikan terhadap ekspor jagung Indonesia di pasar Malaysia. Pada saat setelah terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1999 hingga 2008 memiliki model ekspor yang cukup baik dengan nilai R2 sebesar 93.8 persen. Namun, terdapat masalah multikolinearitas yang dilihat dari nilai VIF-nya yang terdapat nilai yang lebih besar dari 10. Dengan demikian, model tersebut tidak memenuhi asumsi OLS. Selanjutnya data kembali diolah dengan menggunakan Principal Component Analysis (PCA). Berdasarkan hasil regresi PCA bahwa hanya variabel nilai tukar rupiah terhadap US$ yang tidak berpengaruh secara nyata pada taraf nyata lima persen. Koefisien yang diperoleh sebesar -2903 yang berarti bahwa apabila terjadi kenaikan rata-rata satu rupiah terhadap US$ (depresiasi), maka ekspor jagung Indonesia di pasar Malaysia akan mengalami penurunan sebesar 2903 ton, cateris paribus. Nilai t-hitung sebesar -168892.65 yang lebih besar dari nilai t-tabel -1.833 yang diatas taraf nyata lima persen yang menunjukkan bahwa variabel nilai tukar rupiah terhadap US$ berpengaruh secara nyata terhadap ekspor jagung Indonesia. Ketidaksesuaian nilai dugaan terhadap hipotesis diduga bahwa nilai tukar rupiah pada kondisi yang terdepresiasi terhadap US$.

Variabel volume produksi memiliki hubungan yang positif terhadap ekspor jagung dengan koefisien regresi sebesar 0.0018 yang berarti bahwa setiap kenaikan rata-rata jagung yang


(4)

diekspor sebesar satu ton maka akan menaikkan volume produksi jagung sebesar 0.0018 ton, cateris paribus. Nilai t-hitung sebesar 1514787.65 lebih besar dibanding nilai t-tabel sebesar 1.833 yang diatas taraf nyata lima persen menunjukkan bahwa variabel volume produksi signifikan terhadap ekspor jagung Indonesia di pasar Malaysia. Harga jagung domestik memiliki hubungan yang negatif terhadap ekspor jagung Indonesia di pasar Malaysia dengan koefisien regresi yang diperoleh sebesar -0.0018 yang mencerminkan bahwa setiap kenaikan rata-rata satu rupiah per ton harga jagung domestik, maka akan menurunkan volume ekspor jagung Indonesia di pasar Malaysia sebesar 0.0018 ton, cateris paribus. Nilai t-hitung pada variabel harga jagung domestik sebesar -358996.14 lebih besar dibanding nilai t-tabel sebesar -1.833 yang diatas taraf nyata lima persen yang menunjukkan bahwa variabel harga jagung domestik signifikan terhadap ekspor jagung Indonesia di pasar Malaysia.

Pada variabel harga ekspor jagung Indonesia memiliki hubungan yang positif terhadap ekspor jagung Indonesia di pasar Malaysia dengan koefisien regresi yang diperoleh sebesar 136.72 bahwa setiap kenaikan rata-rata harga ekspor jagung Indonesia sebesar satu dollar (US$) per ton maka akan manaikkan ekspor jagung Indonesia sebesar 136.72 ton, cateris paribus. Dari hasil nilai t-hitung sebesar 2804675.33 lebih besar dibanding nilai t-tabel sebesar 1.833 yang diatas taraf nyata lima persen yang menunjukkan bahwa variabel harga ekspor jagung signifikan terhadap ekspor jagung Indonesia di pasar Malaysia. Variabel volume ekspor periode sebelumnya memiliki hubungan yang positif terhadap ekspor jagung Indonesia dengan koefisien regresi yang diperoleh sebesar 0.087 yang berarti bahwa setiap kenaikan rata-rata volume ekspor periode sebelumnya sebesar satu ton maka akan menaikkan ekspor jagung Indonesia di pasar Malaysia sebesar 0.087 ton, cateris paribus. Nilai t-hitung yang diperoleh sebesar 702567.5 lebih besar dibanding nilai t-tabel sebesar 1.833 yang diatas taraf nyata lima persen yang menunjukkan bahwa variabel volume ekspor sebelumnya signifikan terhadap ekspor jagung Indonesia di pasar Malaysia.

Variabel volume impor jagung Indonesia memiliki hubungan yang negatif dengan ekspor jagung Indonesia dengan koefisien regresi variabel impor jagung Indonesia sebesar -10389.27. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan rata-rata impor jagung Indonesia sebesar satu ton, maka akan menurunkan ekspor jagung Indonesia di pasar Malaysia sebesar 10389.27 ton, cateris paribus. Nilai t-hitung sebesar -945338.49 lebih besar dibanding nilai t-tabel sebesar -1.833 yang diatas taraf nyata lima persen yang menunjukkan bahwa variabel volume impor jagung Indonesia signifikan terhadap ekspor jagung Indonesia di pasar Malaysia. Variabel laju inflasi memilki hubungan yang negatif dengan ekspor jagung Indonesia, nilai ini sesuai dengan hipotesis. Koefisien regresi variabel laju inflasi yang dihasilkan adalah sebesar -1399. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan rata-rata laju inflasi di Indonesia sebesar satu persen, maka akan menurunkan volume ekspor jagung Indonesia sebesar 1 399 ton, cateris paribus. Nilai t-hitung sebesar -126092.83 yang lebih besar dibanding nilai t-tabel sebesar -1.833 yang diatas taraf nyata lima persen yang menunjukkan bahwa variabel laju inflasi signifikan terhadap ekspor jagung Indonesia di pasar Malaysia. Pada varibel dummy berupa kondisi pra dan pasca diterapkannya AFTA yang berpengaruh secara nyata terhadap volume ekspor jagung Indonesia di pasar Malaysia pada taraf nyata lima persen. Koefisien regresi pada variabel dummy sebesar 383.5 yang berarti bahwa dengan diterapkannya kebijakan AFTA, maka akan menaikkan volume ekspor jagung Indonesia di pasar Malaysia sebesar 383.5 ton, cateris paribus. Berdasarkan uji statistic, didapat nilai t-hitung sebesar 133241.38 yang lebih besar dibandingkan nilai t-tabel sebesar 1.833 yang diatas taraf nyata lima persen yang menunjukkan bahwa variabel laju inflasi signifikan terhadap ekspor jagung Indonesia di pasar Malaysia.


(5)

SKRIPSI

YOSEP FERNANDO A.14105718

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRISBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009


(6)

Judul : Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Jagung Indonesia di Pasar Malaysia Pada Pra dan Pasca Krisis Ekonomi Nama : Yosep Fernando

NRP : A.14105718

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Harmini, MS. NIP. 19600921 198703 2 002

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 19571222 198203 1 002


(7)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR JAGUNG INDONESI DI PASAR MALAYSIA PADA SAA PRA DAN PASCA KRISIS EKONOMI” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Desember 2009

Yosep Fernando A.14105718


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di sebuah kota kecil di garis pinggiran barat provinsi Lampung pada tanggal 11 Oktober 1984. Anak kedua dari pasangan Bapak Faizal Hamid, S.Pd dan Ibunda Rosyadah. Penulis memulai pendidikan formalnya di TK Aisyah Krui Lampung Barat pada tahun 1989 hingga 1990. Pendidikan dasar penulis peroleh dari SD Negeri 1 Krui Lampung Barat dan lulus pada tahun 1996 dan SLTP Negeri 1 Krui Lampung Barat lulus pada tahun 1999. Kemudian penulis melanjutkan ke SMU Negeri 1 Krui Lampung Barat lulus pada tahun 2002.

Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI pada program studi Manajemen Bisnis dan Koperasi, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan pendidikan ke Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Selama menjadi mahasiswa, penulis banyak terlibat di berbagai organisasi kemahasiswaan, baik internal kampus maupun eksternal kampus. Di lingkungan internal kampus, penulis pernah terlibat sebagai Wakil Sekretaris Umum DPM Faperta, Wabendum FKMD IPB, Wakil Ketua FKMD IPB, Wakil Ketua FKMBK, Ketua Komisi Eksternal MPS IPB, Keluarga Mahasiswa Lampung, UKM ASPECT IPB. Pada lingkungan eksternal kampus, penulis sebagai Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bogor Komisariat Faperta IPB, Sekretaris Umum HMI Cabang Bogor, dan saat ini penulis menjabat sebagai Ketua Badan Koordinasi HMI se Jabotabeka-Banten. Selama di HMI, penulis menempuh pelatihan seperti Basic Training (2004), Intermediate Training Tingkat Nasional sebagai delegasi dari Bogor (2006), dan Advance Training Tingkat Nasional di Medan (2008). Saat ini, penulis banyak bergelut di kegiatan tulis-menulis. Beberapa karya ilmiah pernah dipublikasi di media massa, diantaranya Harian Pelita, Radar Bogor, Radar Lampung, Radar Lambar, dan Rakyat Lampung.


(9)

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Jagung Indonesia di Pasar Malaysia Pada Saat Pra dan Pasca Krisis Ekonomi”. Tak lupa pula shalawat serta salam penulis sanjungkan kepada Nabi Akhir Zaman, Muhammad SAW, yang telah membawa keberkahan kepada umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang beserta keluarganya, para sahabatnya, dan pengikutnya yang setia sampai. Amiinn….

Tak Ada Gading Yang Tak Retak, begitu juga dalam penulisan Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhir kata, penulis berharap agar Skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak terutama bagi yang membutuhkan.

