Penyelesaian Hukum Terhadap Pinjaman Kredit PT. Bank Panin, Tbk

BAB IV PENYELESAIAN KREDIT PADA PT. BANK PANIN, TBK CABANG

PEMBANTU TEBING TINGGI ATAS KEJADIAN MENINGGALNYA DEBITUR

A. Penyelesaian Hukum Terhadap Pinjaman Kredit PT. Bank Panin, Tbk

Cabang Pembantu Tebing Tinggi Atas Kejadian Meninggalnya Debitur Kredit bermasalah atau non-performing loan NPL merupakan resiko yang terkandung dalam setiap pemberian kredit oleh bank. Resiko tersebut berupa keadaan dimana kredit tidak dapat kembali tepat pada waktunya. Kredit dikategorikan sebagai kredit bermasalah atau non- performing loan NPL apabila kualitas kredit tersebut tergolong pada tingkat kolektibilitas kurang lancar, diragukan, atau macet. Di wilayah Sumatera Utara kredit bermasalah pada tahun 2013 dapat dikatakan masih cukup aman yakni sebesar 2.12 persen dua koma dua belas persen. 67 Meskipun sudah cukup aman, NPL tersebut sudah naik dari angka pada tahun 2012 yang masih 1.89 persen. Untuk mengatasi ataupun mengantisipasi meningkatnya persentase kredit macet, maka sebaiknya pihak perbankan seharusnya lebih selektif lagi dalam menyalurkan kredit. Dimana prinsip- prinsip dalam pemberian kredit baik hal- hal mengenai 5C ataupun mengenai 4P harus diperhatikan. 67 Harian Analisa tanggal 24 Februari 2014. Universitas Sumatera Utara Pada PT. Bank Panin,Tbk perkembangan daripada NPL dalam 5 tahun terahir dari tahun 2008 sampai tahun 2012 mengalami penurunan yang signifikan yakni: 68 Rasio per Desember 2012 2011 2010 2009 2008 NPL Gross 1,69 3,56 4,37 3,16 4,34 NPL Nett 0,48 0,92 0,92 1,60 2,15 Sumber Data: Laporan Tahunan PT. Bank Panin, Tbk Tahun 2012 Pada umumnya penyelamatan kredit bermasalah berpedoman kepada Surat Edaran Bank Indonesia No 264BPPP tanggal 29 Mei 1993. Secara operasional penanganan penyelamatan kredit bermasalah dapat ditempuh melalui beberapa cara, yaitu: 1. Penjadwalan kembali rescheduling Yaitu perubahan syarat kredit yang menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktu termasuk masa tenggang, baik meliputi perubahan besarnya angsuran maupun tidak. 2. Persyaratan kembali reconditioning Yaitu perubahan sebagian atau keseluruhan syarat- syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu, dan atau persyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum saldo kredit dan konversi seluruh atau sebagian dari pinjaman menjadi penyertaan bank. 68 http:www.panin.co.iddownload26laporan-tahunan- Universitas Sumatera Utara 3. Penataan kembali restructuring Yaitu upaya yang dilakukan bank dalam usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya. Tujuan daripada restrukturisasi ini ialah untuk menghindarkan kerugian bagi bank karena bank harus menjaga kualitas kredit yang diberikan. Selain itu dengan restrukturisasi, debitur terbantu teringankan kewajibannya sehingga debitur mempunyai kemampuan untuk melanjutkan kembali usahanya serta penyelesaian kredit melalui lembaga- lembaga hukum dapat terhindarkan karena penyelesaian melalui lembaga hukum dalam prakteknya memakan waktu yang relatif lama dan mengeluarkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Adapun bentuk daripada restrukturisasi ini dapat berupa: 69 a. Penurunan suku bunga kredit Merupakan salah satu bentuk restrukturisasi yang bertujuan memberikan keringanan kepada debitur sehingga dengan penurunan bunga kredit besarnya bunga yang harus dibayar debitur setiap tanggal pembayaran menjadi lebih kecil dibandingkan dengan suku bunga yang ditetapkan sebelumnya. b. Pengurangan tunggakan bunga kredit Salah satu tanda kredit bermasalah ialah adanya tunggakan bunga kredit lebih dari tiga kali pembayaran. Maka dari itu untuk memperingankan debitur dapat dilakukan pengurangan tunggakan bunga atau menghapus seluruh tunggakan bunga kredit. c. Pengurangan tunggakan pokok kredit Besarnya hutang pokok kredit tercantum dalam perjanjian kredit sehingga dengan adanya pengurangan pokok kredit yang dibayar, perlu dibuat