BAB IV PENYELESAIAN KREDIT PADA PT. BANK PANIN, TBK CABANG
PEMBANTU TEBING TINGGI ATAS KEJADIAN MENINGGALNYA DEBITUR
A. Penyelesaian Hukum Terhadap Pinjaman Kredit PT. Bank Panin, Tbk
Cabang Pembantu Tebing Tinggi Atas Kejadian Meninggalnya Debitur
Kredit bermasalah atau non-performing loan NPL merupakan resiko yang terkandung dalam setiap pemberian kredit oleh bank. Resiko tersebut berupa
keadaan dimana kredit tidak dapat kembali tepat pada waktunya. Kredit dikategorikan sebagai kredit bermasalah atau non- performing loan NPL
apabila kualitas kredit tersebut tergolong pada tingkat kolektibilitas kurang lancar, diragukan, atau macet.
Di wilayah Sumatera Utara kredit bermasalah pada tahun 2013 dapat dikatakan masih cukup aman yakni sebesar 2.12 persen dua koma dua belas
persen.
67
Meskipun sudah cukup aman, NPL tersebut sudah naik dari angka pada tahun 2012 yang masih 1.89 persen. Untuk mengatasi ataupun mengantisipasi
meningkatnya persentase kredit macet, maka sebaiknya pihak perbankan seharusnya lebih selektif lagi dalam menyalurkan kredit. Dimana prinsip- prinsip
dalam pemberian kredit baik hal- hal mengenai 5C ataupun mengenai 4P harus diperhatikan.
67
Harian Analisa tanggal 24 Februari 2014.
Universitas Sumatera Utara
Pada PT. Bank Panin,Tbk perkembangan daripada NPL dalam 5 tahun terahir dari tahun 2008 sampai tahun 2012 mengalami penurunan yang signifikan
yakni:
68
Rasio per Desember 2012 2011 2010 2009
2008 NPL Gross
1,69 3,56 4,37 3,16 4,34
NPL Nett 0,48 0,92 0,92 1,60
2,15 Sumber Data: Laporan Tahunan PT. Bank Panin, Tbk Tahun 2012
Pada umumnya penyelamatan kredit bermasalah berpedoman kepada Surat Edaran Bank Indonesia No 264BPPP tanggal 29 Mei 1993. Secara operasional
penanganan penyelamatan kredit bermasalah dapat ditempuh melalui beberapa cara, yaitu:
1. Penjadwalan kembali rescheduling
Yaitu perubahan syarat kredit yang menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktu termasuk masa tenggang, baik meliputi perubahan
besarnya angsuran maupun tidak. 2.
Persyaratan kembali reconditioning Yaitu perubahan sebagian atau keseluruhan syarat- syarat kredit yang tidak
terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu, dan atau persyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum
saldo kredit dan konversi seluruh atau sebagian dari pinjaman menjadi penyertaan bank.
68
http:www.panin.co.iddownload26laporan-tahunan-
Universitas Sumatera Utara
3. Penataan kembali restructuring
Yaitu upaya yang dilakukan bank dalam usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya. Tujuan daripada restrukturisasi ini ialah
untuk menghindarkan kerugian bagi bank karena bank harus menjaga kualitas kredit yang diberikan. Selain itu dengan restrukturisasi, debitur
terbantu teringankan kewajibannya sehingga debitur mempunyai kemampuan untuk melanjutkan kembali usahanya serta penyelesaian
kredit melalui lembaga- lembaga hukum dapat terhindarkan karena penyelesaian melalui lembaga hukum dalam prakteknya memakan waktu
yang relatif lama dan mengeluarkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Adapun bentuk daripada restrukturisasi ini dapat berupa:
69
a. Penurunan suku bunga kredit
Merupakan salah satu bentuk restrukturisasi yang bertujuan memberikan keringanan kepada debitur sehingga dengan
penurunan bunga kredit besarnya bunga yang harus dibayar debitur setiap tanggal pembayaran menjadi lebih kecil dibandingkan
dengan suku bunga yang ditetapkan sebelumnya.
b. Pengurangan tunggakan bunga kredit
Salah satu tanda kredit bermasalah ialah adanya tunggakan bunga kredit lebih dari tiga kali pembayaran. Maka dari itu untuk
memperingankan debitur dapat dilakukan pengurangan tunggakan bunga atau menghapus seluruh tunggakan bunga kredit.
c. Pengurangan tunggakan pokok kredit
Besarnya hutang pokok kredit tercantum dalam perjanjian kredit sehingga dengan adanya pengurangan pokok kredit yang dibayar,
perlu dibuat akta addendum perjanjian kredit yang menegaskan bahwa besarnya pengurangan pokok kredit dan besarnya pokok
kredit yang harus dibayar setelah dikurangi.
d. Perpanjangan jangka waktu kredit
Perpanjangan jangka waktu kredit merupakan bentuk restrukturisasi kredit yang bertujuan memperingan debitur untuk
mengembalikan hutangnya. Dengan memperpanjang jangka waktu kredit maka kualitas kredit debitur digolongkan menjadi
69
Sutarno, Op.Cit., hlm. 266.
