Batasan- Batasan Dalam Pemberian Kredit

a. Jaminan pribadi personal guarantee , yaitu kemampuan seseorang dalam memberikan jaminan kredit dengan kapasitasnya untuk menutupi kredit tersebut tunduk pada pasal 1831 BW sedang penjamin lainnya ditagih setelah hutang tersebutterbayar sebagian oleh penjamin pertama pasal 1837 BW. b. Jaminan perusahaan corporate guarantee yaitu jaminan dari perusahaan yang dianggap bonafide dalam kapasitasnya untuk mengembalikan pinjaman yang diterima dari bank. c. Aval dengan segala bentuk jaminan, meliputi nama, bonafiditas, reputasi, trademark, dan goodwill. Jaminan- jaminan yang berbentuk non- matrial merupakan suatu kepercayaan bank terhadap nasabahnya. Untuk itu watak dan karakter nasabah sangat mempengaruhi dalam pemberian persetujuan kredit tersebut. Sesuai dengan peraturan intern masing- masing bank, umumnya nilai jaminan yang diserahkan debitur kepada bank lebih besar bila dibandingkan dengan nilai kredit yang diberikan bank kepada debitur. Dapat disimpulkan secara umum fungsi jaminan kredit ialah menjamin pelunasan utang debitur bila debitur wanprestasi atau pailit. Jaminan kredit akan memberikan jaminan kepastian hukum kepada pihak perbankan bahwa kreditnya akan tetap kembali walaupun dengan cara mengeksekusi jaminan kredit perbankan.

