TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis daya saing dan faktor faktor yang mempengaruhi ekspor jagung Indonesia di Pasar Malaysia pra dan pasca krisis ekonomi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.

Gambaran Umum Komoditi Jagung Tanaman jagung termasuk dalam ordo Tripsoseae, famili rumput- rumputan Graminae, sub famili Panicoidae dan genus Zea. Panjang batangnya 25-650 cm, tergantung pada tipe-nya, daun bertulang sejajar dan terbentuk pada masing-masing buku, helai daun tipis, datar dan tengah melebar. Jagung mempunyai perakaran serabut yang terdiri dari akar seminal, akar koronal, dan akar nafas. Akar seminal adalah akar yang tumbuh ke bawah, akar kononal adalah akar yang tumbuh ke arah atas dan akar nafas adalah akar yang tumbuh dari buku- buku di permukaan tanah Suciany, 2007. Tanaman jagung berasal dari dataran tinggi Peru, Equador, Bolivia, dan Meksiko bagian selatan dan Amerika Tengah, yang merupakan komoditi pertanian unggulan yang berprospek tinggi. Tanaman ini banyak ditanam di ladang-ladang yang berhawa sedang dan panas sebagai tanaman bahan makanan daerah setempat dan bahan makanan untuk ternak. Sebagai bahan makanan, jagung mengandung za-zat: gula, kalium, asam jagung dan minyak lemak. Buah yang masih muda banyak mengandung protein, lemak, kalsium, fosfor besi, belerang, vitamin A, B2, B6, C, dan K. rambutnya mengandung minyak lemak, damar, gula, asam maisenat, dan garam-garam mineral. Biji buah jagung biasanya dibuat tepung jagung atau maizena Suroso, 2006. Jagung merupakan tanaman semusim yang tinggi, biasanya dengan batang tegak yang dominan, walaupun ada beberapa cabang pangkal anakan pada beberapa genotip dan lingkungan. Kedudukan daun distik dua baris daun tunggal yang keluar dalam kedudukan berselang, dengan pelapah-pelapah daun yang saling bertindih dan daun-daunnya lebar yang relatif panjang. Jagung merupakan salah satu species pertama yang ditunjukkan memiliki lintasan fotosistesis asam dikarbonat C4. Secara mikro konsumsi jagung sebagai bahan makanan pada umumnya lebih banyak dilakukan oleh masyarakat desa dibanding masyarakat kota. Sudaryanto et al dalam Imron 2007 bahwa konsumsi jagung masyarakat pedesaan mencapai 8,63 kgth dan masyarakat perkotaan hanya 0,92 kgth. Ini berarti masyarakat desa mengkonsumsi jagung lebih banyak dibanding masyarakat kota. Selain itu, masyarakat Indonesia juga mengkonsumsi jagung dalam bentuk yang lain, seperti jagung basa berkelobot, jagung bakar, jagung sayur. Jagung Zea mays merupakan salah satu serealia yang strategis dan bernilai ekonomis serta mempunyai peluang untuk dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras. Hampir seluruh bagian tanaman jagung dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan. Batang dan daun tanaman yang masih muda dapat digunakan untuk pakan ternak, yang tua setelah dipanen dapat digunakan untuk pupuk hijau atau kompos 6 . Saat ini cukup banyak yang memanfaatkan batang jagung untuk kertas. Harganya cukup menarik seiring dengan kenaikan harga bahan baku kertas berupa pulp. Buah jagung yang masih muda banyak digunakan sebagai sayuran, perkedel, 6 Siwi Purwanto. 2007. Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Diakses tanggal 15 Maret 2008. bakwan, dan sebagainya. Kegunaan lain dari jagung adalah sebagai pakan ternak, bahan baku farmasi, dextrin, perekat, tekstil, minyak goreng, dan etanol 7 . 