Bogor, Desember 2009


(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penyelesaian penulisan Skripsi ini, penulis banyak mendapatkan masukan dan bantuan dari berbagai pihak baik yang bersifat bantuan moral maupun materiil mulai dari tahap persiapan, saat pelaksanaan, maupun saat penyusunan Skripsi ini. Oleh karena itu, izinkan penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ayahanda Faizal Hamid, S.Pd dan Ibunda Rosyadah yang senantiasa memberikan kasih sayang, semangat kepada penulis akan arti kehidupan yang tak terhingga sampai akhir masa. Sungguh kalian sebagai mata air kehidupan yang selalu mengalir dalam dinamika kehidupan yang sedang Ananda jalani.

2. Ibu Ir. Harmini, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, saran, dan kritik terhadap penulisan Skripsi ini agar dapat dijadikan sebagai karya yang terbaik.

3. Bapak Muhammad Firdaus, SP., M.Si., Ph.D selaku dosen penguji utama yang telah memberikan masukan dan kritik konstruktifnya kepada penulis dalam penyempurnaan Skripsi agar dapat bermanfaat.

4. Bapak Arief Karyadi, SP selaku dosen penguji komdik yang telah memberikan masukan dan kritik konstruktifnya kepada penulis dalam penyempurnaan Skripsi ini agar menjadi lebih baik lagi.

5. Ibu Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen evaluator yang telah memberikan masukan dan kritik konstruktifnya kepada penulis pada saat seminar proposal penelitian (kolokium).

6. Sahabatku yang baik Mukti Wahi yang telah bersedia menjadi pembahas pada saat seminar. Terima kasih masukannya demi penyempurnaan Skripsi ini.

7. Kakakku Ns. Silvia Septi, S.Kep dan kedua adikku (Robi Chandra dan Andri Wilson) yang selalu memberikan kebahagiaan dalam suasana kekeluargaan yang sangat harmonis.

8. Kanda Prof. Dr. Herry Suhardiyanto, M.Sc (Rektor IPB) “sang spiritual motivation” bagi penulis karena berka diskusi, perbicangan dan tausyiah-tausyiah beliau semakin memperkaya khasanah ilmu dan wawasan yang dimiliki. Filosofi


(11)

semua.

9. Kanda Prof. Dr. Soleh Solahuddin, Kanda Prof. Dr. MA Chozin, Kanda Prof. Supiandi Sabiham, Kanda Prof. Rizal Syarief, yang telah memberikan penggemblengan kaderisasi kepada penulis agar penulis selalu memberikan karya kepada masyarakat, bangsa, dan negara.

10. Kanda Dr. Fadhil Hasan (Ekonom Senior INDEF), Kanda Dr. Harry Azhar Aziz (Ketua Panggar DPR RI), dan Kanda MS. Kaban, SE., M.Si., yang telah banyak membantu penulis baik dari sisi moril maupun materiil. Penulis sangat membutuhkan bimbingan dari Kanda semuanya agar terus memberikan yang dapat bermanfaat bagi masyarakat.

11. Kanda Ir. Tauhid Ahmad, M.SE (Tenaga Ahli UNDP) dan Mas Teguh Juwarno yang telah memberikan saran dan bahan rujukan untuk menyelesaikan Skripsi ini. Terima kasih ya Mas Tauhid dan Mas Ju,, kapan kita bias berkumpul lagi yah?? Taman Kencana menanti kehadiran kita tuh Mas..

12. Kanda Dr. Arif Budimanta (Direktur Eksekutif Megawati Institute) atas hubungan kekeluargaan yang demikian hangat dan akrab yang senantiasa konsisten mendorong penulis bergerak selangkah lebih maju menuju perubahan. Hal ini tentunya memacu penulis untuk terus menerus melakukan pembelajaran sekaligus mengasah kemampuan responsif dan adaptif yang tinggi terhadap segala perubahan.

13. Kanda Dr (can). Sofyan Sjaf yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis tentang dunia pergerakan mahasiswa. Sangat sulit mencari seseorang seperti dirimu, Kanda.

14. Bunda Dr (can). Marissa Haque yang telah banyak membantu penulis untuk menemukan dunia kehidupan yang sebenarnya. Terima kasih ya Bunda atas dibukanya pintu jaringanmu untuk diriku. Bunda, beasiswa dari The Habibie Center dan Bina Insan Cita, belum bisa cair nih….


(12)

15. Mas La Ode Abdul Rahman, S.Si., M.Si., Team Statistica Center, Leni Marlena, Maryati dan Riska “Icha” Pujiati yang telah banyak membantu penulis dalam pengolahan data dan mencarikan reference dalam penyelesaian Skripsi ini. Terima kasih ya buat kalian semua.

16. Rekan-rekan di Badko HMI se-Jabotabeka Banten Periode 2008-2010; Ilung, Jalal, Rijali, Asyari, Ato, sauqi. Terima kasih atas hikmah dan pembelajaran yang telah kita lalui, walaupun baru sebagian saja.

17. Rekan-rekan HMI Cabang Bogor; Harris, Aqsa, Ikir, Yudi, Taufiq, Suci, Caput, Hamim, Yaya, Didu, Eny, Icha Cuhh. Sungguh suatu dinamika yang sangat membanggakan.

18. Komunitas B4 (Yamin, Cupi, Ira, Bau, Dian, Amad) yang selalu memberikan keceriaan dalam penyelesaian Skripsi ini. Laptop dari Yamin yang sangat membantu penyelesaian dari Skripsi ini.

19. Komunitas MAB’14 dengan segala pengalaman dan kehagiaan tersendiri yang tak terlupakan.

20. Adik-adik Komisariat Faperta IPB; Iham, Andin, Ayu, Riza, Ridho, Yudhis, Andri, Nahrul, atas motivasi kepada penulis untuk terus berjuang tiada henti. Ingatlah, ilmu amaliah-amal ilmiah. Yakin Usaha Sampai.

21. Keluarga besar KAHMI dan HMI Cabang Bogor serta pihak lainnya yang turut membantu memberikan semangat dan mendoakan demi kelancaran penulisan Skripsi ini.


(13)

KATA PENGANTAR ... ix

UCAPAN TERIMA KASIH ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan ... 11

1.4 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 11

1.5 Kegunaan Penelitian ... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1 Gambaran Umum Komoditi Jagung ... 13

2.2 Kajian Penelitian Terdahulu ... 15

2.2.1 Penelitian Tentang Jagung ... 15

2.2.2 Penelitian Tentang Daya Saing ... 20

2.2.3 Penelitian Tentang Revealed Comparative Advantage ... 24

2.2.4 Penelitian Tentang Ordinary Least Square ... 27

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 32

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 32

3.1.1 Teori Perdagangan Internasional ... 32

3.1.2 Teori Daya Saing ... 37

3.1.2.1 Keunggulan Komparatif ... 39

3.1.2.1 Keunggulan Kompetitif ... 40

3.1.3 Teori Ekspor ... 41

3.1.4 Teori Revealed Comparatived Advantage ... 42

3.1.5 Analisis Regresi Berganda ... 43

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 44

3.3 Hipotesis Penelitian ... 48

IV. METODE PENELITIAN ... 49

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 49

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 49

4.3 Metode Analisis dan Pengolahan Data ... 49

4.4 Revealed Comparative Advantage ... 50

4.5 Analisis Regresi Berganda ... 52

4.6 Uji Hipotesis dan Perumusan Model ... 59


(14)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 64

5.1 Daya Saing Jagung Indonesia di Pasar Malaysia ... 64

5.1.1 Analisis Daya Saing Komparatif Jagung Indonesia di Pasar Malaysia Pra Krisis Ekonomi ... 65

5.1.2 Analisis Daya Saing Komparatif Jagung Indonesia di Pasar Malaysia Pasca Krisis Ekonomi ... 69

5.2 Perkembangan Ekspor Jagung Indonesia di Pasar Malaysia ... 75

5.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Jagung Indonesia di Pasar Malaysia ... 87

5.3.1 Ekspor Jagung Indonesia di Pasar Malaysia Pra Krisis Ekonomi ... 87

5.3.2 Ekspor Jagung Indonesia di Pasar Malaysia Pasca Krisis Ekonomi ... 95

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 104

6.1 Kesimpulan ... 104

6.2 Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 106


(15)

Nomor Halaman

1. Neraca Perdagangan Luar Negeri Indonesia Tahun 1993-2007

(dalam juta US$) ... 2

2. Produksi Tanaman Pangan dan Palawija Indonesia Tahun 2002-2005 (dalam satuan ton) ... 3

3. Perkembangan Ekspor dan Impor Jagung 1005 di Indonesia Tahun 1990-2008 (dalam satuan ton) ... 3

4. Hasil Perhitungan Nilai dan Indeks RCA Jagung Indonesia di Pasar Malaysia Pra Krisis Ekonomi ... 65

5. Hasil Perhitungan Nilai dan Indeks RCA Jagung Indonesia di Pasar Malaysia Pasca Krisis Ekonomi ... 70

6. Hasil Persamaan Regresi Ekspor Jagung Indonesia Pra Krisis Ekonomi ... 87

7. Hasil Pembakuan Peubah-Peubah X Menjadi Z ... 88

8. Total Variance Explained ... 89

9. Matriks Komponen Utama ... 90

10. Skor Komponen Utama ... 91

11. Hasil Persamaan Regresi Ekspor Jagung Indonesia Pasca Krisis Ekonomi ... 96

12. Hasil Pembakuan Peubah-Peubaha X Menjadi Z ... 96

13. Total Variance Explained ... 97

14. Matriks komponen Utama ... 98


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Negara Produsen Jagung Dunia ... 4 2. Perkembangan Ekspor Jagung Indonesia di Pasar Malaysia ... 8 3. Perkembangan Nilai Ekspor Jagung Indonesia

di Pasar Malaysia ... 8 4. Analisis Keseimbangan Parsial Perdagangan Internasional ... 34 5. Peranan Perdagangan Internasional terhadap

Perekonomian Nasional ... 37 6. Kerangka Pemikiran Operasional ... 48 7. Perkembangan Volume Produksi Jagung di Indonesia

