Disamping macam- macam kredit yang telah diuraikan, masih terdapat beberapa macam kredit yang diberikan nasabah dipandang dari sektor
yang dibiayai oleh bank sebagai berikut: kredit perdagangan, kredit pemborongan, kredit pertanian, kredit peternakan, kredit perhotelan, kredit
percetakan, kredit pengangkutan, kredit perindustrian.
27
C. Landasan Pengaturan Kredit Bank
Landasan merupakan dasar tumpuan tempat dimulainya segala sesuatu. Landasan juga merupakan alas patokan bagi masyarakat untuk melakukan
penilaian dalam melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu. Munir Fuady mengemukakan landasan- landasan dalam kredit bank sebagai berikut :
28
1. Perjanjian diantara para pihak
Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang
membuatnya. Maka dengan ketentuan pasal itu setiap perjanjian yang dibuat secara sah mempunyai kekuatan yang sama dengan kekuatan
undang-undang. Demikian pula dalam bidang perkreditan, khususnya kredit bank yang diawali oleh satu perjanjian yang sering disebut dengan
perjanjian kredit dan umumnya dilakukan dalam bentuk tertulis.
2. Undang-undang tentang perbankan
Di Indonesia undang-undang yang khusus mengatur tentang perbankan adalah Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas UU
Nomor 7 Tahun 1998 mengenai Perbankan.
3. Peraturan pelaksanaan dari undang-undang
Peraturan perundang-undangan seperti ini cukup banyak. Hal ini diakibatkan oleh karena suatu karakter yuridis dari bisnis perbankan yakni
bidang bisnis yang syarat pengaturan dan petunjuk pelaksanaan. Diantara peraturan perundangan yang tingkatnya dibawah undang-undang yang
mengatur tentang perkreditan dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a.
Peraturan Pemerintah b.
Peraturan perundang-undangan oleh Menteri Keuangan c.
Peraturan perundang-undangan oleh Bank Indonesia d.
Peraturan perundang-undangan lainnya 4.
Yurisprudensi Yurisprudensi merupakan keputusan hakim terdahulu terhadap suatu
perkara yang tidak diatur di dalam undang- undang dan dijadikan pedoman
27
Gatot Supramono, Op.Cit., hlm. 31.
28
http:kuliahade.wordpress.com20100627hukum-perbankan-kredit-bank-ii
Universitas Sumatera Utara
oleh hakim lainnya dalam perkara yang sama. Maka dari itu, disamping peraturan perundang-undangan yang telah disepakati sebagai dasar hukum
untuk kegiatan perkreditan, yurisprudensi dapat juga menjadi dasar hukum.
5. Kebiasaan perbankan
Dalam Ilmu Hukum diajarkan bahwa kebiasaan dapat juga menjadi suatu sumber hukum. Demikian juga dalam bidang perkreditan, kebiasaan dan
praktik perbankan dapat juga menjadi suatu dasar hukum. Memang banyak hal yang telah lazim dilaksanakan dalam praktik tetapi belum mendapat
pengaturan dalam peraturan perundang-undangan. Hal seperti ini tentu sah-sah saja untuk dilakukan oleh perbankan, asal saja tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6. Peraturan perundang-undangan terkait lainnya
Perjanjian kredit bank seringkali terkait dengan beberapa peraturan perundang-undangan. Kredit pada hakikatnya merupakan suatu wujud
perjanjian sehingga dasar- dasar sahnya perjanjian kredit harus mengacu kepada buku ketiga KUHPerdata tentang Perikatan. Demikian halnya
dengan ketentuan mengenai hipotik atau hak tanggungan yang merupakan perjanjian ikutan dalam perjanjian kredit sehingga peraturan- peraturan
mengenai hipotik atau hak tanggungan seperti yang diatur dalam Undang- Undang Pokok Agraria No 5 Tahun 1960, HIR tentang eksekusi hipotik,
Kitab Undang- Undang Hukum Acara Perdata, serta Undang- Undang No 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan juga harus diperhatikan.
Mengingat kewenangan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral, Bank Indonesia juga mengeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan mengenai
perkreditan. Peraturan perundang-undangan Bank Indonesia merupakan peraturan yang harus dipatuhi pula dalam pelaksanaan perkreditan bank. Adapun beberapa
ketentuan peraturan perundang-undangan umum yang dikeluarkan Bank Indonesia untuk melengkapi ketentuan perkreditan bank diantaranya:
29
1. SK Direksi BI No 27162KEPDIR Tahun 1995 mengenai Kebijaksanaan
Perkreditan Bank KPB SK BI ini mengatur dan menetapkan kewajiban Bank Umum untuk
memiliki dan menerapkan Kebijaksanaan Perkreditan Bank KPB dalam pelaksanaan pemberian kredit dan pengelolaan kreditnya secara konsekuen
dan konsisten
29
M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Jakarta, PT Rajagrafindo Persada, 2007, hlm. 84.
Universitas Sumatera Utara
2. PBI No. 72PBI2005 serta perubahannya dengan PBI No 82PBI2006
dan PBI No 96PBI2007 mengenai Penilaian Kualitas Aktiva Sebagian besar dari ketentuan penilaian kualitas aktiva adalah mengenai
hal- hal yang berkaitan dengan pemberian kredit. Pemberian kredit merupakan bagian dari aktiva produktif bank dalam rangka penyediaan
dana untuk memperoleh penghasilan. Ketentuan PBI No 72PBI2005 beserta perubahan-perubahannya dan SEBI tentang petunjuk
pelaksanaannya, sepanjang mengenai hal hal kualitas kredit, penyisihan penghapusan aktiva, dan restrukturisasi kredit.
3. PBI No 73PBI2005 dan PBI No 813PBI2006 mengenai BMPK
BMPK ialah persentase maksimum penyediaan dana yang diperkenankan terhadap modal bank. Dalam PBI ini diatur pula ketentuan- ketentuan
tentang perhitungan BMPK untuk kredit dan bentuk penyediaan dana lainnya, pelampauan BMPK, penyelesaian pelanggaran dan pelampauan
BMPK, pengecualian ketentuan BMPK, pelaporan, pengenaan sanksi, dan sebagainya.
D. Dasar- Dasar Pemberian Kredit Bank