2.2. Kajian Penelitian Terdahulu 2.2.1 Penelitian Tentang Jagung Wibowo 2008 melakukan penelitian tentang analisis keunggulan komparatif dan kompetitif pengusahaan komoditi jagung di Kabupaten Grobogan. Tujuan penelitian tersebut adalah menganalisis keunggulan komparatif dan kompetitif usahatani jagung apabila diusakan di dalam negeri, dan menganalisis perubahan yang terjadi terhadap keunggulan komparatif dan kompetitif jika terjadi perubahan harga output dan harga input. Metode penelitian yang digunakan berupa Matriks Analisis Kebijakan PAM dan Analisis Diamont Porter. Berdasarkan hasil analisis matriks PAM, pengusahaan komoditi jagung I Desa Panunggalan memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif atau berdayasaing. Hal ini ditunjukkan oleh keuntungan privat dan keuntungan social yang positif. Selain itu, nilai PCR dan DRC juga lebih kecil dari satu yang mengindikasikan bahwa pengusahaan komoditi jagung memiliki daya saing. Adapun untuk kebijakan pemerintah yang berlaku dalam pengusahaan komoditi jagung hanya kebijakan terhadap input yang memberikan proteksi terhadap petani yang berupa subsidi positif terhadap input. Adanya perubahan terhadap harga input dan harga output juga mempengaruhi keunggulan kompraratif dan kompetitif atau berdayasaing pengusahan komoditi jagung di Desa Panunggalan. Berdasarkan lima hasil analisis sensitivitas, semuanya berpengaruh terhadap penurunan jagung tetap 7 op cit. menguntungkan, basic secara finansial maupun ekonomi, serta tetap berdaya saing. Dari hasil analisis sensitivitas dengan perubahan satu variabel, yang memiliki pengaruh paling besar terhadap daya saing pengusahaan komoditi jagung adalah ketika terjadi perubahan harga output. Hal in mengindikasikan bahwa harga output dalam pengusahaan komoditi jagung di Desa Panunggalan masih memegang peranan yang sangat penting dalam memberikan konstribusi terhadap keuntungan usahatani. Adapun untuk Analisis Porter, secara keseluruhan hasilnya menunjukkan bahwa kondisi yang ada di daerah penelitian mengukung peningkatan daya saing pengusahaan komoditi jagung di daerah penelitian, khususnya untuk keunggulan kompetitifnya. Timor 2008 melakukan penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan impor jagung di Indonesia. Penelitian tersebut bertujuan untuk 1 mengkaji perkembangan produksi, konsumsi, dan impor jagung di Indonesia, 2 menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung di Indonesia, dan 3 menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor jagung di Indonesia. Metode yang digunakan adalah Two-Stage Last Square 2SLS dan model persaman simultan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan produksi jagung di Indonesia disebabkan oleh peningkatan luas areal dan produktivitas jagung. Luas areal mengalami peningkatan secara fluktuatif dan terkonsentrasi di Pulau Jawa, disamping itu terjadi pergeseran dari lahan kering ke lahan sawah beririgasi pada musim kemarau. Produktivitas jagung di Indonesia masih relatif rendah karena system usaha tani belum optimal, yaitu sebagian besar petani masih menggunakan benih varietas jagung lokal, penggunaan pupuk yang belum berimbang, dan masih terbatasnya penggunaan pestisida untuk pengendalian hama. Hasil estimasi diperoleh pada taraf nyata lima persen. Untuk persamaan luas areal panen, variabel yang berpengaruh nyata adalah harga riil jagung di tingkat produsen, harga riil kedelai, tingkat suku bunga kredit, dan luas areal panen tahun sebelumnya yang berpengaruh nyata. Variabel harga riil jagung di tingkat produsen, tingkat inflasi, dan harga riil jagung lokal tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap harga riil jagung lokal, sementara variabel harga impor jagung dan jumlah impor jagung tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap jumlah impor jagung Indonesia. Terdapat beberapa variabel yang berpengaruh nyata tetapi tidak sesuai dengan teori ekonomi hipotesis, yaitu tingkat suku bunga kredit, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan tarif impor jagung. Imron 2007 melakukan penelitian tentang dampak kebijakan ekonomi dan perubahan faktor eksternal terhadap kinerja pasar jagung dan produk turunannya. Imron mengemukakan tujuan penelitian tersebut, adalah 1 menganalisis keragaan pasar jagung dan produk turunannya, 2 menganalisis dampak kebijakan ekonomi dan perubahan faktor eksternal terhadap kinerja pasar jagung dan produk turunannya, dan 3 menganalisis dampak kebijakan ekonomi dan perubahan