Pra Krisis Ekonomi ... 76 8. Perkembangan Volume Produksi Jagung di Indonesia

Pasca Krisis Ekonomi ... 78 9. Perkembangan Harga Jagung Domestik Pra Krisis Ekonomi ... 79 10. Perkembangan Harga Jagung Domestik Pasca Krisis Ekonomi .. 79 11. Perkembangan Harga Ekspor Jagung Indonesia di

Pasar Malaysia Pra Krisis Ekonomi ... 80 12. Perkembangan Harga Ekspor Jagung Indonesia di

Pasar Malaysia Pasca Krisis Ekonomi ... 80 13. Perkembangan Volume Impor Jagung Indonesia di

Pasar Malaysia Pra Krisis Ekonomi ... 83 14. Perkembangan Volume Impor Jagung Indonesia

Pasar malaysia Pasca Krisis Ekonomi ... 83 15. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika

Pra Krisis Ekonomi ... 85 16. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika

Pasca Krisis Ekonomi ... 85 17. Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Pra Krisis Ekonomi ... 86 18. Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Pasca Krisis Ekonomi ... 87


(17)

Nomor Halaman

1. Perkembangan Produksi Jagung Indonesia Tahun 1990-2008 ... 109

2. Perkembangan Impor Jagung Indonesia Tahun 1990-2008 ... 109

3. Volume Ekspor Indonesia di Pasar Malaysia Tahun 1990-2008 ... 109

4. Nilai Ekspor Jagung Indonesia di Malaysia Tahun 1990-2008 ... 110

5. Nilai Ekspor Jagung Dunia di Pasar Malaysia Tahun 1990-2008 .... 110

6. Model Regresi Ekspor Jagung Indonesia Pra Krisis Ekonomi ... 111

7. Hasil Principal Component Analysis Pra Krisis Ekonomi ... 112

8. Model Regresi Ekspor Jagung Indonesia Pasca Krisis Ekonomi ... 115


(18)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan pertanian perlu terus dikembangkan agar mengarah pada terciptanya pertanian yang efisien, memiliki daya saing, mampu meningkatkan pendapatan dan taraf hidup para petani pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Arah pembangunan tersebut melalui peningkatan pola agribisnis, terutama peningkatan kualitas dan kuantitas produksi, penganekaragaman komoditas unggulan, peningkatan nilai tambah produk serta perluasan penguasaan pasar (Mahfudz et al, 2004).

Pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi yang dapat menumbuhkembangkan perekonomian dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara nasional. Betapa pentingnya pilar pertanian membuat pencitraan Indonesia di mata dunia sebagai negara agraris bukan semboyan politik belaka, sehingga tumpuan ekonomi Indonesia sebagian besar dari sektor pertanian yang kemudian menjadi komoditas agribisnis seiring dengan meningkatnya jumlah industri.

Selama periode 1993-2007, ekspor Indonesia meningkat sebesar 13,20 persen menjadi US$ 114 100,9 juta, yang terdiri dari ekspor migas sebesar US$ 22 088,6 juta dan ekspor non migas sebesar US$ 92 012,3 juta atau masing-masing meningkat sebesar 4,09 persen dan 15,62 persen. Sementara impor Indonesia secara keseluruhan tercatat sebesar US$ 74 473,4 juta pada tahun 2007 atau meningkat 21,96 persen dibanding tahun sebelumnya. Impor migas mencapai US$ 21 932,8 juta atau naik 15,66 persen, sedangkan impor non migas mencapai US$


(19)

52 540,6 juta atau meningkat sebesar 24,79 persen (BPS, 2007). Selengkapnya neraca perdagangan luar negeri Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Neraca Perdagangan Luar Negeri Indonesia Tahun 1993-2007 (dalam Juta US$)

Tahun Ekspor Impor Neraca

Total Non Migas Total Non Migas Total Non Migas

1993 36,823.0 27,077.2 28,327.8 26,157.2 8,495.2 920.0 1994 40,053.4 30,359.8 31,983.5 29,616.1 8,069.9 743.7 1995 45,418.0 34,953.6 40,628.7 37,717.9 4,789.3 -2,764.3 1996 49,814.8 38,092.9 42,928.5 39,333.0 6,886.3 -1,240.1 1997 53,443.6 41,824.0 41,679.8 37,755.7 11,763.8 4,068.3 1998 48,847.6 40,975.5 27,336.9 24,683.2 21,510.7 16,292.3 1999 48,665.4 38,873.2 24,003.3 20,322.2 24,662.1 18,551.0 2000 62,124.0 47,757.4 33,514.8 27,495.3 28,609.2 20,262.1 2001 56,320.9 49,684.6 30,962.1 25,490.3 25,358.8 24,194.3 2002 57,158.8 45,046.1 31,288.9 24,763.1 25,869.9 20,283.0 2003 61,058.2 47,406.8 32,550.7 24,939.8 28,507.5 22,467.0 2004 71,584.6 55,939.3 46,524.5 34,792.5 25,060.1 21,146.8 2005 85,660.0 66,428.4 57,700.9 40,243.2 27,959.1 26,185.2 2006 100,798.6 79,578.7 61,065.5 42,102.6 39,733.1 37,476.1 2007 114,100.9 92,012.3 74,473.4 52,540.6 39,627.5 39,471.7 Sumber : BPS, 2007

Salah satu komoditas pertanian yang memiliki nilai tambah dan sangat potensial untuk dikembangkan adalah jagung. Jagung merupakan kebutuhan kedua terbesar setelah beras. Seiring dengan pesatnya perkembangan industri ternak membuat semakin tingginya permintaan akan jagung sebagai bahan baku pakan ternak. Selain itu, nilai tambah yang dapat diambil dari jagung adalah sebagai bahan baku industri olahan.

Pemerintah Indonesia telah mencanangkan swasembada jagung pada 2007, dengan target produksi 15 juta ton karena kebutuhan konsumsi dan industri pakan ternak yang melonjak. Produksi jagung dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2005 mengalami peningkatan yang diiringi dengan tanaman pangan lainnya yang


(20)

3

merupakan tanaman pangan kedua setelah beras. Peningkatan produksi tanaman pangan dan palawija dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Produksi Tanaman Pangan dan Palawija Indonesia Tahun 2002-2005 (dalam satuan Ton)

Tahun Jagung Kacang

Kedelai

Kacang Kacang Hijau

Ubi Kayu Kentang 2002 9.654.105 673.056 718.071 288.089 16.913.104 1.771.642 2003 10.886.442 671.600 785.526 335.224 18.523.810 1.991.478 2004 11.225.243 723.483 837.495 310.412 19.424.707 1.901.802 2005 12.523.894 808.353 836.295 320.963 19.321.183 1.856.969 Sumber : Departemen Pertanian, 2005

Seiring dengan meningkatnya jumlah produksi jagung di Indonesia, maka keragaan ekspor jagung mengalami peningkatan pula. Disamping itu juga, keragaan impor jagung mengalami peningkatan. Ekspor dan impor jagung yang dilakukan merupakan jenis jagung yang diperdagangkan dengan seri 1005. Perkembangan ekspor dan impor jagung dalam kurun waktu 19 tahun dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Perkembangan Ekspor dan Impor Jagung 1005 di Indonesia Tahun 1990-2008 (dalam satuan ton)

Tahun Ekspor Impor Tahun Ekspor Impor

1990 1,418,335.2 9,050 2000 28,066 1,264,575

1991 33,222 323,263 2001 90,474 1,035,797

1992 149,694.8 55,876 2002 16,306 1,154,063

1993 60,837 494,470 2003 33,691 1,345,446

1994 37,441 973,968 2004 32,679 1,088,928

1995 79,144 973,968 2005 54,009 185,957

1996 26,830 616,941 2006 28,074 1,775,321

1997 18,957 1,098,354 2007 101,740 701,953

1998 624,942 299,917 2008 107,001 286,541

1999 90,647 618,060

Sumber : Departemen Pertanian, 2008, FAO1 dan UN Comtrade2

1

www.fao.org 2 www.comtrade.un.or


(21)

Dari data yang tersaji pada Tabel 3 menunjukkan bahwa ekspor jagung Indonesia cenderung fluktuatif dibandingkan dengan jumlah impor jagung Indonesia yang cenderung mengalami peningkatan. Kondisi tersebut dapat menunjukkan bahwa impor jagung seri 1005 di Indonesia semakin meningkat disebabkan oleh kebutuhan jagung domestik yang digunakan sebagai kebutuhan bahan baku industri.

Fluktuatifnya jumlah ekspor jagung Indonesia di pasar internasional menunjukkan bahwa jagung yang di ekspor Indonesia dengan jenis jagung seri 1005 masih sangat minim. Hal ini disebabkan oleh jumlah kebutuhan jagung di Indonesia lebih tinggi dibandingkan jumlah jagung yang di ekspor ke pasar internasional.

Jumlah produksi jagung di Indonesia masih sangat rendah dibandingkan dengan negara produsen utama jagung dunia. Berdasarkan data BPS (2007) produktivitas jagung di Indonesia baru mencapai 3,7 ton/ha. Untuk lebih jelas perbandingan produktivitas jagung Indonesia dengan negara-negara produsen jagung dunia menurut data FAO (2006) dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1.1. Produsen Utama Jagung Dunia Sumber : BPS (2007)

Gambar 1. Negara Produsen Jagung Dunia Sumber : Departemen Pertanian, 2007


(22)

5

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang telah membuka diri untuk ikut ambil bagian dalam perdagangan internasional dan dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang sangat cepat, maka dituntut untuk bisa ikut bersaing di dalamnya. Oleh karenanya, diperlukan strategi pertumbuhan ekspor yang kuat dan tangguh yang dapat tercapai bila produk ekspor yang pada dasarnya ditujukan untuk menciptakan struktur ekspor yang kuat dan tangguh tersebut telah semakin beragam, penyebaran pasar makin luas dan pelakunya juga semakin banyak.