akta addendum perjanjian kredit yang menegaskan bahwa besarnya pengurangan pokok kredit dan besarnya pokok kredit yang harus dibayar setelah dikurangi. d. Perpanjangan jangka waktu kredit Perpanjangan jangka waktu kredit merupakan bentuk restrukturisasi kredit yang bertujuan memperingan debitur untuk mengembalikan hutangnya. Dengan memperpanjang jangka waktu kredit maka kualitas kredit debitur digolongkan menjadi 69 Sutarno, Op.Cit., hlm. 266. Universitas Sumatera Utara performing loan tidak bermasalah dan dengan perpanjangan jangka waktu memberikan kesempatan kepada debitur untuk melanjutkan usahanya. e. Penambahan fasilitas kredit Untuk memberikan penambahan fasilitas kredit dibutuhkan analisa yang cermat akurat dan dengan perhitungan yang tepat mengenai prospek usaha debitur karena debitur menanggung hutang lama dan hutang baru. Usaha debitur harus mampu menghasilkan pendapatan yang dapat digunakan untuk melunasi hutang lama dan tambahan kredit dan masih mampu mengembangkan usaha ke depan. f. Pengambil alihan agunan asset debitur Dikenal juga dengan istilah kompensasi atau perjumpaan hutang. Untuk menyelamatkan kredit dengan cara ini bank kreditur mengambil alih agunan kredit yang nilai jaminan tersebut dikompensasikan dengan jumlah kredit sebesar nilai agunan yang diambil, maka terjadilah kompensasi. Dengan pengambil alihan aset debitur ini juga dapat disebut set off g. Jaminan kredit dibeli oleh bank Untuk menyelamatkan kredit, bank dapat membeli agunan melalui penjualan umum atau lelang sebab Undang- Undang melarang Bank memiliki langsung agunan tersebut. h. Konversi kredit menjadi modal sementara dan pemilikan saham Konversi kredit menjadi modal artinya sejumlah nilai kredit dikonversikan menjadi saham pada perusahaan debitur ini disebut Dept Equity Swap. Mengenai berapa besarnya nilai saham yang berasal dari konversi kredit tergantung hasil kesepakatan kreditur dan debitur. Dengan demikian Bank memiliki sejumlah saham pada perusahaan debitur dan hutang debitur menjadi lunas. i. Alih manajemen Bila hasil analisa terhadap proyek yang dibiayai dengan kredit menunjukkan adanya prospek yang dapat menghasilkan sumber dana namun manajemen tidak mampu maka bank dapat mengganti pengurus pada perusahaan debitur tersebut. Selanjutnya bankkreditur dapat mengangkat atau menunjuk manajemen baru yang mampu mengelola perusahaan debitur. j. Pengambilalihan pengelolaan proyek Sering terjadi debitur gagal dalam mengelola proyek yang dibiayai dengan kredit sehingga proyek tidak menghasilkan pendapatan sebagai sumber pengembalian kredit, padahal satu-satunya sumber sumber pengembalian kredit pada umumnya adalah keberhasilan proyek itu. Kegagalan mengelola proyek mungkin disebabkan ada penyimpangan dalam penggunaan kredit atau manajemen debitur tidak memiliki kemampuan atau profesionalisme dalam mengelola proyek yang dibiayai dengan kredit. Untuk melakukan Universitas Sumatera Utara penyelamatan kredit, kreditur sebagai pemegang hak tanggungan atas proyek tersebut dapat mengambilalih pengelolaan proyek. k. Novasi Pembaharuan Utang Merupakan suatu perjanjian baru yang menghapuskan perjanjian lama dan pada saat yang sama memunculkan perjanjian baru yang menggantikan perjanjian lama. l. Subrogasi Subrogasi dapat dimanfaatkan sebagai salah satu cara penyelamatan kredit. Subrogasi adalah penggantian hak- hak si berpiutang atau kreditur oleh seorang pihak ketiga yang telah membayar atas hutang si berhutang debitur kepada si berpiutang kreditur. Jadi seorang pihak ketiga yang telah membayar utang si berhutang tersebut demi hukum muncul sebagai kreditur baru yang menggantikan kedudukan kreditur si berpiutang lama terhadap debitur si berhutang. m. Cessie Merupakan pengalihan piutang atas nama kepada pihak lain. Dalam prakteknya cessie dapat dimanfaatkan sebagai jaminan kredit tetapi sebagai tambahan sedangkan jaminan pokoknya adalah proyek yang dibiayai dengan kredit. Cessie