faktor eksternal terhadap kesejahteraan masyarakat selaku pelaku pasar jagung dan produk turunannya. Penelitian tersebut menggunakan data time series tahun 1980-2001 dan dianalisis melalui pendekatan ekonometrika. Model terdiri dari 46 persamaan structural dan 10 persamaan identitas. Pendugaan parameter dilakukan dengan metode 2SLS Two-Stage Last Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Model Ekonometrika Pasar Jagung dan Produk Turunannya di Indonesia yang dibangun dalam penelitian ini mampu dengan baik menjelaskan perilaku pasar jagung, pasar pakan, pasar telur ayam, dan pasar daging ayam. Berbagai alternatif kebijakan dan perubahan faktor eksternal berhasil disimulasikan secara menyeluruh. Pada periode 2007-2010, kebijakan kredit KKP, pemberian subsidi pupuk, dan kombinasi antara kebijakan swasembada, kredit KKP, dan subsidi pupuk, serta kebijakan intensifikasi jagung akan dapat meningkatkan produk jagung, pakan ternak, daging ayam, dan telur ayam. Sementara kebijakan nilai tukar rupiah sesuai dengan APBN 2007, justru akan menurunkan produksi jagung, pakan ternak, daging dan telur ayam. Kebijakan liberalisasi perdagangan jagung dan pengenaan tarif impor jagung mampu meningkatkan produksi jagung, namun menurunkan produksi pakan, daging ayam, dan telur ayam, sehingga harga ketiganya meningkat. Kebijakan swasembada plus dan intensifikasi usahatani jagung mempunyai dampak yang lebih besar terhadap peningkatan kinerja pasar jagung dan produk turunannya, dibanding kebijakan yang lain. Suciany 2007 melakukan penelitian tentang analisis keunggulan komparatif dan kompetitif usahatani jagung dengan analisis biaya sumberdaya domestik BSD, studi kasus di Desa Karyamukti, Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut, Propinsi Jawa Barat. Tujuan penelitian untuk 1 mengetahui tingka pendapatan usahatani jagung, 2 menganalisis keunggulan komparatif dan kompatitif usahatani jagung, 3 menganalisis pengaruh perubahan harga input dan output terhadap keunggulan komparatif dan kompetitif usahatani jagung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis pendapatan usahatani dan analisis Biaya Sumberdaya Domestik BSD. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total yang dihasilkan petani jagung golongan pemilik lahan ≤ 0,5 hektar adalah Rp 6 070 315,86 dan Rp 3 941 479,52 sedangkan bagi golongan petani pemilik lahan 0,5 hektar sebesar Rp 6 995 528,92 dan 4 583 024,22. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani jagung di Desa Karyamukti menguntungkan untuk diusahakan karena nilai pendapatan yang diperoleh bernilai positif. Hasil analisis imbangan penerimaan biaya atau RC atas biaya tunai dan total untuk golongan petani pemilik lahan ≤ 0,5 hektar masing-masing sebesar 4,67 dan 2,04 sedangkan RC rasio atas biaya tunai dan total untuk golongan petani pemilik lahan 0,5 hektar masing-masing 4,38 dan 2,02. Nilai RC rasio yang diperoleh petani pemilik lahan 0,5 hektar lebih kecil dibandingkan golongan petani pemilik lahan ≤ 0,5 hektar. Hal ini menunjukkan bahwa penerimaan yang diperoleh petani pemilik lahan ≤ 0,5 hektar lebih efisien, karena penerimaan per biaya yang diperoleh lebih besar dari golongan petani pemilik lahan 0,5 hektar. Analisis keunggulan komparatif terlihat bahwa nilai KBSD usahatani jagung bernilai kurang dari satu, yaitu sebesar 0,302. Hal ini menunjukkan bahwa sumberdaya domestik yang digunakan dalam pengusahaan jagung di Desa Karyamukti efisien secara ekonomi untuk menghemat satu satuan devisa dan mencerminkan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh komoditi jagung. Hasil analisis dari keunggulan komparatif menunjukkan bahwa usahatani jagung di Desa Karyamukti menghasilkan nilai KBSD yang lebih kecil dari satu, yaitu sebesar 0,429. Nilai KBSD tersebut menggambarkan bahwa pengusahaan jagung di Desa Karyakumti mempunyai keunggulan kompetitif dan menguntungkan secara finansial dalam menggunakan sumberdaya domestik.