Perkembangan ekspor hasil pertanian Indonesia selama periode 2002-2007 sangat fluktuatif. Pada tahun 2003 dan 2004 nilai ekspor pertanian Indonesia mengalami penurunan, masing-masing sebesar 1,64 persen dan 1,19 persen. Keadaan tersebut terjadi karena produk pertanian Indonesia masih kalah bersaing di pasar ekspor dengan negara lain, seperti China yang mulai aktif melakukan ekspansi di sektor pertanian. Meskipun masih dalam kondisi persaingan ketat dengan negara lain, ekspor hasil pertanian mulai menunjukkan titik cerah kembali pada tahun 2005 yang mengalami peningkatan ekspor sebesar 15,39 persen dan pada tahun 2006 mengalami kenaikan hingga 16,82 persen. Demikian juga halnya pada tahun 2007 yang secara relatif mengalami kenaikan sebesar 8,2 persen dibanding tahun 2006 atau telah menambah pasokan devisa senilai US$ 276,3 juta (BPS, 2007).

Indonesia berpeluang memasok jagung di pasar dunia karena kondisi pasar internasional masih sangat terbuka dan menjadi peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan produksi jagung dan menggenjot ekspor. Hal ini terlihat dari tingkat permintaan jagung untuk memenuhi kebutuhan industri makanan maupun industri pakan ternak. Total produksi jagung di tingkat dunia 690 juta ton, 40


(23)

persen di antaranya kontribusi AS, 20 persen dari China, 7 persen dari Uni Eropa dan Brasil sebanyak 6 persen. Sedangkan pemakaian jagung untuk etanol khususnya di AS, pada 2005 mencapai 50 juta ton atau 20 persen dari kebutuhan jagung nasional, sementara untuk 2006 naik menjadi 55 juta ton (22 persen) dan pada 2008 diperkirakan meningkat menjadi 82 juta ton (30 persen)3.

Pada saat-saat tertentu Indonesia mengimpor jagung cukup tinggi, tetapi saat-saat lain (musim panen raya) Indonesia juga mengekspor jagung ke beberapa negara Asia. Volume dan nilai ekspor jagung Indonesia selama dua dekade terakhir meningkat dengan laju 354 persen dan 239 persen per tahun. Laju peningkatan ekspor jagung Indonesia sebelum krisis rata-rata hanya 69 840 ton ($ 9,1 juta) per tahun, dan setelah krisis menjadi 234 572 ton ($ 24,58 juta) per tahun. Fenomena inilah yang dapat menggambarkan prospek dan kemampuan daya saing komoditi jagung Indonesia di masa yang akan datang4.

1.2. Perumusan Masalah

Situasi dan kondisi pangan dunia saat ini terjadi, bahkan dapat dikatakan menuju krisis, hal ini terjadi karena pasokan pangan ke pasar dunia cenderung berkurang sebagai akibat adanya kenaikan harga bahan bakar minyak yang tajam. Pertumbuhan pembangunan yang pesat di India dan China yang termasuk dalam empat besar negara berpenduduk terbesar di dunia, serta dampak global warming turut berpengaruh terhadap penyediaan pangan5.

Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan teknologi tertentu di bidang komunikasi dan informasi telah mengakibatkan

3

Martin Sihombing, Indonesia berpotensi kuasai pasar jagung. Monday, 22 January 2007 4

www.sinartani.com. 5 Op cit.


(24)

7

menyatunya pasar domestik dengan pasar internasional. Perkembangan perekonomian Indonesia tidak terlepas dari perubahan perekonomian di negara lain. Oleh karena itu, arah kebijaksanaan di bidang perdagangan ekspor ditujukan untuk meningkatkan ekspor barang khususnya komoditi pertanian dengan berbagai upaya, seperti meningkatkan daya saing dan penganekaragaman produk.

Perubahan rejim pasar komoditas pertanian yang mengarah pada pasar bebas membawa konsekuensi harga komoditas pertanian, khususnya pangan di pasar domestik semakin terbuka terhadap gejolak pasar internasional. Dengan pengertian lain, harga komoditas pangan di pasar dunia secara langsung akan mempengaruhi harga komoditas pangan domestik. Jagung sebagai salah satu komoditas pangan, maka dinamika harganya tidak terlepas dari arah kebijakan perdagangan, pasar komoditas pangan dunia, stabilitas harga dan fluktuasi nilai tukar. Akumulasi perubahan dari berbagai aspek tersebut secara simultan akan mempengaruhi dinamika harga komoditas jagung domestik.

Krisis global dan krisis energi yang melanda dunia, mempengaruhi kebijakan negara-negara pengekspor jagung utama dunia seperti Amerika Serikat, Mexico, Argentina dan Brasil. Setelah krisis, negara pengekspor jagung tersebut, kini menahan produknya untuk digunakan sebagai bahan baku energi alternatif di negara masing-masing. Kondisi ini menjadi peluang yang sangat besar bagi Indonesia6 untuk dapat mempertahankan pangsa pasar jagung di Malaysia.

Perkembangan ekspor jagung ke negara tujuan salah satunya adalah Malaysia sangat berfluktuatif. Malaysia merupakan pasar yang sangat potensial jika dibandingkan dengan negara tujuan ekspor jagung lainnya, karena tingkat permintaan jagung di pasar Malaysia lebih tinggi dibandingkan negara tujuan


(25)

lainnya. Disamping itu juga jumlah ekspor jagung dunia di pasar Malaysia lebih tinggi dibandingkan jumlah ekspor jagung dunia di negara tujuan ekspor lainnya.

Malaysia merupakan pangsa pasar jagung Indonesia di kawasan ASEAN yang memiliki prospek potensial. Berdasarkan data pada Gambar 2 dan Gambar 3 menjelaskan bahwa baik dari jumlah jagung yang diekspor maupun nilai ekspor jagung memiliki jumlah dan nilai yang tinggi dibandingkan dengan negara tujuan ekspor jagung lainnya. Nilai ekspor jagung Indonesia di pasar Malaysia yang paling tinggi terjadi pada tahun 1998 sebesar US$ 42 265 616 dengan jumlah jagung yang diekspor sebanyak 410 177 ton. Perkembangan volume ekspor jagung Indonesia di pasar Malaysia dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Perkembangan Ekspor Jagung Indonesia di Pasar Malaysia Sumber : Departemen Pertanian, 2008 dan Comtrade, 2009

Gambar 3. Perkembangan Nilai Ekspor Jagung Indonesia di Pasar Malaysia Sumber : Departemen Pertanian, 2008 dan Comtrade, 2009


(26)

9

Kondisi permintaan jagung di pasar Malaysia tersebut membuat Indonesia untuk mempertahankan Malaysia sebagai pangsa pasar yang sangat potensial. Walaupun, keragaan ekspor jagung dunia di pasar Malaysia tidak hanya menerima pasokan jagung dari Indonesia. Tingginya permintaan jagung di pasar Malaysia membuat negara-negara di dunia untuk turut serta memperdagangkan jagung ke pasar Malaysia, sehingga menjadikan posisi pasar Malaysia sebagai pasar persaingan sempurna. Hal inilah yang membuat Indonesia untuk mengambil bagian dan mempertahankan posisinya di pasar Malaysia, sehingga sangatlah perlu untuk dilakukan penelitian mengenai daya saing jagung Indonesia di pasar Malaysia.

Berbagai upaya meningkatkan daya saing jagung perlu untuk segera ditingkatkan agar jagung Indonesia memiliki keunggulan komparatif bahkan menghilangkan ketergantungan impor jagung. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar produksi jagung Indonesia dapat lebih ditingkatkan dan mampu berdaya saing adalah berawal dari produksi yang kemudian ditawarkan di pasar internasional.

Seiring dengan upaya peningkatan jumlah ekspor, impor jagung Indonesia juga relatif meningkat dari tahun ke tahun, meskipun kondisi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika memiliki kecenderungan terdepresiasi juga perlu untuk segera teratasi. Ekspor jagung Indonesia dihadapkan pada tantangan dan permasalahan yang kemudian dapat menyebabkan berfluktuasinya volume ekspor jagung. Fluktuasi ini dapat mengakibatkan resiko terhadap kelanjutan perkembangan ekspor jagung.


(27)

Era perdagangan bebas dengan menguatnya arus globalisasi menuntut suatu negara untuk meningkatkan produk-produk yang memiliki keunggulan bersaing. Kondisi ini memperlihatkan bahwa kondisi komoditi yang diekspor harus lebih tinggi dibandingkan dengan komoditi yang diimpor. Pengaruh akan dimulainya perdagangan bebas terutama negara-negara ASEAN adalah diterapkannya AFTA. Liberalisasi perdagangan AFTA yang berlaku sejak 1 Agustus 2003 menyebabkan makin terbukanya pasar di kawasan ASEAN dan makin tajamnya persaingan antar negara di kawasan ini.

Komoditi pertanian yang mempunyai daya saing tinggi akan mampu eksis dan terus berkembang sehingga ekspor negara-negara ASEAN (termasuk Indonesia) akan makin besar yang selanjutnya akan dapat mendorong produksi dalam negeri serta meningkatkan pendapatan petani, kesempatan kerja, dan devisa negara. Bagi Indonesia, manfaat positif yang diharapkan dari liberalisasi perdagangan AFTA ini adalah kontribusinya bagi proses pemulihan ekonomi nasional dari krisis.

Berdasarkan informasi tersebut yang diiringi dengan proses penyejagatan ekonomi di tingkat dunia, maka masalah perdagangan jagung di Indonesia tidak terlepas dari situasi perdagangan jagung di tingkat internasional, nasional, dan regional. Oleh sebab itu maka daya saing jagung Indonesia perlu untuk diteliti dan diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi volume ekspor jagung Indonesia.