juga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bentuk restrukturisasi kredit. n. Debitur menjual sendiri barang jaminan Kreditur dapat meminta debitur melakukan penjualan jaminan kredit. Karena dengan cara ini dapat menghemat waktu, biaya, dan hasilnya akan lebih baik daripada lelang. Secara teori penjualan jaminan melalui lelang bertujuan untuk memperoleh harga yang tinggi tetapi dalam pelaksanaannya justru sebaliknya biayanya mahal, memerlukan waktu yang lama menuju lelang dan hasil penjualan lelang rendah. Bank sebagai kreditur harus membantu debitur dalam melakukan penjualan jaminan tersebut, tetapi bank atau kreditur sebagai pemegang jaminan juga berhak untuk mengatur nilai penjualan agar tidak terlalu rendah sehingga tidak sesuai dengan penilaian bank atau terlalu tinggi sehingga tidak laku. o. Bank menjual barang- barang jaminan dibawah tangan berdasarkan surat kuasa Dalam kredit macet ada kalanya debitur memberi kuasa kepada bank kreditur untuk menjual barang jaminan karena debitur kesulitan atau tidak mampu menjual sendiri atau mungkin debitur tidak ingin dibebani kewajiban. Untuk memberikan wewenang kepada kreditur menjual barang jaminan bersamaan dengan penandatanganan perjanjian kredit, kadang- kadang telah dibuat surat kuasa notariil dari debitur kepada pihak bank untuk menjual jaminan jika debitur cidera janji namun surat kuasa juga dapat dibuat pada saat debitur sudah cidera janji. p. Penghapusan piutang Universitas Sumatera Utara Penghapusan piutang adalah pembebasan hutang debitur oleh bank, baik seluruh atau sebagian atau karena hutangnya telah kadaluarsa menurut hukum q. Cegah tangkal debitur macet Untuk menyelesaikan kredit bermasalah bank harus menempuh berbagai usaha atau cara yang dibenarkan oleh hukum dengan menganalisa permasalahan dari penyebab kredit bermasalah itu. Jika kredit bermasalah disebabkan karena pemilik perusahaan sekaligus sebagai direksi atau komisaris perusahaan tersebut sering menyalahgunakan keuangan perusahaan untuk kepentingan pribadi dan orang tersebut sering berpergian ke luar negeri maka untuk menyelesaikan kredit itu akan dapat meminta bantuan kantor imigrasi untuk melakukan pencegahan kepada pengurus atau pemilik yang menyalahgunakan keuangan perusahaan agar tidak pergi ke luar negeri. Mengingat jumlah penduduk provinsi Sumatera Utara yang mencapai 13.326.907 pada tahun 2013, 70 tentunya penduduk yang mengajukan kredit dan meninggal juga ada. Berdasarkan data primer yang diberikan oleh Bapak Darwin, selaku karyawan PT. Bank Panin, Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi, diketahui bahwa persentase debitur yang meninggal dari tahun 2010- 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tahun Total kredit Rp Total debitur orang Rata-rata per debitur Rp Persentase debitur yang meninggal Total meninggalnya debitur orang 2010 37,28 M 1248 29,87 Jt 1,36 17 2011 47,14 M 1509 31,24 Jt 1,52 23 2012 50,87 M 1665 30,55 Jt 1,50 25 Sumber Data: Hasil wawancara tanggal 13 Juni 2014 dengan Bapak Darwin selaku karyawan PT. Bank Panin, Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi Dalam kasus debitur meninggal dunia, terjadi penghentian kredit sebelum jangka waktu. Penghentian kredit sebelum jangka waktu ini tertuang dalam Pasal 11 70 http:sumut.bps.go.id?kdbsek=219pilih=vstasek Universitas Sumatera Utara dalam perjanjian kredit modal kerja dan Pasal 5 dalam perjanjian kredit kepemilikan rumah yang telah terlampir menyatakan bahwa: “ Menyimpang dari apa yang ditentukan dalam Pasal 2, perjanjian ini bank berhak untuk menagih hutang pokok berikut bunga dan biaya- biaya lain tetapi tidak terbatas ongkos untuk menagih utang tersebut di dalam dan di luar pengadilan kepada debitur dan debitur berkewajiban untuk membayar jumlah uang yang terhutang tersebut kepada bank berdasarkan perjanjian dan perjanjian jaminan sekaligus serta mengakhiri jangka waktu kredit ini tanpa perlu peringatanatau teguran berupa dan dari siapapun juga apabila: 1. Debitur oleh Pengadilan Niaga dinyatakan sebagai jatuh pailit, meminta penundaan pembayaran atau karena apapun tidak berhak lagi untuk mengurus dan menguasai kekayaan. 