2.2.2 Penelitian Tentang Daya Saing

Kurniawan 2008 melakukan penelitian tentang analisis efisiensi dan daya saing usahatani jagung pada lahan kering di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Penelitian tersebut bertujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung dan tingkat efisiensi teknis dan alokatif usahatani lahan kering dengan menggunakan fungsi produksi stochastic frontier dan fungsi biaya dual, dan menganalisis daya saing keunggulan kompetitif dan komparatif usahatani jagung lahan kering dan pengaruh efisiensi terhadap daya saing di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan dengan menggunakan Policy Analytic Matrix PAM. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara statistic variabel luas lahan, benih, pupuk organik, pupuk P, pestisida, tenaga kerja, dan pengolahan tanah ditemukan berpengaruh nyata terhadap produksi jagung pada taraf nyata lima persen, sedangkan pupuk N dan K tidak berpengaruh nyata. Hal ini diduga karena penggunaan pupuk N diduga sudah berlebihan. Efisiensi teknis dianalisis dengan menggunakan model fungsi produksi stochastic frontier. Nilai indeks efisiensi teknis hasil analisis dikategorikan efisiensi jika lebih besar dari 0.8 karena daerah penelitian merupakan sentra produksi jagung di Kalimantan Selatan. Rata-rata efisiensiteknis petani di daerah penelitian adalah 0.887 dengan jumlah petani yang memiliki nilai efisiensi teknis lebih besar dari 0.8 adalah 89,48 persen. Efisiensi alokatif dianalisis dengan menggunakan model fungsi biaya dual frontier yang diturunkan dari fungsi produksi frontier. Rata-rata efisiensi alokatif adalah 0.566. Rendahnya efisiensi alokatif ini menyebabkan efisiensi ekonomis juga rendah, yaitu 0.498. Salah satu penyebab rendahnya efisiensi alokatif ini adalah penggunaan pupuk urea yang berlebihan. Penurunan penggunaan pupuk urea dari 447.51 kg per hektar menjadi 400 per hektar menyebabkan kenaikan efisiensi alokatif menjadi 0.518 dan efisiensi ekonomis menjadi 0.512. Analisis daya saing dilakukan dengan menggunakan criteria PCR dan DRC. Berdasarkan nilai PCR dan DRC yang kurang dari satu, artinya jagung di daerah penelitian memilki daya saing sebagai subsitusi impor. Hal ini dapat dilihat dari terserapnya semua hasil produksi jagung di pasar lokal, sedangkan jagung impor hanya masuk ke pasar local saat paceklik. Penelitian yang dilakukan oleh Amaliah 2008 tentang analisis faktor- faktor yang mempengaruhi daya siang dan impor susu Indonesia periode 1976- 2005. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing susu domestik di tengah serbuan impor susu pasca penghapusan kebijakan rasio impor dengan menggunakan metode Porter’s Diamond, dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor susu baik dalam jangka panjang maupun pendek dengan menggunakan metode Engle- Granger Cointegration dan Error Correction Model ECM. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi daya saing susu domestik melalui pendekatan Porter’s Diamond menghasilkan implikasi penelitian bahwa kelemahan mendasar daya saing susu domestik terletak pada kondisi faktor. Skala usaha yang tidak ekonomis dengan bentuk usaha perseorangan dan rata-rata kepemilikan sapi perah sebanyak tiga sampai empat ekor, komposisi ketenagakerjaan yang didominasi pekerja harian dengan tingkat pendidikan rendah, dan teknologi yang bersifat konvensional berkontribusi terhadap rendahnya kapasitas produksi susu domestik. Sebaliknya, faktor yang diduga berkontribusi besar terhadap kondisi daya saing adalah kondisi permintaan. Permintaan akan susu domestik sebagai permintaan turunan atas produk susu olahan distimulasi oleh peningkatan pendapatan per kapita masyarakat, peningkatan populasi dan urbanisasi, peningkatan awareness akan manfaat susu, dan peningkatan persaingan antar IPS untuk menghasilkan produk susu olahan yang terdiferensiasi sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen. Impor susu Indonesia dari sisi permintaan import demand pada jangka panjang dipengaruhi secara signifikan oleh harga riil susu impor, harga riil susu domestik, nilai tukar riil rupiah, dan pendapatan per kapita dan pengaruh yang dapat diidentifikasi dalam persamaan tersebut konsisten dengan hipotesis penelitian yang diajukan. Produksi susu domestik tidak mempengaruhi impor susu impor lag pertama, pendapatan per kapita saat ini dan lag ketiga, nilai tukar riil rupiah pada lag kedua serta dummy penghapusan kebijakan rasio impor. Harga riil susu domestik tidak berpengaruh terhadap impor karena bargaining position GKSI masih lemah dalam negosiasi penetapan harga dengan IPS. Zulkarnaini 2007 melakukan penelitian tentang analisis daya saing buah pisang Musa paradisiacal L. di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Penelitian tersebut bertujuan 1 menganalisis daya saing keunggulan kompetitif dan komparatif pengusahaan buah pisang di Kabupaten Cianjur, 2 menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing pengusahaan buah pisang di Kabupaten Cianjur, dan 3 menganalisis kebijakan pemerintah serta pengaruh perubahan harga bayangan dan harga aktual dari input dan output terhadap keunggulan komparatif dan kompetitif pengusahaan buah pisang di Kabupaten Cianjur. Metode yang digunakan adalah Policy Analysis Matrix PAM. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengusahaan pisang di lokasi penelitian memiliki daya saing keunggulan kompetitif dan komparatif. Hal ini tercermin pada nilai koefisien Rasio Biaya Privat PCR dan Biaya Sumberdaya Domestik DRC yang kurang dari satu di lokasi penelitian. Artinya, pengusahaan pisang di lokasi penelitian baik petani binaan maupun non binaan mempunyai keunggulan kompetitif dan komparatif sehingga layak untuk diusahakan dan dikembangkan dengan kondisi ada atau tidak adanya kebijakan atau intervensi dari pemerintah. Ernawati 2007 melakukan penelitian tentang analisis daya saing dan strategi pengembangan agribisnis anggrek di DKI Jakarta. Penelitian tersebut bertujuan 1 menganalisis kondisi daya saing agribisnis anggrek DKI Jakarta, 2 mengidentifikasi faktor lingkungan internal dan eksternal yang penting untuk dipertimbangkan dalam penyusunan alternatif strategi pengembangan agribisnis anggrek di DKI Jakarta, dan 3 merumuskan alternatif strategi pengembangan agribisnis anggrek dan identifikasi berdasarkan skala prioritasnya di DKI Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah Metode Perbandingan Eksponensial MPE untuk memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mendukung daya saing dari jenis-jenis anggrek, dan Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui lingkungan eksternal dan internal dan analisis QSPM digunakan untuk memilih alternatif strategi-strategi pengembangan. Dari hasil penelitian tersebut dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial MPE diperoleh bahwa jenis Anggrek Dendrobium memiliki rangking atau prioritas tertinggi dibanding alternatif prioritas lainnya, setelah itu jenis Anggrek Phalaenopsis menjadi pesaing utama Dendrobium, kemudian disusul dengan jenis Anthurium dan Anggrek Cattleya, pesaing lainnya yaitu jenis Anggrek Vanda, Anggrek Oncidium, Melati dan Mawar. Begitupun dengan jenis Gladiol dan Palem menjadi pesaing terjauh Anggrek Dendrobium. Hasil analisis matriks SWOT berupa strategi Strengths-Opportunities SO yang dipilih, yaitu Strategi 1, Strategi 2, dan Strategi 3. Sedangkan strategi Weaknesses- Opportunities WO strategi yang dipilih, yaitu Strategi 4, Strategi 5, dan Strategi 7. Selain itu, strategi Weaknesses-Threats WT strategi yang dipilih, yaitu Strategi 8, dan Strategi 9. Dari hasil analisis matriks QSPM diperoleh empat strategi yang terpilih untuk membuat program agribisnis anggrek di DKI Jakarta.