Dengan demikian, berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, mencakup:


(28)

11

1. Apakah Indonesia memiliki daya saing untuk komoditi jagung di pasar Malaysia pada saat pra dan pasca krisis ekonomi?

2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi secara signifikan kinerja ekspor jagung Indonesia di pasar Malaysia pada saat pra dan pasca krisis ekonomi?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan yang telah tertuang di atas, maka tujuan penelitian ini adalah, sebagai berikut :

1. Menganalisis daya saing ekspor jagung Indonesia di pasar Malaysia pada saat pra dan pasca krisis ekonomi.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor jagung Indonesia di pasar Malaysia pada saat pra dan pasca krisis ekonomi.

1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Sehubungan dengan keterbatasan waktu, ketersediaan data serta kemampuan dalam melakukan penelitian, maka ruang lingkup penelitian ini terbatas pada :

1. Penelitian ini mengukur daya saing komoditi jagung Indonesia dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor jagung Indonesia di pasar Malaysia sebagai salah satu negara tujuan ekspor jagung.

2. Data jumlah jagung yang diekspor tidak dibedakan berdasarkan jenis jagung maupun dalam bentuk jagung olahan maupun jagung segar di Indonesia.


(29)

1.5. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini dapat bermanfaat dalam memberikan informasi kepada berbagai pihak mengenai daya saing jagung Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga dapat memberikan informasi tentang bagaimana factor-faktor yang mempengaruhi secara signifikan terhadap kinerja ekspor jagung Indonesia. Adapun secara khusus, kegunaan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada:

1. Pemerintah sebagai decision maker dalam penetapan kebijakan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai kondisi daya saing jagung Indonesia. Dengan demikian, dapat berguna sebagai bahan masukan dalam pembuatan kebijakan yang mendukung kegiatan perdagangan jagung.

2. Bagi pelaku ekonomi, baik petani maupun pelaku pasar, diharapkan penelitian ini dapat menambah informasi dalam merencanakan pengembangan agribisnis jagung dan dapat menjadi masukan dalam penerapan strategi yang akan dijalankan pada masa kini dan masa yang akan datang.

3. Penulis dan khalayak pembaca, penelitian ini dapat menjadi sarana pembelajaran dalam menganalisis daya saing dan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor jagung Indonesia. Selain itu, dapat dijadikan sebagai bahan literature dalam penelitian-penelitian selanjutnya.


(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran Umum Komoditi Jagung

Tanaman jagung termasuk dalam ordo Tripsoseae, famili rumput-rumputan (Graminae), sub famili Panicoidae dan genus Zea. Panjang batangnya 25-650 cm, tergantung pada tipe-nya, daun bertulang sejajar dan terbentuk pada masing-masing buku, helai daun tipis, datar dan tengah melebar. Jagung mempunyai perakaran serabut yang terdiri dari akar seminal, akar koronal, dan akar nafas. Akar seminal adalah akar yang tumbuh ke bawah, akar kononal adalah akar yang tumbuh ke arah atas dan akar nafas adalah akar yang tumbuh dari buku-buku di permukaan tanah (Suciany, 2007).

Tanaman jagung berasal dari dataran tinggi Peru, Equador, Bolivia, dan Meksiko bagian selatan dan Amerika Tengah, yang merupakan komoditi pertanian unggulan yang berprospek tinggi. Tanaman ini banyak ditanam di ladang-ladang yang berhawa sedang dan panas sebagai tanaman bahan makanan daerah setempat dan bahan makanan untuk ternak. Sebagai bahan makanan, jagung mengandung za-zat: gula, kalium, asam jagung dan minyak lemak. Buah yang masih muda banyak mengandung protein, lemak, kalsium, fosfor besi, belerang, vitamin A, B2, B6, C, dan K. rambutnya mengandung minyak lemak, damar, gula, asam maisenat, dan garam-garam mineral. Biji buah jagung biasanya dibuat tepung jagung atau maizena (Suroso, 2006).

Jagung merupakan tanaman semusim yang tinggi, biasanya dengan batang tegak yang dominan, walaupun ada beberapa cabang pangkal (anakan) pada beberapa genotip dan lingkungan. Kedudukan daun distik (dua baris daun tunggal yang keluar dalam kedudukan berselang), dengan pelapah-pelapah daun yang


(31)

saling bertindih dan daun-daunnya lebar yang relatif panjang. Jagung merupakan salah satu species pertama yang ditunjukkan memiliki lintasan fotosistesis asam dikarbonat C4.

Secara mikro konsumsi jagung sebagai bahan makanan pada umumnya lebih banyak dilakukan oleh masyarakat desa dibanding masyarakat kota. Sudaryanto et al dalam Imron (2007) bahwa konsumsi jagung masyarakat pedesaan mencapai 8,63 kg/th dan masyarakat perkotaan hanya 0,92 kg/th. Ini berarti masyarakat desa mengkonsumsi jagung lebih banyak dibanding masyarakat kota. Selain itu, masyarakat Indonesia juga mengkonsumsi jagung dalam bentuk yang lain, seperti jagung basa berkelobot, jagung bakar, jagung sayur.

Jagung (Zea mays) merupakan salah satu serealia yang strategis dan bernilai ekonomis serta mempunyai peluang untuk dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras. Hampir seluruh bagian tanaman jagung dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan. Batang dan daun tanaman yang masih muda dapat digunakan untuk pakan ternak, yang tua (setelah dipanen) dapat digunakan untuk pupuk hijau atau kompos6.

Saat ini cukup banyak yang memanfaatkan batang jagung untuk kertas. Harganya cukup menarik seiring dengan kenaikan harga bahan baku kertas berupa pulp. Buah jagung yang masih muda banyak digunakan sebagai sayuran, perkedel,

6

Siwi Purwanto. 2007. Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Diakses tanggal 15 Maret 2008.


(32)

15

bakwan, dan sebagainya. Kegunaan lain dari jagung adalah sebagai pakan ternak, bahan baku farmasi, dextrin, perekat, tekstil, minyak goreng, dan etanol7.

2.2. Kajian Penelitian Terdahulu 2.2.1 Penelitian Tentang Jagung

Wibowo (2008) melakukan penelitian tentang analisis keunggulan komparatif dan kompetitif pengusahaan komoditi jagung di Kabupaten Grobogan. Tujuan penelitian tersebut adalah menganalisis keunggulan komparatif dan kompetitif usahatani jagung apabila diusakan di dalam negeri, dan menganalisis perubahan yang terjadi terhadap keunggulan komparatif dan kompetitif jika terjadi perubahan harga output dan harga input. Metode penelitian yang digunakan berupa Matriks Analisis Kebijakan (PAM) dan Analisis Diamont Porter.

Berdasarkan hasil analisis matriks PAM, pengusahaan komoditi jagung I Desa Panunggalan memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif atau berdayasaing. Hal ini ditunjukkan oleh keuntungan privat dan keuntungan social yang positif. Selain itu, nilai PCR dan DRC juga lebih kecil dari satu yang mengindikasikan bahwa pengusahaan komoditi jagung memiliki daya saing. Adapun untuk kebijakan pemerintah yang berlaku dalam pengusahaan komoditi jagung hanya kebijakan terhadap input yang memberikan proteksi terhadap petani yang berupa subsidi positif terhadap input.

Adanya perubahan terhadap harga input dan harga output juga mempengaruhi keunggulan kompraratif dan kompetitif atau berdayasaing pengusahan komoditi jagung di Desa Panunggalan. Berdasarkan lima hasil analisis sensitivitas, semuanya berpengaruh terhadap penurunan jagung tetap


(33)

menguntungkan, basic secara finansial maupun ekonomi, serta tetap berdaya saing. Dari hasil analisis sensitivitas dengan perubahan satu variabel, yang memiliki pengaruh paling besar terhadap daya saing pengusahaan komoditi jagung adalah ketika terjadi perubahan harga output. Hal in mengindikasikan bahwa harga output dalam pengusahaan komoditi jagung di Desa Panunggalan masih memegang peranan yang sangat penting dalam memberikan konstribusi terhadap keuntungan usahatani. Adapun untuk Analisis Porter, secara keseluruhan hasilnya menunjukkan bahwa kondisi yang ada di daerah penelitian mengukung peningkatan daya saing pengusahaan komoditi jagung di daerah penelitian, khususnya untuk keunggulan kompetitifnya.

Timor (2008) melakukan penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan impor jagung di Indonesia. Penelitian tersebut bertujuan untuk (1) mengkaji perkembangan produksi, konsumsi, dan impor jagung di Indonesia, (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung di Indonesia, dan (3) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor jagung di Indonesia. Metode yang digunakan adalah Two-Stage Last Square (2SLS) dan model persaman simultan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan produksi jagung di Indonesia disebabkan oleh peningkatan luas areal dan produktivitas jagung. Luas areal mengalami peningkatan secara fluktuatif dan terkonsentrasi di Pulau Jawa, disamping itu terjadi pergeseran dari lahan kering ke lahan sawah beririgasi pada musim kemarau. Produktivitas jagung di Indonesia masih relatif rendah karena system usaha tani belum optimal, yaitu sebagian besar petani masih menggunakan


(34)

17

benih varietas jagung lokal, penggunaan pupuk yang belum berimbang, dan masih terbatasnya penggunaan pestisida untuk pengendalian hama.