Universitas Sumatera Utara
performing loan tidak bermasalah dan dengan perpanjangan jangka waktu memberikan kesempatan kepada debitur untuk
melanjutkan usahanya.
e. Penambahan fasilitas kredit
Untuk memberikan penambahan fasilitas kredit dibutuhkan analisa yang cermat akurat dan dengan perhitungan yang tepat mengenai
prospek usaha debitur karena debitur menanggung hutang lama dan hutang baru. Usaha debitur harus mampu menghasilkan
pendapatan yang dapat digunakan untuk melunasi hutang lama dan tambahan kredit dan masih mampu mengembangkan usaha ke
depan.
f. Pengambil alihan agunan asset debitur
Dikenal juga dengan istilah kompensasi atau perjumpaan hutang. Untuk menyelamatkan kredit dengan cara ini bank kreditur
mengambil alih agunan kredit yang nilai jaminan tersebut dikompensasikan dengan jumlah kredit sebesar nilai agunan yang
diambil, maka terjadilah kompensasi. Dengan pengambil alihan aset debitur ini juga dapat disebut set off
g. Jaminan kredit dibeli oleh bank
Untuk menyelamatkan kredit, bank dapat membeli agunan melalui penjualan umum atau lelang sebab Undang- Undang melarang
Bank memiliki langsung agunan tersebut.
h. Konversi kredit menjadi modal sementara dan pemilikan saham
Konversi kredit menjadi modal artinya sejumlah nilai kredit dikonversikan menjadi saham pada perusahaan debitur ini disebut
Dept Equity Swap. Mengenai berapa besarnya nilai saham yang berasal dari konversi kredit tergantung hasil kesepakatan kreditur
dan debitur. Dengan demikian Bank memiliki sejumlah saham pada perusahaan debitur dan hutang debitur menjadi lunas.
i. Alih manajemen
Bila hasil analisa terhadap proyek yang dibiayai dengan kredit menunjukkan adanya prospek yang dapat menghasilkan sumber
dana namun manajemen tidak mampu maka bank dapat mengganti pengurus pada perusahaan debitur tersebut. Selanjutnya
bankkreditur dapat mengangkat atau menunjuk manajemen baru yang mampu mengelola perusahaan debitur.
j. Pengambilalihan pengelolaan proyek
Sering terjadi debitur gagal dalam mengelola proyek yang dibiayai dengan kredit sehingga proyek tidak menghasilkan pendapatan
sebagai sumber pengembalian kredit, padahal satu-satunya sumber sumber pengembalian kredit pada umumnya adalah keberhasilan
proyek itu. Kegagalan mengelola proyek mungkin disebabkan ada penyimpangan dalam penggunaan kredit atau manajemen debitur
tidak memiliki kemampuan atau profesionalisme dalam mengelola proyek yang dibiayai dengan kredit. Untuk melakukan
Universitas Sumatera Utara
penyelamatan kredit, kreditur sebagai pemegang hak tanggungan atas proyek tersebut dapat mengambilalih pengelolaan proyek.
k. Novasi Pembaharuan Utang
Merupakan suatu perjanjian baru yang menghapuskan perjanjian lama dan pada saat yang sama memunculkan perjanjian baru yang
menggantikan perjanjian lama.
l. Subrogasi
Subrogasi dapat dimanfaatkan sebagai salah satu cara penyelamatan kredit. Subrogasi adalah penggantian hak- hak si
berpiutang atau kreditur oleh seorang pihak ketiga yang telah membayar atas hutang si berhutang debitur kepada si berpiutang
kreditur. Jadi seorang pihak ketiga yang telah membayar utang si berhutang tersebut demi hukum muncul sebagai kreditur baru yang
menggantikan kedudukan kreditur si berpiutang lama terhadap debitur si berhutang.
m. Cessie
Merupakan pengalihan piutang atas nama kepada pihak lain. Dalam prakteknya cessie dapat dimanfaatkan sebagai jaminan
kredit tetapi sebagai tambahan sedangkan jaminan pokoknya adalah proyek yang dibiayai dengan kredit. Cessie juga dapat
dimanfaatkan sebagai salah satu bentuk restrukturisasi kredit.