2.2.3 Penelitian Tentang Revealed Comparative Advantage

Penelitian yang dilakukan oleh Kartikasari 2008 tentang analisis daya saing komoditi tanaman hias dan aliran perdagangan anggrek di pasar internasional. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengukur daya saing komoditi tanaman hias Indonesia dengan Thailand di pasar Jepang, Korea, Singapura, Amerika Serikat, dan Belanda serta menganalisis aliran perdagangan dan mengidentifiasi faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor anggrek sebagai komoditi tanaman hias yang diunggulkan Indonesia ke negara-negara tujuan. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Revealed Comparative Advantage untuk mengukur tingkat daya saing komoditi tanaman hias Indonesia di di pasar Jepang, Korea, Singapura, Amerika Serikat, dan Belanda dibandingkan dengan Thailand sebagai negara competitor. Selain itu, metode lain yang digunakan adalah Gravity Model untuk menganalisis aliran perdagangan dan mengidentifiasi faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor anggrek sebagai komoditi tanaman hias yang diunggulkan Indonesia ke negara-negara tujuan yang dapat diketahui bahwa metode fixed effect. Hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa dari analisis daya saing tanaman hias dengan metode RCA menunjukkan bahwa perkembangan industry tanaman hias Indonesia lebih lambat dibandingkan dnegan Thailand sebagai competitor utama di pasar tanaman hias dunia untuk kawasan Asia Tenggara. Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan nilai ekspor tanaman hias Indonesia selama periode 1996-2006 jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan Thailand. Selain itu, pangsa ekspor tanaman hias Indonesia di negara tujuan secara umum lebih rendah dibandingkan dengan Thailand. Indonesia memiliki keunggulan komparatif untuk komoditi tanaman hias di pasar Korea, sementara di Jepang, Amerika Serikat, dan Belanda, Indonesia tidak memiliki keunggulan komparatif Indonesia memiliki keunggulan komparatif untuk komoditi tanaman hias di pasar Singapura pada tahun 1996 dan 1999 selanjutnya sampai dengan akhir periode 2004-2006, sedangkan di pasar Amerika Serikat pada tahun 2005-2006. Berdasarkan hasil estimasi model gravity aliran perdagangan anggrek Indonesia ke lima negara tujuan diketahui bahwa metode fixed effect merupakan metode yang paling sesuai digunakan. Aliran perdagangan ekspor anggrek Indonesia ke negara tujuan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni waktu tempuh, pendapatan per kapita, populasi, harga anggrek Indonesia dan nilai tukar. Sementara itu, faktor harga anggrek di negara tujuan tidak berpengaruh terhadap model aliran perdagangan. Firdaus 2007 melakukan penelitian tentang analisis daya saing dan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia di pasar Amerika Serikat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya saing Tekstil dan Produk Tekstil TPT Indonesia di pasar Amerika Serikat dibandingkan dengan Cina sebagai negara pesaing serta menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi ekspor TPT Indonesia di pasar Amerika Serikat dari sisi penawaran dalam jangka panjang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Constant Market Share Analysis CMSA untuk mengukur tingkat daya saing yang kemudian dilanjutkan dengan metode Revealed Comparative Advantage untuk menganalisis keunggulan TPT Indonesia dan Cina di pasar Amerika Serikat. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat, digunakan metode Vector Error Correction Model VECM. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kekuatan penawaran ekspor Indonesia yang dicerminkan oleh kekuatan daya saing dari TPT Indonesia masih dibawah kekuatan daya saing TPT Cina. Dari hasil CSMA memperlihatkan bahwa efek daya saing pakaian jadi, kain lembaran dan benang Indonesia lebih rendah dari efek daya saing pakaian jadi, kain lembaran dan benang Cina dalam memberikan kontribusi ekspor. Daya saing secara komparatif untuk komoditi pakaian jadi Indonesia lebih baik dibanding komoditi pakaian jadi Cina, hal ini disebabkan ekspor pakaian jadi Indonesia ke Amerika Serikat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap total ekspor Indonesia ke Amerika Serikat. Perkembangan indeks RCA menunjukkan bahwa pangsa pasar Indonesia di Amerika Serikat untuk komoditi pakaian jadi, kain dan benang cenderung berfluktuasi dalam setiap tahunnya, sementara pangsa pasar Cina di Amerika Serikat cenderung bertambah. Penelitian yang dilakukan oleh Yastuti 2004 tentang dampak penghapusan kebijakan kuota MFA MultiFibre Arrangement terhadap posisi daya saing dan pemasaran Tekstil dan Produk Tekstil PTP menunjukkan bawa kategori tekstil dan produk tekstil unggulan Indonesia adalah kategori serat sintesis, kain tertentu, dan pakaian jadi. Selama tahun 1998 hingga 2002 produk- produk tersebut menunjukkan nilai indeks yang lebih besar dari satu dan nilainya meningkat. Sementara itu dari posisi keunggulan kompetitif belakangan ini industri TPT Indonesia kehilangan daya saingnya yang disebabkan oleh kepabean, pembiayaan usaha dan kredit, pajak pertambahan nilai dan pajak bumi dan bangunan yang bernilai cukup mahal.