Hasil estimasi diperoleh pada taraf nyata lima persen. Untuk persamaan luas areal panen, variabel yang berpengaruh nyata adalah harga riil jagung di tingkat produsen, harga riil kedelai, tingkat suku bunga kredit, dan luas areal panen tahun sebelumnya yang berpengaruh nyata. Variabel harga riil jagung di tingkat produsen, tingkat inflasi, dan harga riil jagung lokal tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap harga riil jagung lokal, sementara variabel harga impor jagung dan jumlah impor jagung tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap jumlah impor jagung Indonesia. Terdapat beberapa variabel yang berpengaruh nyata tetapi tidak sesuai dengan teori ekonomi (hipotesis), yaitu tingkat suku bunga kredit, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan tarif impor jagung.

Imron (2007) melakukan penelitian tentang dampak kebijakan ekonomi dan perubahan faktor eksternal terhadap kinerja pasar jagung dan produk turunannya. Imron mengemukakan tujuan penelitian tersebut, adalah (1) menganalisis keragaan pasar jagung dan produk turunannya, (2) menganalisis dampak kebijakan ekonomi dan perubahan faktor eksternal terhadap kinerja pasar jagung dan produk turunannya, dan (3) menganalisis dampak kebijakan ekonomi dan perubahan faktor eksternal terhadap kesejahteraan masyarakat selaku pelaku pasar jagung dan produk turunannya. Penelitian tersebut menggunakan data time series tahun 1980-2001 dan dianalisis melalui pendekatan ekonometrika. Model terdiri dari 46 persamaan structural dan 10 persamaan identitas. Pendugaan parameter dilakukan dengan metode 2SLS (Two-Stage Last Square).


(35)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Model Ekonometrika Pasar Jagung dan Produk Turunannya di Indonesia yang dibangun dalam penelitian ini mampu dengan baik menjelaskan perilaku pasar jagung, pasar pakan, pasar telur ayam, dan pasar daging ayam. Berbagai alternatif kebijakan dan perubahan faktor eksternal berhasil disimulasikan secara menyeluruh. Pada periode 2007-2010, kebijakan kredit KKP, pemberian subsidi pupuk, dan kombinasi antara kebijakan swasembada, kredit KKP, dan subsidi pupuk, serta kebijakan intensifikasi jagung akan dapat meningkatkan produk jagung, pakan ternak, daging ayam, dan telur ayam. Sementara kebijakan nilai tukar rupiah sesuai dengan APBN 2007, justru akan menurunkan produksi jagung, pakan ternak, daging dan telur ayam. Kebijakan liberalisasi perdagangan jagung dan pengenaan tarif impor jagung mampu meningkatkan produksi jagung, namun menurunkan produksi pakan, daging ayam, dan telur ayam, sehingga harga ketiganya meningkat. Kebijakan swasembada plus dan intensifikasi usahatani jagung mempunyai dampak yang lebih besar terhadap peningkatan kinerja pasar jagung dan produk turunannya, dibanding kebijakan yang lain.

Suciany (2007) melakukan penelitian tentang analisis keunggulan komparatif dan kompetitif usahatani jagung dengan analisis biaya sumberdaya domestik (BSD), studi kasus di Desa Karyamukti, Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut, Propinsi Jawa Barat. Tujuan penelitian untuk (1) mengetahui tingka pendapatan usahatani jagung, (2) menganalisis keunggulan komparatif dan kompatitif usahatani jagung, (3) menganalisis pengaruh perubahan harga input dan output terhadap keunggulan komparatif dan kompetitif usahatani jagung.


(36)

19

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis pendapatan usahatani dan analisis Biaya Sumberdaya Domestik (BSD).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total yang dihasilkan petani jagung golongan pemilik lahan ≤ 0,5 hektar adalah Rp 6 070 315,86 dan Rp 3 941 479,52 sedangkan bagi golongan petani pemilik lahan > 0,5 hektar sebesar Rp 6 995 528,92 dan 4 583 024,22. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani jagung di Desa Karyamukti menguntungkan untuk diusahakan karena nilai pendapatan yang diperoleh bernilai positif. Hasil analisis imbangan penerimaan biaya atau R/C atas biaya tunai dan total untuk golongan petani pemilik lahan ≤ 0,5 hektar masing-masing sebesar 4,67 dan 2,04 sedangkan R/C rasio atas biaya tunai dan total untuk golongan petani pemilik lahan > 0,5 hektar masing-masing 4,38 dan 2,02. Nilai R/C rasio yang diperoleh petani pemilik lahan > 0,5 hektar lebih kecil dibandingkan golongan petani pemilik lahan ≤ 0,5 hektar. Hal ini menunjukkan bahwa penerimaan yang diperoleh petani pemilik lahan ≤ 0,5 hektar lebih efisien, karena penerimaan per biaya yang diperoleh lebih besar dari golongan petani pemilik lahan > 0,5 hektar.

Analisis keunggulan komparatif terlihat bahwa nilai KBSD usahatani jagung bernilai kurang dari satu, yaitu sebesar 0,302. Hal ini menunjukkan bahwa sumberdaya domestik yang digunakan dalam pengusahaan jagung di Desa Karyamukti efisien secara ekonomi untuk menghemat satu satuan devisa dan mencerminkan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh komoditi jagung. Hasil analisis dari keunggulan komparatif menunjukkan bahwa usahatani jagung di Desa Karyamukti menghasilkan nilai KBSD yang lebih kecil dari satu, yaitu


(37)

sebesar 0,429. Nilai KBSD tersebut menggambarkan bahwa pengusahaan jagung di Desa Karyakumti mempunyai keunggulan kompetitif dan menguntungkan secara finansial dalam menggunakan sumberdaya domestik.

2.2.2 Penelitian Tentang Daya Saing

Kurniawan (2008) melakukan penelitian tentang analisis efisiensi dan daya saing usahatani jagung pada lahan kering di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Penelitian tersebut bertujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung dan tingkat efisiensi teknis dan alokatif usahatani lahan kering dengan menggunakan fungsi produksi stochastic frontier dan fungsi biaya dual, dan menganalisis daya saing (keunggulan kompetitif dan komparatif) usahatani jagung lahan kering dan pengaruh efisiensi terhadap daya saing di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan dengan menggunakan Policy Analytic Matrix (PAM).

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara statistic variabel luas lahan, benih, pupuk organik, pupuk P, pestisida, tenaga kerja, dan pengolahan tanah ditemukan berpengaruh nyata terhadap produksi jagung pada taraf nyata lima persen, sedangkan pupuk N dan K tidak berpengaruh nyata. Hal ini diduga karena penggunaan pupuk N diduga sudah berlebihan. Efisiensi teknis dianalisis dengan menggunakan model fungsi produksi stochastic frontier. Nilai indeks efisiensi teknis hasil analisis dikategorikan efisiensi jika lebih besar dari 0.8 karena daerah penelitian merupakan sentra produksi jagung di Kalimantan Selatan. Rata-rata efisiensiteknis petani di daerah penelitian adalah 0.887 dengan jumlah petani yang memiliki nilai efisiensi teknis lebih besar dari 0.8 adalah 89,48 persen.


(38)

21

Efisiensi alokatif dianalisis dengan menggunakan model fungsi biaya dual frontier yang diturunkan dari fungsi produksi frontier. Rata-rata efisiensi alokatif adalah 0.566. Rendahnya efisiensi alokatif ini menyebabkan efisiensi ekonomis juga rendah, yaitu 0.498. Salah satu penyebab rendahnya efisiensi alokatif ini adalah penggunaan pupuk urea yang berlebihan. Penurunan penggunaan pupuk urea dari 447.51 kg per hektar menjadi 400 per hektar menyebabkan kenaikan efisiensi alokatif menjadi 0.518 dan efisiensi ekonomis menjadi 0.512.

Analisis daya saing dilakukan dengan menggunakan criteria PCR dan DRC. Berdasarkan nilai PCR dan DRC yang kurang dari satu, artinya jagung di daerah penelitian memilki daya saing sebagai subsitusi impor. Hal ini dapat dilihat dari terserapnya semua hasil produksi jagung di pasar lokal, sedangkan jagung impor hanya masuk ke pasar local saat paceklik.

Penelitian yang dilakukan oleh Amaliah (2008) tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya siang dan impor susu Indonesia periode 1976-2005. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing susu domestik di tengah serbuan impor susu pasca penghapusan kebijakan rasio impor dengan menggunakan metode Porter’s Diamond, dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor susu baik dalam jangka panjang maupun pendek dengan menggunakan metode Engle-Granger Cointegration dan Error Correction Model (ECM).

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi daya saing susu domestik melalui pendekatan Porter’s Diamond menghasilkan implikasi penelitian bahwa kelemahan mendasar daya saing susu domestik terletak pada kondisi faktor. Skala usaha yang tidak ekonomis dengan bentuk usaha


(39)

perseorangan dan rata-rata kepemilikan sapi perah sebanyak tiga sampai empat ekor, komposisi ketenagakerjaan yang didominasi pekerja harian dengan tingkat pendidikan rendah, dan teknologi yang bersifat konvensional berkontribusi terhadap rendahnya kapasitas produksi susu domestik. Sebaliknya, faktor yang diduga berkontribusi besar terhadap kondisi daya saing adalah kondisi permintaan. Permintaan akan susu domestik sebagai permintaan turunan atas produk susu olahan distimulasi oleh peningkatan pendapatan per kapita masyarakat, peningkatan populasi dan urbanisasi, peningkatan awareness akan manfaat susu, dan peningkatan persaingan antar IPS untuk menghasilkan produk susu olahan yang terdiferensiasi sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen.

Impor susu Indonesia dari sisi permintaan (import demand) pada jangka panjang dipengaruhi secara signifikan oleh harga riil susu impor, harga riil susu domestik, nilai tukar riil rupiah, dan pendapatan per kapita dan pengaruh yang dapat diidentifikasi dalam persamaan tersebut konsisten dengan hipotesis penelitian yang diajukan. Produksi susu domestik tidak mempengaruhi impor susu impor lag pertama, pendapatan per kapita saat ini dan lag ketiga, nilai tukar riil rupiah pada lag kedua serta dummy penghapusan kebijakan rasio impor. Harga riil susu domestik tidak berpengaruh terhadap impor karena bargaining position GKSI masih lemah dalam negosiasi penetapan harga dengan IPS.