n. Debitur menjual sendiri barang jaminan
Kreditur dapat meminta debitur melakukan penjualan jaminan kredit. Karena dengan cara ini dapat menghemat waktu, biaya, dan
hasilnya akan lebih baik daripada lelang. Secara teori penjualan jaminan melalui lelang bertujuan untuk memperoleh harga yang
tinggi tetapi dalam pelaksanaannya justru sebaliknya biayanya mahal, memerlukan waktu yang lama menuju lelang dan hasil
penjualan lelang rendah. Bank sebagai kreditur harus membantu debitur dalam melakukan penjualan jaminan tersebut, tetapi bank
atau kreditur sebagai pemegang jaminan juga berhak untuk mengatur nilai penjualan agar tidak terlalu rendah sehingga tidak
sesuai dengan penilaian bank atau terlalu tinggi sehingga tidak laku.
o. Bank menjual barang- barang jaminan dibawah tangan berdasarkan
surat kuasa Dalam kredit macet ada kalanya debitur memberi kuasa kepada
bank kreditur untuk menjual barang jaminan karena debitur kesulitan atau tidak mampu menjual sendiri atau mungkin debitur
tidak ingin dibebani kewajiban. Untuk memberikan wewenang kepada kreditur menjual barang jaminan bersamaan dengan
penandatanganan perjanjian kredit, kadang- kadang telah dibuat surat kuasa notariil dari debitur kepada pihak bank untuk menjual
jaminan jika debitur cidera janji namun surat kuasa juga dapat dibuat pada saat debitur sudah cidera janji.
p. Penghapusan piutang
Universitas Sumatera Utara
Penghapusan piutang adalah pembebasan hutang debitur oleh bank, baik seluruh atau sebagian atau karena hutangnya telah kadaluarsa
menurut hukum
q. Cegah tangkal debitur macet
Untuk menyelesaikan kredit bermasalah bank harus menempuh berbagai usaha atau cara yang dibenarkan oleh hukum dengan
menganalisa permasalahan dari penyebab kredit bermasalah itu. Jika kredit bermasalah disebabkan karena pemilik perusahaan
sekaligus sebagai direksi atau komisaris perusahaan tersebut sering menyalahgunakan keuangan perusahaan untuk kepentingan pribadi
dan orang tersebut sering berpergian ke luar negeri maka untuk menyelesaikan kredit itu akan dapat meminta bantuan kantor
imigrasi untuk melakukan pencegahan kepada pengurus atau pemilik yang menyalahgunakan keuangan perusahaan agar tidak
pergi ke luar negeri.
Mengingat jumlah penduduk provinsi Sumatera Utara yang mencapai 13.326.907 pada tahun 2013,
70
tentunya penduduk yang mengajukan kredit dan meninggal juga ada. Berdasarkan data primer yang diberikan oleh Bapak Darwin,
selaku karyawan PT. Bank Panin, Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi, diketahui bahwa persentase debitur yang meninggal dari tahun 2010- 2012 dapat
dilihat pada tabel di bawah ini: Tahun Total
kredit Rp
Total debitur
orang Rata-rata per
debitur Rp
Persentase debitur yang
meninggal Total
meninggalnya debitur
orang 2010
37,28 M 1248
29,87 Jt 1,36
17 2011
47,14 M 1509
31,24 Jt 1,52
23 2012
50,87 M 1665
30,55 Jt 1,50
25 Sumber Data: Hasil wawancara tanggal 13 Juni 2014 dengan Bapak Darwin
selaku karyawan PT. Bank Panin, Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi
Dalam kasus debitur meninggal dunia, terjadi penghentian kredit sebelum jangka waktu. Penghentian kredit sebelum jangka waktu ini tertuang dalam Pasal 11
70
http:sumut.bps.go.id?kdbsek=219pilih=vstasek
Universitas Sumatera Utara
dalam perjanjian kredit modal kerja dan Pasal 5 dalam perjanjian kredit kepemilikan rumah yang telah terlampir menyatakan bahwa:
“ Menyimpang dari apa yang ditentukan dalam Pasal 2, perjanjian ini bank berhak untuk menagih hutang pokok berikut bunga dan biaya- biaya lain tetapi
tidak terbatas ongkos untuk menagih utang tersebut di dalam dan di luar pengadilan kepada debitur dan debitur berkewajiban untuk membayar jumlah
uang yang terhutang tersebut kepada bank berdasarkan perjanjian dan perjanjian jaminan sekaligus serta mengakhiri jangka waktu kredit ini tanpa
perlu peringatanatau teguran berupa dan dari siapapun juga apabila: 1.