2. Kekayaan debitur seluruhnya atau sebagian disita secara konservatoir dan bila sitaan konservatoir itu dinyatakan berlaku. 3. Debitur meninggal dunia 4. Debitur lalai atau tidak memenuhi salah satu ketentuan dalam perjanjian ini. 5. Apabila debitur mengalami kemunduran jumlah kekayaannya berkurang sehingga menurut penilaian bank, debitur tidak dapat membayar kembali hutangnya. 6. Debitur memberikan data- data atu keterangan- keterangan pernyataan- pernyataan yang tidak benar sehubungan dengan perjanjian ini. 7. Debitur melanggar ketentuan pasal 9 perjanjian ini.” Dalam kasus kematian debitur, bank berhak menuntut hutang pokok berserta bunganya kepada ahli waris debitur sebab pewarisan hanya berlangsung setelah kematian sesuai dengan Pasal 830 KUHPerdata. Ahli waris dengan sendirinya karena hukum memperoleh hak milik atas segala barang , segala hak, dan segala piutang si yang meninggal Pasal 833 KUHPerdata . Menurut Bapak Darwin, karyawan PT. Bank Panin, Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi, ahi waris mempunyai opsi untuk melakukan pelunasan terhadap kredit yang ditinggalkan oleh debitur terdahulu atau melanjutkan kredit tersebut. Jika debitur lalai atau beritikad tidak baik dengan tetap membiarkan kredit bermasalah, maka penyelesaian mengenai hal tersebut tertuang secara tegas Universitas Sumatera Utara dalam klausula perjanjian kredit yang dibuat secara notaris ataupun yang dibawah tangan. Pasal 12 ayat 2 dalam perjanjian kredit modal kerja terlampir menyatakan bahwa: “ Apabila setelah berakhirnya jangka waktu kredit ini karena sebab apapun dan ternyata menurut pertimbangan bank, debitur tidak menyelesaikan kreditnya sebagaimana tersebut dalam ayat 1 pasal ini bank berhak mengambil tindakan- tindakan hukum berupa apapun dan dengan cara apapun yang dianggap baik atas jaminan- jaminan yang diserahkan oleh debitur kepada bank atau diharuskan oleh ketentuan Bank Indonesia ketentuan pemerintah yang berlaku.” Hal-hal mengenai surat berharga telah dialihkan kuasanya dari debitur kepada pihak kreditur sesuai dengan Pasal 14 ayat 1 perjanjian kredit modal kerja terlampir yakni: “ Dalam penyediaan dana untuk pemberian kredit ini maka surat- surat berharga yang diserahkan oleh debitur kepada bank dapat dipindahkan haknya kepada pihak lain.” Dengan kata lain pihak kreditur dapat melakukan penjualan atas barang jaminan sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia. Hal ini terkait dengan adanya penandatanganan atas surat kuasa untuk menjual terlampir. Pasal 14 ayat 2 mengenai hal kuasa dalam perjanjian kredit modal kerja terlampir dinyatakan bahwa: “ Untuk sewaktu- waktu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada debitur membebani mendebet rekening debitur AC nomor…… seluruh jumlah hutang, bunga dan biaya- biaya lain termasuk akan tetapi tidak terbatas premi asuransi, honorarium pengacara, biaya notaris yang wajib dibayar oleh debitur kepada bank karena sebab apapun.” Ketentuan klausul tersebut menyatakan secara jelas bahwa bank diberi kuasa oleh debitur untuk menarik sejumlah hutang dari rekening debitur dalam hal debitur lalai menjalankan kewajibannya. Dengan demikian, dalam perjanjian modal kerja Universitas Sumatera Utara PT. Bank Panin, Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi yang telah terlampir dipaparkan secara jelas langkah yang akan ditempuh dalam hal tidak terpenuhinya kewajiban debitur. Bank dalam menghadapi kredit yang sudah pada tahap kualitas macet, terkadang memerlukan bantuan dari kelembagaaan hukum, diantaranya: 71 1. Melalui Panitia Urusan Piutang Negara dan Badan Urusan Piutang Negara Kredit bermasalah terutama dalam golongan kredit macet pada bank milik Negara merupakan salah satu badan yang secara