Zulkarnaini (2007) melakukan penelitian tentang analisis daya saing buah pisang (Musa paradisiacal L.) di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Penelitian tersebut bertujuan (1) menganalisis daya saing (keunggulan kompetitif dan komparatif) pengusahaan buah pisang di Kabupaten Cianjur, (2) menganalisis


(40)

23

faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing pengusahaan buah pisang di Kabupaten Cianjur, dan (3) menganalisis kebijakan pemerintah serta pengaruh perubahan harga bayangan dan harga aktual dari input dan output terhadap keunggulan komparatif dan kompetitif pengusahaan buah pisang di Kabupaten Cianjur. Metode yang digunakan adalah Policy Analysis Matrix (PAM).

Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengusahaan pisang di lokasi penelitian memiliki daya saing (keunggulan kompetitif dan komparatif). Hal ini tercermin pada nilai koefisien Rasio Biaya Privat (PCR) dan Biaya Sumberdaya Domestik (DRC) yang kurang dari satu di lokasi penelitian. Artinya, pengusahaan pisang di lokasi penelitian baik petani binaan maupun non binaan mempunyai keunggulan kompetitif dan komparatif sehingga layak untuk diusahakan dan dikembangkan dengan kondisi ada atau tidak adanya kebijakan atau intervensi dari pemerintah.

Ernawati (2007) melakukan penelitian tentang analisis daya saing dan strategi pengembangan agribisnis anggrek di DKI Jakarta. Penelitian tersebut bertujuan (1) menganalisis kondisi daya saing agribisnis anggrek DKI Jakarta, (2) mengidentifikasi faktor lingkungan internal dan eksternal yang penting untuk dipertimbangkan dalam penyusunan alternatif strategi pengembangan agribisnis anggrek di DKI Jakarta, dan (3) merumuskan alternatif strategi pengembangan agribisnis anggrek dan identifikasi berdasarkan skala prioritasnya di DKI Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) untuk memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mendukung daya saing dari jenis-jenis anggrek, dan Analisis SWOT digunakan


(41)

untuk mengetahui lingkungan eksternal dan internal dan analisis QSPM digunakan untuk memilih alternatif strategi-strategi pengembangan.

Dari hasil penelitian tersebut dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) diperoleh bahwa jenis Anggrek Dendrobium memiliki rangking atau prioritas tertinggi dibanding alternatif prioritas lainnya, setelah itu jenis Anggrek Phalaenopsis menjadi pesaing utama Dendrobium, kemudian disusul dengan jenis Anthurium dan Anggrek Cattleya, pesaing lainnya yaitu jenis Anggrek Vanda, Anggrek Oncidium, Melati dan Mawar. Begitupun dengan jenis Gladiol dan Palem menjadi pesaing terjauh Anggrek Dendrobium.

Hasil analisis matriks SWOT berupa strategi Strengths-Opportunities (SO) yang dipilih, yaitu Strategi 1, Strategi 2, dan Strategi 3. Sedangkan strategi Weaknesses- Opportunities (WO) strategi yang dipilih, yaitu Strategi 4, Strategi 5, dan Strategi 7. Selain itu, strategi Weaknesses-Threats (WT) strategi yang dipilih, yaitu Strategi 8, dan Strategi 9. Dari hasil analisis matriks QSPM diperoleh empat strategi yang terpilih untuk membuat program agribisnis anggrek di DKI Jakarta. 2.2.3 Penelitian Tentang Revealed Comparative Advantage

Penelitian yang dilakukan oleh Kartikasari (2008) tentang analisis daya saing komoditi tanaman hias dan aliran perdagangan anggrek di pasar internasional. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengukur daya saing komoditi tanaman hias Indonesia dengan Thailand di pasar Jepang, Korea, Singapura, Amerika Serikat, dan Belanda serta menganalisis aliran perdagangan dan mengidentifiasi faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor anggrek sebagai komoditi tanaman hias yang diunggulkan Indonesia ke negara-negara tujuan.


(42)

25

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Revealed Comparative Advantage untuk mengukur tingkat daya saing komoditi tanaman hias Indonesia di di pasar Jepang, Korea, Singapura, Amerika Serikat, dan Belanda dibandingkan dengan Thailand sebagai negara competitor. Selain itu, metode lain yang digunakan adalah Gravity Model untuk menganalisis aliran perdagangan dan mengidentifiasi faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor anggrek sebagai komoditi tanaman hias yang diunggulkan Indonesia ke negara-negara tujuan yang dapat diketahui bahwa metode fixed effect.

Hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa dari analisis daya saing tanaman hias dengan metode RCA menunjukkan bahwa perkembangan industry tanaman hias Indonesia lebih lambat dibandingkan dnegan Thailand sebagai competitor utama di pasar tanaman hias dunia untuk kawasan Asia Tenggara. Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan nilai ekspor tanaman hias Indonesia selama periode 1996-2006 jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan Thailand. Selain itu, pangsa ekspor tanaman hias Indonesia di negara tujuan secara umum lebih rendah dibandingkan dengan Thailand.

Indonesia memiliki keunggulan komparatif untuk komoditi tanaman hias di pasar Korea, sementara di Jepang, Amerika Serikat, dan Belanda, Indonesia tidak memiliki keunggulan komparatif Indonesia memiliki keunggulan komparatif untuk komoditi tanaman hias di pasar Singapura pada tahun 1996 dan 1999 selanjutnya sampai dengan akhir periode 2004-2006, sedangkan di pasar Amerika Serikat pada tahun 2005-2006. Berdasarkan hasil estimasi model gravity aliran perdagangan anggrek Indonesia ke lima negara tujuan diketahui bahwa metode fixed effect merupakan metode yang paling sesuai digunakan. Aliran perdagangan


(43)

ekspor anggrek Indonesia ke negara tujuan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni waktu tempuh, pendapatan per kapita, populasi, harga anggrek Indonesia dan nilai tukar. Sementara itu, faktor harga anggrek di negara tujuan tidak berpengaruh terhadap model aliran perdagangan.

Firdaus (2007) melakukan penelitian tentang analisis daya saing dan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia di pasar Amerika Serikat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya saing Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia di pasar Amerika Serikat (dibandingkan dengan Cina sebagai negara pesaing) serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor TPT Indonesia di pasar Amerika Serikat dari sisi penawaran dalam jangka panjang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Constant Market Share Analysis (CMSA) untuk mengukur tingkat daya saing yang kemudian dilanjutkan dengan metode Revealed Comparative Advantage untuk menganalisis keunggulan TPT Indonesia dan Cina di pasar Amerika Serikat. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat, digunakan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kekuatan penawaran ekspor Indonesia yang dicerminkan oleh kekuatan daya saing dari TPT Indonesia masih dibawah kekuatan daya saing TPT Cina. Dari hasil CSMA memperlihatkan bahwa efek daya saing pakaian jadi, kain lembaran dan benang Indonesia lebih rendah dari efek daya saing pakaian jadi, kain lembaran dan benang Cina dalam memberikan kontribusi ekspor. Daya saing secara komparatif untuk komoditi pakaian jadi Indonesia lebih baik dibanding komoditi pakaian jadi Cina, hal ini


(44)

27

disebabkan ekspor pakaian jadi Indonesia ke Amerika Serikat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap total ekspor Indonesia ke Amerika Serikat. Perkembangan indeks RCA menunjukkan bahwa pangsa pasar Indonesia di Amerika Serikat untuk komoditi pakaian jadi, kain dan benang cenderung berfluktuasi dalam setiap tahunnya, sementara pangsa pasar Cina di Amerika Serikat cenderung bertambah.

Penelitian yang dilakukan oleh Yastuti (2004) tentang dampak penghapusan kebijakan kuota MFA (MultiFibre Arrangement) terhadap posisi daya saing dan pemasaran Tekstil dan Produk Tekstil (PTP) menunjukkan bawa kategori tekstil dan produk tekstil unggulan Indonesia adalah kategori serat sintesis, kain tertentu, dan pakaian jadi. Selama tahun 1998 hingga 2002 produk-produk tersebut menunjukkan nilai indeks yang lebih besar dari satu dan nilainya meningkat. Sementara itu dari posisi keunggulan kompetitif belakangan ini industri TPT Indonesia kehilangan daya saingnya yang disebabkan oleh kepabean, pembiayaan usaha dan kredit, pajak pertambahan nilai dan pajak bumi dan bangunan yang bernilai cukup mahal.