Debitur oleh Pengadilan Niaga dinyatakan sebagai jatuh pailit, meminta penundaan pembayaran atau karena apapun tidak berhak lagi untuk
mengurus dan menguasai kekayaan. 2.
Kekayaan debitur seluruhnya atau sebagian disita secara konservatoir dan bila sitaan konservatoir itu dinyatakan berlaku.
3. Debitur meninggal dunia
4. Debitur lalai atau tidak memenuhi salah satu ketentuan dalam perjanjian
ini. 5.
Apabila debitur mengalami kemunduran jumlah kekayaannya berkurang sehingga menurut penilaian bank, debitur tidak dapat membayar kembali
hutangnya. 6.
Debitur memberikan data- data atu keterangan- keterangan pernyataan- pernyataan yang tidak benar sehubungan dengan perjanjian ini.
7. Debitur melanggar ketentuan pasal 9 perjanjian ini.”
Dalam kasus kematian debitur, bank berhak menuntut hutang pokok berserta bunganya kepada ahli waris debitur sebab pewarisan hanya berlangsung setelah
kematian sesuai dengan Pasal 830 KUHPerdata. Ahli waris dengan sendirinya karena hukum memperoleh hak milik atas segala barang , segala hak, dan segala
piutang si yang meninggal Pasal 833 KUHPerdata . Menurut Bapak Darwin, karyawan PT. Bank Panin, Tbk Cabang
Pembantu Tebing Tinggi, ahi waris mempunyai opsi untuk melakukan pelunasan terhadap kredit yang ditinggalkan oleh debitur terdahulu atau melanjutkan kredit
tersebut. Jika debitur lalai atau beritikad tidak baik dengan tetap membiarkan kredit bermasalah, maka penyelesaian mengenai hal tersebut tertuang secara tegas
Universitas Sumatera Utara
dalam klausula perjanjian kredit yang dibuat secara notaris ataupun yang dibawah tangan.
Pasal 12 ayat 2 dalam perjanjian kredit modal kerja terlampir menyatakan bahwa:
“ Apabila setelah berakhirnya jangka waktu kredit ini karena sebab apapun dan ternyata menurut pertimbangan bank, debitur tidak menyelesaikan
kreditnya sebagaimana tersebut dalam ayat 1 pasal ini bank berhak mengambil tindakan- tindakan hukum berupa apapun dan dengan cara apapun yang
dianggap baik atas jaminan- jaminan yang diserahkan oleh debitur kepada bank atau diharuskan oleh ketentuan Bank Indonesia ketentuan pemerintah
yang berlaku.”
Hal-hal mengenai surat berharga telah dialihkan kuasanya dari debitur kepada
pihak kreditur sesuai dengan Pasal 14 ayat 1 perjanjian kredit modal kerja terlampir yakni:
“ Dalam penyediaan dana untuk pemberian kredit ini maka surat- surat berharga yang diserahkan oleh debitur kepada bank dapat dipindahkan haknya
kepada pihak lain.”
Dengan kata lain pihak kreditur dapat melakukan penjualan atas barang jaminan sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia. Hal ini terkait
dengan adanya penandatanganan atas surat kuasa untuk menjual terlampir. Pasal 14 ayat 2 mengenai hal kuasa dalam perjanjian kredit modal kerja
terlampir dinyatakan bahwa: “ Untuk sewaktu- waktu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada debitur
membebani mendebet rekening debitur AC nomor…… seluruh jumlah hutang, bunga dan biaya- biaya lain termasuk akan tetapi tidak terbatas premi
asuransi, honorarium pengacara, biaya notaris yang wajib dibayar oleh debitur kepada bank karena sebab apapun.”
Ketentuan klausul tersebut menyatakan secara jelas bahwa bank diberi kuasa oleh
debitur untuk menarik sejumlah hutang dari rekening debitur dalam hal debitur lalai menjalankan kewajibannya. Dengan demikian, dalam perjanjian modal kerja
Universitas Sumatera Utara
PT. Bank Panin, Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi yang telah terlampir dipaparkan secara jelas langkah yang akan ditempuh dalam hal tidak terpenuhinya
kewajiban debitur. Bank dalam menghadapi kredit yang sudah pada tahap kualitas macet,
terkadang memerlukan bantuan dari kelembagaaan hukum, diantaranya:
71
1. Melalui Panitia Urusan Piutang Negara dan Badan Urusan Piutang Negara
Kredit bermasalah terutama dalam golongan kredit macet pada bank milik Negara merupakan salah satu badan yang secara langsung atau tidak
langsung dikuasai Negara. Dalam menjalankan tugasnya Panitia Urusan Piutang Negara PUPNberpedoman pada ketentuan Pasal 2 Keputusan
Presiden Nomor 11 Tahun 1976 tentang Panitia Urusan Piutang Negara dan Badan Urusan Piutang Negara. Di dalam ketentuan tersebut
disebutkan bahwa PUPN mempunyai tugas: a.