2.2.4 Penelitian Tentang Ordinary Least Square

Novianty 2007 melakukan penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor ikan hias di Indonesia. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis perkembangan ekspor ikan hias air laut dan air tawar serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor ikan hias air laut dan air tawar Indonesia serta strategi yang dapat dilakukan untuk pengembangan ekspor ikan hias Indonesia. Metode yang digunakan berupa Ordinary Least Square OLS untuk menganalisis perkembangan ekspor ikan hias air laut dan air tawar serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor ikan hias air laut dan air tawar Indonesia, dan analisis SWOT untuk pengembangan ekspor ikan hias Indonesia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa koefisien determinasi R 2 untuk eskpor ikan hias air laut adalah sebesar 77,3 persen. Hal ini berarti bahwa 77,3 persen perubahan volume ekspor ikan hias air laut Indonesia dapat dijelaskan oleh prediktor. Berdasarkan uji t, diketahui bahwa harga ekspor ikan hias air laut Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan volume ekspor ikan hias air laut Indonesia tahun sebelumnya berpengaruh nyata, sedangkan dummy tidak berpengaruh nyata terhadap volume ekspor ikan hias air laut Indonesia pada taraf nyata satu persen. Koefisien determinasi R 2 untuk ekspor ikan hias air tawar Indonesia adalah sebesar 66,3 persen. Hal ini berarti 66,3 persen perubahan volume ekspor ikan hias air tawar Indonesia dapat dijelaskan oleh prediktor. Berdasarkan uji t, volume ekspor ikan hias air tawar Indonesia tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap volume ekspor ikan hias air tawar Indonesia pada taraf nyata lima persen dan untuk variabel harga ekspor dan variabel nilai tukar rupiah terhada dollar Amerika tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan volume ekspor ikan hias air tawar Indonesia. Hasil analisis lingkungan eksternal dan internal diperoleh tujuh strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan ekspor ikan hias Indonesia, yaitu peningkatan ekspor ikan, pengembangan pusat-pusat riset ikan hias, kerjasama pengembangan sistem pemasaran antara pihak-pihak yang terkait dan pemasaran langsung ke negara tujuan ekspor, peningkatan taraf hidup ikan hias, pengembangan sistem jaringan pengawasan dan konservasi ikan hias yang melibatkan semua pihak dan kerjasama serta koordinasi dengan pihak-pihak terkait. Novansi 2006 melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor buah-buahan penting Indonesia. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis perkembangan ekspor beberapa buah-buahan penting Indonesia menurut negara tujuan ekspor dan menganalisis pengaruh faktor-faktor harga domestik, harga ekspor, nilai tukar rupiah, volume ekspor ke negara lain, dan volume ekspor periode sebelumnya terhadap volume ekspor beberapa buah-buahan penting Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode deskriptif dan analisis regresi berganda. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perkembangan ekspor buah- buahan penting seperti pisang, manggis, manggan dan rambutan selama tauhn 2002-2003 cenderung menurun. Penurunan yang terjadi masing-masing untuk pisang sebesar 99,23 persen, manggis 83,55 persen, mangga 32,78 persen, dan rambutan 184 persen, tetapi pada tahun 2004 ekspor beberapa buah-buahan tersebut kecuali manggis kembali menunjukkan peningkatan dengan masing- masing sebesar 182 persen pisang, 287 persen mangga, dan 51,13 persen rambutan. Pada tahun yang sama 2002-2004 ekspor nenas menunjukkan perilaku yang cenderung menurun dengan rata-rata penurunan sebesar 75,97 persen