2.2.4 Penelitian Tentang Ordinary Least Square

Novianty (2007) melakukan penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor ikan hias di Indonesia. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis perkembangan ekspor ikan hias air laut dan air tawar serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor ikan hias air laut dan air tawar Indonesia serta strategi yang dapat dilakukan untuk pengembangan ekspor ikan hias Indonesia. Metode yang digunakan berupa Ordinary Least Square (OLS) untuk menganalisis perkembangan ekspor ikan hias air laut dan air tawar


(1)

Regression Analysis: Y versus W1, W2, W3

The regression equation is

Y = 91444 - 41538 W + 52079 W2 - 15654 W3

Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 91444 30451 3.00 0.030 W1 -41538 14553 -2.85 0.036 1.2 W2 52079 21257 2.45 0.058 1.1 W3 -15654 27111 -0.58 0.589 1.1

S = 88776.4 R-Sq = 69.7% R-Sq(adj) = 51.5% PRESS = 273535220914 R-Sq(pred) = 0.00%

Analysis of Variance

Source DF S MS F P Regression 3 90701772277 30233924092 3.84 0.091 Residual Error 5 39406287549 7881257510

Total 8 1.30108E+11

Durbin-Watson statistic = 2.77360

Transformasi W ke Z

Y = 91444 – 41538*(-0.501 Z

1

+ 0.338 Z

2

+ 0.189 Z

3

+ 0.026 Z

4

- 0.196 Z

5

- 0.536 Z

6

-0.522 Z

7

)

+ 52079*(-0.317 Z

1

- 0.506 Z

2

- 0.464 Z

3

- 0.237 Z

4

- 0.543 Z

5

+ 0.194 Z

6

- 0.199 Z

7

) –

15654*(0.124 Z

1

- 0.301 Z

2

+ 0.016 Z

3

- 0.810 Z

4

+ 0.314 Z

5

- 0.329 Z

6

+ 0.176 Z

7

)

Y = 91444 + 2361 Z1 – 35680 Z2 – 44696 Z3 – 8508 Z4 – 15223 Z5 + 37517 Z6 + 8564 Z7

Descriptive Statistic X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7

Variabel

Mean

Stdev

X1

8595477

1268368

X2

1305333

114180,8

X3

117,8889

20,07763

X4

38898,89

39477,3

X5

538423

405783,9

X6

3198,778

2187,41

X7

13,92889

15,95937

Tansformasi Z ke Peubah Asal

Y = 91444 + 2361

1 1 1

S

X

X

– 35680

2 2 2

S

X

X

– 44696

3 3 3

S

X

X

– 8508

4 4 4

S

X

X

15223

5 5 5

S

X

X

+ 37517

6 6 6

S

X

X

+ 8564

7 7 7

S

X

X


(2)

Simpangan baku dari masing-masing koefisien regresi dan Analisis Signifikansi Koefisien Regresi

Parsial

Variabel

Simpangan Baku

Koefisien

t-hitung

Keterangan

Z1

0.036

2361

65583.33

Significant

Z2

0.0146

-35680

-2378666367

Significant

Z3

0.039

-44696

-1146051.23

Significant

Z4

0.034

-8508

-250235.30

Significant

Z5

0.014

-15223

1087357.14

Significant

Z5

0.013

37517

2885923

Significant

Z7

0.015

8564

570933.33

Significant


(3)

Lampiran 8. Model Regresi Ekspor Jagung Indonesia Pasca Krisis Ekonomi

Regression Analysis: Y versus X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8

The regression equation is

Y = - 97925 + 0.00714 X1 + 0.0455 X2 - 469 X3 + 0.197 X4 - 0.0092 X5 + 7.9 X6 - 5837 X7 - 18966 X8

Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant -97925 201843 -0.49 0.712

X1 0.007137 0.007971 0.90 0.535 10.6 X2 0.04548 0.03338 1.36 0.403 8.1 X3 -468.9 501.7 -0.93 0.522 13.3 X4 0.1972 0.1172 1.68 0.341 7.2 X5 -0.00917 0.02295 -0.40 0.758 4.3 X6 7.95 20.28 0.39 0.762 6.6 X7 -5837 5583 -1.05 0.486 8.5 X8 -18966 23429 -0.81 0.567 4.9

S = 16327.4 R-Sq = 93.8% R-Sq(adj) = 43.9% PRESS = 1.166542E+14 R-Sq(pred) = 0.00%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P Regression 8 4007857464 500982183 1.88 0.513 Residual Error 1 266583900 266583900

Total 9 4274441364


(4)

Lampiran 9. Hasil Principal component Analysis Pasca Krisis Ekonomi

Standarisasi

Y

Z1

Z2

Z3

Z4

Z5

Z6

Z7

Z8

58139

-0,971

-1,3041

-0,7318

2,8081

-0,6626

-0,8703

0,8512

-1,1619

10313

-0,759

-1,1417

-0,6812

-0,0242

0,6449

-1,0127

-0,0844

-1,1619

9211

-0,907

-0,5983

-0,7318

-0,4090

0,1823

1,6985

1,0411

-1,1619

7035

-0,799

-0,1056

-0,6559

-0,4179

0,4215

-0,4228

0,1442

-1,1619

21027

-0,216

-0,6159

-0,7318

-0,4354

0,8086

-1,1129

-1,5792

0,7746

4641

-0,063

-0,0959

0,9395

-0,3228

0,2897

0,0857

-1,2099

0,7746

30857

0,519

0,1844

-0,2760

-0,4547

-1,5365

0,8703

0,3904

0,7746

4102

0,109

0,5439

-0,4026

-0,2437

1,6779

-0,3168

1,3154

0,7746

56015

0,863

1,5608

1,5219

-0,4589

-0,4929

-0,3153

-1,1212

0,7746

47920

2,223

0,8571

1,7498

-0,0413

-1,3331

1,3963

0,2532

0,7746

Principal Component Analysis: X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8

Eigenanalysis of Correlation Matrix

Eigenvalue

3,8570

1,7104

1,1121

0,6185

0,3458

0,2133

0,1209

0,0226

Proportion

0.482

0.214

0.139

0.077

0.043

0.027

0.015

0.003

Cumulative

0.482

0.696

0.835

0.912

0.955

0.982

0.997

1

Variabel

PC1

PC2

PC3

PC4

PC5

PC6

PC7

PC8

Z1

0,474

-0,112

-0,098

-0,2

0,126

0,023

-0,753

-0,361

Z2

0,450

0,053

0,146

-0,333

-0,373

-0,484

0,425

-0,33

Z3

0,452

-0,03

-0,239

-0,036

-0,531

0,443

0,011

0,508

Z4

-0,25

-0,334

-0,632

-0,398

0,013

0,274

0,261

-0,354

Z5

-0,229

0,501

0,413

-0,424

-0,185

0,504

-0,063

-0,234

Z6

0,242

-0,503

0,441

0,338

0,088

0,45

0,261

-0,319

Z7

-0,167

-0,552

0,383

-0,566

0,041

-0,125

-0,116

0,411

Z8

0,409

0,253

-0,042

-0,274

0,721

0,148

0,314

0,229

Untuk menentukan berapa banyak komponen utama yang digunakan, maka dapat dilihat dari

nilai eigenvalue. Jika eigenvalue > 1, maka komponen tersebu digunakan. Pada output diatas,

maka komponen utama yang digunakan sebanyak 3 komponen.

Skor Komponen Utama

W1

W2

W3

-2.7561

-1.5343

-1.9777

-2.0291

0.6382

-0.0780

-1.2074

-1.4033

1.7068

-1.3167

0.2935

0.5755

-0.3731

2.1674

-0.4341

0.9054

1.0475

-0.3668

1.1324

-1.1154

0.1955

-0.1883

0.5799

1.3436

2.4547

0.8207

-0.7352

3.1585

-1.5563

-0.3551


(5)

Regression Analysis: Y versus W1, W2, W3

The regression equation is

Y = 24775 + 3585 W1 - 6763 W2 - 14964 W3

Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 24775 3855 6.43 0.001 W1 3585 2117 1.69 0.141 1.0 W2 -6763 3118 -2.17 0.073 1.0 W3 -14964 3857 -3.88 0.008 1.0

S = 12189.2 R-Sq = 79.1% R-Sq(adj) = 68.7% PRESS = 2596715328 R-Sq(pred) = 39.25%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P Regression 3 3382985575 1127661858 7.59 0.018 Residual Error 6 891455789 148575965

Total 9 4274441364

Durbin-Watson statistic = 2.27783 No evidence of lack of fit (P >= 0.1).

Transformasi W Menjadi Z

Y = 24775 + 3585*(0.474 Z1 + 0.450 Z2 + 0.452 Z3 - 0.250 Z4 - 0.229 X5 + 0.242 Z6 - 0.167 Z7 + 0.409 Z8) – 6763*(-0.112 Z1 - 0.053 Z2 - 0.030 Z3 - 0.334 Z4 + 0.501 X5 - 0.503 Z6 - 0.552 Z7 + 0.253 Z8) – 14964*(-0.098 Z1 + 0.146 Z2 - 0.239 Z3 - 0.632 Z4 + 0.413 X5 + 0.441 Z6 + 0.383 Z7 - 0.042 Z8)

Y = 24775 + 3923.3 Z1 - 929.8 Z2 + 929.8 Z3 + 10819.54 Z4 - 10389.27 Z5 – 1998 Z6 – 1399 Z7 + 383.5 Z8

Descriptive Statistic X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7

Variabel Mean

Stdev

X1

11366327

2226877

X2

2056600 517310,8

X3

126,9 39,48966

X4

61151,7

124294

X5

945664,1 494442,1

X6

9231 688,2364

X7

9,59 2,843152

X8

0,6 0,516398

Tansformasi Z ke Peubah Asal

Y = 91444 + 3923

1 1 1

S

X

X

– 929.8

2 2 2

S

X

X

+ 5399

3 3 3

S

X

X

+ 10819.54

4 4 4

S

X

X

– 10389.27

5 5 5

S

X

X

- 1998

6 6 6

S

X

X

- 1399

7 7 7

S

X

X

+

383.5

8 8 8

S

X

X

Y = 18833.49 + 0.0018 X

1

– 0.0018 X

2

+ 136.72 X

3

+ 0.087 X

4

– 0.021 X

5


(6)

Simpangan baku dari masing-masing koefisien regresi dan Analisis

Signifikansi Koefisien Regresi Parsial

Variabel

Simpangan Baku

Koefisien

t-hitung

Keterangan

Z1

3923.3

0.00259

1514787.65

Significant

Z2

-929.8

0.00259

-358996.14

Significant

Z3

5399

0.00193

2804675.33

Significant

Z4

10819.54

0.0154

702567.5

Significant

Z5

-10389.27

0.01099

-945338.49

Significant

Z5

-1998

0.01183

-168892.65

Significant

Z7

-1399

0.011095

-126092.83

Significant