langsung atau tidak langsung dikuasai Negara. Dalam menjalankan tugasnya Panitia Urusan Piutang Negara PUPNberpedoman pada ketentuan Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 1976 tentang Panitia Urusan Piutang Negara dan Badan Urusan Piutang Negara. Di dalam ketentuan tersebut disebutkan bahwa PUPN mempunyai tugas: a. Membahas pengurusan piutang Negara, yakni utang kepada Negara yang harus dibayar kepada Negara, yakni keadaan instansi- instansi pemerintah badan- badan usaha Negara yang modal atau kekayaannya sebagian atau seluruhnya milik Negara, baik di pusat ataupun di daerah. b. Melakukan pengawasan terhadap piutang- piutang, kredit- kredit yang telah dikeluarkan oleh instansi- instansi pemerintah badan- badan usaha Negara, baik di pusat maupun di daerah. Pengurusan piutang Negara oleh PUPN dimaksudkan untuk menyelamatkan keuangan Negara secara cepat, efektif dan efisien. 2. Melalui badan peradilan; dan Dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya, setiap kreditur dapat mengajukan gugatan untuk memperoleh keputusan pengadilan. Peradilan yang dapat menyelesaikan dan menangani kredit bermasalah, yaitu peradilan umum melalui gugatan perdata dan peradilan niaga melalui gugatan kepailitan. Apabila sudah ditetapkan keputusan pengadilan yang kemudian mempunyai kekuatan hukum tetap untuk dilaksanakan, tetapi debitur tetap tidak melunasi utangnya, pelaksanaan keputusan tersebut dilaksanakan atas dasar perintah dengan pemimpin ketua pengdilan negeri yang memeriksa gugatannya pada tingkat pertama. Atas perintah ketua pengadilan tersebut dilakukanlah penyitaan harta kekayaan debitur untuk kemudian dilelang dengan perantaraan kantor lelang. 3. Melalui arbitrase atau badan alternatif penyelesaian sengketa Dasar penyelesaian sengketa melalui arbitrase sekarang telah mempunyai landasan yang kuat, yaitu berupa peraturan perundang- undangan mengenai arbitrase. Penyelesaian melalui arbitrase ini dapat dijalankan 71 Muhamad Djumhana, Op.Cit., hlm 494 Universitas Sumatera Utara apabila dalam perjanjian kredit sebelum timbul sengketa sebelum timbulnya kredit bermasalah telah dimuat klausul arbitrase atau suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbulnya kredit bermasalah tersebut. 4. Penyelesaian kredit bermasalah melalui BPPN Penanganan piutang Negara oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional terbatas pada piutang yang terjadi karena proses penyehatan perbankan. Hal demikian karena Badan Penyehatan Perbankan Nasional itu sendiri sebagai lembaga yang bersifat sementara didirikan untuk penyehatan perbankan. Dengan demikian, piutang Negara yang ditanganinya hanya menyangkut piutang Negara yang berasal dari kredit yang ada pada bank dalam penyehatan. Tidak tertutup kemungkinan untuk melakukan penyelesaian kredit melalui jalur pengadilan mengingat di dalam perjanjian kredit yang dikeluarkan oleh pihak bank memuat klausula yang menyatakan domisili kepaniteraan pengadilan negeri. Namun dewasa ini, PT. Bank Panin, Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi lebih mengutamakan pendekatan secara kekeluargaan dengan menghindari penyelesaian sengketa melalui jalur pengadilan. Dalam hal ahli waris tidak mampu membayar utang, jaminan kredit yang pada awalnya sudah dibebankan untuk mendapatkan kredit akan dilelang untuk menutupi utang yang ada. Lelang eksekusi barang jaminan dewasa ini diharapkan dapat menjadi solusi dari penyelesaian kredit macet, ketika upaya yang lain tidak dapat lagi dilakukan. Hasil lelang barang jaminan utang akan digunakan sebagai pelunasan dari debitur macet. Lelang sebagai alternatif penyelesaian kredit macet memiliki keunggulan karena penjualan secara lelang bersifat build in control, obyektif, kompetitif, dan otentik. Selain keunggulan tersebut lelang sebagai alternatif penyelesaian kredit macet juga efektif dan efisien dalam pelaksanaannya serta memberikan kepastian hukum. Universitas Sumatera Utara