F. Batasan- Batasan Dalam Pemberian Kredit

Bank dalam menjalankan fungsinya dalam penyaluran dana, penyediaan dana, ataupun kegiatan lainnya wajib menjalankan prinsip kehati-hatian sebagaimana diwajibkan dalam ketentuan Pasal 11 Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Dipandang secara meluas, ketentuan tersebut memberikan batasan- batasan tertentu pada bank dalam menjalankan fungsinya. Universitas Sumatera Utara Batas maksimum pemberian kredit ini merupakan sarana pengawasan penyaluran kredit bank. Batas maksimum pemberian kredit atau yang biasa dikenal dengan BMPK adalah persentase maksimum penyediaan dana yang diperkenankan terhadap modal bank, yang diberikan kepada peminjam atau sekelompok peminjam tertentu. 44 Kebijakan ini bertujuan agar tidak menimbulkan kesulitan yang berat bagi perbankan dalam memenuhi ketentuan mengingat banyak bank yang memberikan kredit melebihi ketentuan batas maksimum. Pasal 11 ayat 1, ayat 2, ayat 3, dan ayat 4 Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dalam Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998, memuat ketentuan bahwa Bank Indonesia sebagai bank sentral dapat menetapkan peraturan Batas Maksimum Pemberian Kredit BMPK legal lending limit . Dari aturan tersebut, maka ketentuan BMPK dapat dibedakan atas 2 dua jenis, yaitu: 45 1. Jenis BMPK 30 tiga puluh persen Bank Indonesia dapat menetapkan BMPK yang lebih rendah dari 30 dari modal bank, tetapi tidak boleh melebihi 30 dari modal bank yang bersangkutan. BMPK ini ditujukan kepada peminjam atau sekelompok peminjam yang terkait, termasuk kepada perusahaan- perusahaan dalam kelompok yang sama dengan bank yang bersangkutan. Kelompok group merupakan kumpulan orang atau badan yang satu sama lain mempunyai kaitan dalam hak kepemilikan, kepengurusan, danatau hubungan keuangan. 2. Jenis BMPK 10 sepuluh persen Bank Indonesia dapat menetapkan BMPK yang lebih rendah dari 10 modal bank, tetapi tidak boleh melebihi 10 dari modal bank yang bersangkutan. BMPK ini ditujukan kepada: a. Pemegang saham yang bersangkutan; b. Anggota dewan komisaris; c. Anggota direksi; 44 Djoni S.Gazali, Rachmadi Usman, Hukum Perbankan, Jakarta, Sinar Grafika,2010, hlm. 293. 45 Ibid., hlm. 294. Universitas Sumatera Utara d. Keluarga dari pihak pemegang saham yang bersangkutan, anggota dewan Komisaris dan anggota direksi; e. Pejabat bank lainnya; dan f. Perusahaan- perusahaan yang di dalamnya terdapat kepentingan pihak- pihak pemegang saham yang bersangkutan, anggota dewan komisaris, anggota direksi, keluarga pemegang saham yang bersangkutan, anggota dewan komisaris dan anggota direksi, dan pejabat bank lainnya. Ketentuan mengenai BMPK ini diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 73PBI2005 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 813PBI2006. Dengan diberlakukannya ketentuan tersebut maka Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31 177 KEP DIR tanggal 31 Desember 1998 tentang Batas Maksimum Kredit Bank Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 216 PBI 2000 dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 25PBI2000 tanggal 21 Februari 2000 tentang Penyediaan Dana oleh Bank yang Dijamin Bank lain dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Dalam kerangka penyediaan dana ini maka ada beberapa yang dikecualikan dalam perhitungan BMPK, yaitu sebagaimana diatur dalam Pasal 27 ayat 1 Peraturan Bank Indonesia Nomor 73PBI2005 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum, yaitu sebagai berikut: Ketentuan BMPK dikecualikan untuk: 1. Pembelian surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah Indonesia dan atau Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku; 2. Bagian penyediaan dana yang dijamin oeh pemerintah Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Jaminan bersifat tanpa syarat unconditional dan tidak dapat dibatalkan irrevocable; Universitas Sumatera Utara b. Harus dapat dicairkan selambat-lambatnya 7 tujuh hari kerja sejak diajukan kaim, termasuk pencairan sebagian; c. Mempunyai jangka waktu paling kurang sama dengan jangka waktu penyediaan dana; dan d. Tidak dijamin kembali counter guarantee oleh bank penyedia dana atau bank yang bukan prime bank. 3. Bagian penyediaan dana dijamin oleh: a. Agunan dalam bentuk agunan tunai berupa giro, deposito, tabungan, setoran jaminan, danatau emas; b. Agunan berupa surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah Indonesia danatau Bank Indonesia, sepanjang memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Agunan diblokir dan dilengkapi dengan surat kuasa pencairan dari pemilik agunan untuk keuntungan bank penerima agunan, termasuk pencairan sebagian untuk membayar tunggakan angsuran pokok bunga; 2. Bersifat tanpa syarat unconditional dan tidak apat dibatalkan irrevocable ; 3. Jangka waktu pemblokiran sebagaimana dimaksud pada angka 1 paling kurang sama dengan jangka waktu penyediaan dana; 4. Memiliki pengikatan hukum yang kuat legally enforceable sebagai agunan, bebas dari segala bentuk perikatan lain, bebas dari sengketa, tidak sedang dijaminkan kepada pihak lain, termasuk tujuan penjaminan yang jelas; 5. Untuk agunan tunai sebagaimana dimaksud pada huruf a, disimpan atau ditatausahakan pada bank penyedia dana atau pada prime bank. Selain yang diatur dalam pasal 27 ayat 1, ada beberapa ketentuan lain dari Peraturan Bank Indonesia Nomor 73PBI2005 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum yang mengatur pengecualian dalam penghitungan BMPK, di antaranya terdapat dalam: 46 1. Ketentuan pasal 29 Ketentuan BMPK dikecualikan untuk penempatan sepanjang penempatan tersebut termasuk dalam cakupan yang dijamin dan memenuhi syarat program penjaminan pemerintah serta bank tempat penempatan memenuhi persyaratan program penjaminan pemerintah. 2. Ketentuan pasal 31 46 Muhamad Djumhana, Op.Cit., hlm. 476. Universitas Sumatera Utara Penyertaan modal kepada bank lain di Indonesia dikecualikan dari ketentuan BMPK sepanjang bank melakukan konsolidasi dengan bank penerima penyertaan modal investee . Pengecualian tersebut berlaku dengan ketentuan sebagai berikut: a. Penyertaan modal yang dilakukan mengakibatkan bank wajib melakukan konsolidasi laporan keuangan dengan investee; b. Bank dan investee bersedia memberikan komitmen secara tertulis kepada Bank Indonesia untuk menerapkan pengawasan bank dan investee, baik secara individual maupun secara konsolidasi; dan c. Penyertaan modal memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku. 3. Ketentuan pasal 32 Pengambilalihan wesel ekspor berjangka dikecualikan dari perhitungan BMPK sepanjang memenuhi persyaratan berikut: a. Wesel ekspor berjangka diterbitkan atas dasar Letter of Credit LC berjangka Usance LC yang sesuai dengan Uniform Customs and Practice for Documentary Credit UCP yang berlaku. b. Telah diaksep oleh prime bank, sepanjang jaminan yang diberikan memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Berbentuk standby letter of credit yang diterbitkan sesuai dengan Uniform Customs and Practice UCP atau International Standby Practices ISP yang berlaku; 2. Bersifat tanpa syarat unconditional dan tidak dapat dibatalkan irrevocable ; 3. Harus dapat dicairkan selambat-lambatnya 7 hari kerja sejak diajukan klaim; 4. Mempunyai jangka waktu paling kurang sama dengan jangka waktu penyediaan dana; dan 5. Tidak dijamin kembali counter guarantee oleh bank penyedia dana atau bank yang bukan prime bank. 4. Ketentuan pasal 34 Bahwa penempatan pada setiap prime bank tidak diperhitungkan dalam batas maksimum pemberian kredit dengan jumlah paling tinggi masing- masing sebesar modal bank. 5. Ketentuan pasal 35 Bahwa bagian penyediaan dana kepada peminjam yang dijamin oleh lembaga pembangunan multilateral dikecualikan dari perhitungan BMPK sepanjang jaminan yang diberikan memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Penyediaan dana bertujuan untuk pembiayaan di Indonesia; b. Penjamin merupakan lembaga pembangunan multilateral yang ditetapkan Bank Indonesia; dan c. Jaminan yang diberikan memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Bersifat tanpa syarat unconditional dan tidak dapat dibatalkan irrevocable ; 2. Harus dapat dicairkan selambat-lambatnya 7 hari kerja sejak diajukan klaim, termasuk pencairan sebagian; Universitas Sumatera Utara 3. Mempunyai jangka waktu paling kurang sama dengan jangka waktu penyediaan dana; dan 4. Tidak dijamin kembali counter guarantee oleh bank penyedia dana atau bank yang bukan prime bank. Universitas Sumatera Utara