atau rata-rata sebesar 445.830 kg. Hasil dugaan faktor-faktor yang mempengaruhi volume beberapa buah- buahan penting Indonesia menunjukkan tidak semua peubah bebas yang dugunakan dalam model berpengaruh nyata terhadap volum ekspor. Faktor yang mempengaruhi ekspor pisang Indonesia ke Singapura adalah volume ekspor ke negara lain dan volume ekspor periode sebelumnya, sementara ekspor nenas ke Amerika Serikat dipengaruhi oleh volume ekspor periode sebelumnya dan harga domestik. Volume ekspor manggia ke Hongkong dipengaruhi oleh faktor volume ekspor ke negara lain dan volume ekspor periode sebelumnya. Sedangkan untuk ekspor mangga ke Saudi Arabia dipengaruhi oleh harga domestik, volume ekspor ke negara lain, dan faktor yang mempengaruhi volume ekspor rambutan ke Uni Emirat Arab adalah volume ekspor ke negara lain. Saleh 2005 melakukan penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan ekspor tomat segar Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran produksi dan ekspor tomat segar Indonesia serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhinya dan seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah dengan menggunakan analisis deskriptif untuk mengetahui gambaran produksi dan ekspor tomat segar Indonesia, sedangkan untuk menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi produksi dan ekspor tomat segar Indonesia digunakan pendekatan ekonometrika dengan model regresi linier berganda. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa adanya multikolinearitas antara persamaan struktural dan model produksi tomat Indonesia dan model ekspor tomat segar Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya pelanggaran asumsi yang diisyaratkan dalam pendugaan OLS Ordinary Least Square. Setelah mengatasi adanya masalah multikolinearitas, nilai koefisien determinasi R 2 dari model produksi tomat Indonesia adalah sebesar 99,4 persen. Dari keempat variabel luas areal tanaman tomat, tingkat teknologi, harga tomat ekspor, dan harga pupuk urea hanya luas areal tanaman tomat dan tingkat teknologi saja yang memiliki pengaruh yang nyata terhadap produksi tomat Indonesia pada taraf nyata satu persen. Persamaan ekspor tomat segar Indonesia setelah masalah multikolinearitas teratasi memiliki variabel produksi tomat Indonesia, ekspor tomat tahun sebelumnya, harga tomat ekspor tahun sebelumnya, harga tomat domestik tahun sebelumnya, dan laju inflasi. Nilai koefisien determinasi R 2 dari model tomat segar Indonesia adalah sebesar 63,4 persen. Variabel yang berpengaruh nyata terhadap ekspor tomat segar Indonesia adalah ekspor tomat sebelumnya dan harga tomat domestik tahun sebelumnya pada taraf nyata sepuluh persen. Harga ekspor tomat sebelumnya memiliki hubungan yang negatif dengan ekspor tomat, nilai ini tidak sesuai dengan nilai dugaan yang diharapkan. Ada beberapa metode yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur daya saing komoditi yang diperdagangkan mulai dati tingkat hulu hingga akhir. Adapun metode yang digunakan diantaranya Revealed Comparative Advantage RCA, Policy Analysis Matriks PAM, Constant Market Share Analysis CMSA, dan analisis Biaya Sumberdaya Domestik BSD. Dari beberapa penelitian terdahulu dapat diketahui bahwa untuk komoditi jagung belum pernah dilakukan penelitian tentang daya saing serta faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor jagung. Dalam penelitian ini untuk menganalisis daya saing komoditi jagung dilakukan dengan menggunakan metode RCA, sedangkan untuk faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor jagung dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda.

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.