Membahas pengurusan piutang Negara, yakni utang kepada Negara yang harus dibayar kepada Negara, yakni keadaan instansi- instansi
pemerintah badan- badan usaha Negara yang modal atau kekayaannya sebagian atau seluruhnya milik Negara, baik di pusat ataupun di
daerah.
b. Melakukan pengawasan terhadap piutang- piutang, kredit- kredit yang
telah dikeluarkan oleh instansi- instansi pemerintah badan- badan usaha Negara, baik di pusat maupun di daerah.
Pengurusan piutang Negara oleh PUPN dimaksudkan untuk menyelamatkan keuangan Negara secara cepat, efektif dan efisien.
2. Melalui badan peradilan; dan
Dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya, setiap kreditur dapat mengajukan gugatan untuk memperoleh keputusan pengadilan. Peradilan
yang dapat menyelesaikan dan menangani kredit bermasalah, yaitu peradilan umum melalui gugatan perdata dan peradilan niaga melalui
gugatan kepailitan. Apabila sudah ditetapkan keputusan pengadilan yang kemudian mempunyai kekuatan hukum tetap untuk dilaksanakan, tetapi
debitur tetap tidak melunasi utangnya, pelaksanaan keputusan tersebut dilaksanakan atas dasar perintah dengan pemimpin ketua pengdilan negeri
yang memeriksa gugatannya pada tingkat pertama. Atas perintah ketua pengadilan tersebut dilakukanlah penyitaan harta kekayaan debitur untuk
kemudian dilelang dengan perantaraan kantor lelang.
3. Melalui arbitrase atau badan alternatif penyelesaian sengketa
Dasar penyelesaian sengketa melalui arbitrase sekarang telah mempunyai landasan yang kuat, yaitu berupa peraturan perundang- undangan
mengenai arbitrase. Penyelesaian melalui arbitrase ini dapat dijalankan
71
Muhamad Djumhana, Op.Cit., hlm 494
Universitas Sumatera Utara
apabila dalam perjanjian kredit sebelum timbul sengketa sebelum timbulnya kredit bermasalah telah dimuat klausul arbitrase atau suatu
perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbulnya kredit bermasalah tersebut.
4. Penyelesaian kredit bermasalah melalui BPPN
Penanganan piutang Negara oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional terbatas pada piutang yang terjadi karena proses penyehatan perbankan.
Hal demikian karena Badan Penyehatan Perbankan Nasional itu sendiri sebagai lembaga yang bersifat sementara didirikan untuk penyehatan
perbankan. Dengan demikian, piutang Negara yang ditanganinya hanya menyangkut piutang Negara yang berasal dari kredit yang ada pada bank
dalam penyehatan.
Tidak tertutup kemungkinan untuk melakukan penyelesaian kredit melalui jalur pengadilan mengingat di dalam perjanjian kredit yang dikeluarkan oleh
pihak bank memuat klausula yang menyatakan domisili kepaniteraan pengadilan negeri. Namun dewasa ini, PT. Bank Panin, Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi
lebih mengutamakan pendekatan secara kekeluargaan dengan menghindari penyelesaian sengketa melalui jalur pengadilan. Dalam hal ahli waris tidak
mampu membayar utang, jaminan kredit yang pada awalnya sudah dibebankan untuk mendapatkan kredit akan dilelang untuk menutupi utang yang ada. Lelang
eksekusi barang jaminan dewasa ini diharapkan dapat menjadi solusi dari penyelesaian kredit macet, ketika upaya yang lain tidak dapat lagi dilakukan.
Hasil lelang barang jaminan utang akan digunakan sebagai pelunasan dari debitur macet. Lelang sebagai alternatif penyelesaian kredit macet memiliki keunggulan
karena penjualan secara lelang bersifat build in control, obyektif, kompetitif, dan otentik. Selain keunggulan tersebut lelang sebagai alternatif penyelesaian kredit
macet juga efektif dan efisien dalam pelaksanaannya serta memberikan kepastian hukum.
Universitas Sumatera Utara
B. Peranan PUPN Dalam Menyelesaikan Kredit Atas Kejadian