BAB III TINJAUAN TENTANG KREDIT MACET YANG DISEBABKAN OLEH

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Penyelesaian Kredit Macet Pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Krakatau Medan

2 72 103

Tinjauan Yuridis Kredit Macet pada Perjanjian Kredit Modal Kerja (Studi Kasus pada Bank BNI Cabang Pemuda Medan)

1 129 94

Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Kredit Macet Atas Kejadian Meninggalnya Debitur (Studi pada PT. Bank Panin,Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi

1 100 90

Pelaksanaan Penyelesaian Kredit Macet (Studi Pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia, Medan)

0 48 86

Tinjauan Yuridis Penyelesaian Kredit Macet Pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Krakatau Medan

1 51 103

Tinjauan Yuridis Penyelesaian Kredit Macet Pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Krakatau Medan

0 0 10

BAB II TINJAUAN TENTANG KREDIT BANK DI INDONESIA DALAM SISTEM HUKUM PERDATA A. Pengertian Kredit Bank - Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Kredit Macet Atas Kejadian Meninggalnya Debitur (Studi pada PT. Bank Panin,Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi

0 0 26

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Kredit Macet Atas Kejadian Meninggalnya Debitur (Studi pada PT. Bank Panin,Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi

0 0 13

Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Kredit Macet Atas Kejadian Meninggalnya Debitur (Studi pada PT. Bank Panin,Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi

0 0 10

Tinjauan Yuridis Penyelesaian Kredit Macet Pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Krakatau Medan

0 2 10