B. Peranan PUPN Dalam Menyelesaikan Kredit Atas Kejadian

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Penyelesaian Kredit Macet Pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Krakatau Medan

2 72 103

Tinjauan Yuridis Kredit Macet pada Perjanjian Kredit Modal Kerja (Studi Kasus pada Bank BNI Cabang Pemuda Medan)

1 129 94

Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Kredit Macet Atas Kejadian Meninggalnya Debitur (Studi pada PT. Bank Panin,Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi

1 100 90

Pelaksanaan Penyelesaian Kredit Macet (Studi Pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia, Medan)

0 48 86

Tinjauan Yuridis Penyelesaian Kredit Macet Pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Krakatau Medan

1 51 103

Tinjauan Yuridis Penyelesaian Kredit Macet Pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Krakatau Medan

0 0 10

BAB II TINJAUAN TENTANG KREDIT BANK DI INDONESIA DALAM SISTEM HUKUM PERDATA A. Pengertian Kredit Bank - Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Kredit Macet Atas Kejadian Meninggalnya Debitur (Studi pada PT. Bank Panin,Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi

0 0 26

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Kredit Macet Atas Kejadian Meninggalnya Debitur (Studi pada PT. Bank Panin,Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi

0 0 13

Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Kredit Macet Atas Kejadian Meninggalnya Debitur (Studi pada PT. Bank Panin,Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi

0 0 10

Tinjauan Yuridis Penyelesaian Kredit Macet Pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Krakatau Medan

0 2 10