B. Peranan PUPN Dalam Menyelesaikan Kredit Atas Kejadian
Meninggalnya Debitur Pada PT. Bank Panin, Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi
Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI tahun 1945, pemerintah menggulirkan program pengucuran atau pemberian pinjaman dana untuk kredit
bagi para pengusaha kecil dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian rakyat pasca penjajahan yang diproklamirkan oleh Muhammad Hatta pada tahun
1946. Dalam perkembangannya, pengucuran atau pinjaman dana yang diberikan oleh pemerintah tersebut tidak dapat dikembalikan tepat pada waktunya, bahkan
dana tersebut menjadi kredit macet. Bila keadaan tersebut tidak segera dilakukan langkah pengamanan, maka dikhawatirkan akan sangat merugikan keuangan dan
kekayaan negara yang selanjutnya akan memperlambat pertumbuhan perekonomian negara. Atas dasar pertimbangan tersebut dan mengingat sistem
penyelesaian perkara yang ada pada saat itu berdasarkan Pasal 195 HIR tidak mampu melakukan fungsinya dalam melakukan pengamanan terhadap keuangan
dan kekayaan Negara sehingga berdasarkan Keputusan Penguasa Perang Pusat Kepala Staf Angkatan Darat Nomor KptsPeperpu02411958 tanggal 6 April
1958 dibentuk Panitia Penyelesaian Piutang Negara P3N dengan tugas melakukan penyelesaian piutang Negara dengan cara Parate Eksekusi
melaksanakan sendiri putusan-putusannya seperti surat paksa, sita, lelang, dan keputusan hukum lainnya tanpa harus meminta bantuan lembaga
peradilan. Namun demikian, tugas dan kewenangan P3N untuk menyelesaikan piutang negara secara cepat dan efisien masih dipandang relevan untuk tetap
Universitas Sumatera Utara
dilaksanakan. Oleh karena itu, pemerintah memandang perlunya untuk menyusun suatu ketentuan pengganti yang dapat mempertahankan eksistensi tugas dan
kewenangan pengurusan piutang negara yang cepat dan efisien. Pada
tanggal 14 Desember 1960 pemerintah menetapkan Undang-Undang Nomor 49 Prp Tahun
1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara. Berdasarkan Undang-Undang tersebut pemerintah membentuk Panitia Urusan Piutang Negara PUPN sebagai
pengganti P3N. Guna melestarikan dan mempertahankan eksistensi kewenangan P3N, maka PUPN juga diberikan kewenangan Parate Eksekusi dalam
melaksanakan tugasnya. Pada tahun 1971 penyerahan piutang negara yang berasal dari kredit investasi cukup banyak, namun struktur organisasi dan sumber daya
manusia PUPN terbatas. Oleh karena itu,berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 1976 dibentuk Badan Urusan Piutang Negara BUPN dengan tugas
mengurus penyelesaian piutang negara, sedangkan PUPN yang merupakan panitia interdepartemental hanya menetapkan produk hukum dalam pengurusan piutang
negara. Sebagai penjabaran Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 1976 tersebut, Menteri Keuangan mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 517MKIV1976
tentang susunan organisasi dan tata kerja BUPN, dimana tugas pengurusan piutang negara dilaksanakan oleh Satuan Tugas Satgas BUPN. Meningkatnya
piutang negara yang pengurusannya diserahkan kepada BUPN menandakan makin banyaknya piutang negara yang bermasalah macet, baik berasal dari perbankan
yang mempunyai agunan maupun non perbankan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah memandang perlu mengeluarkan suatu kebijakan guna
mempercepat proses pelunasan piutang negara. Untuk itu diterbitkanlah
Universitas Sumatera Utara
Keputusan Presiden Nomor 21 Tahun 1991 yang menggabungkan fungsi lelang dan seluruh aparatnya dari lingkungan Direktorat Jenderal Pajak ke dalam struktur
organisasi BUPN, sehingga terbentuklah organisasi baru yang bernama Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara BUPLN.
Sebagai tindak lanjut dari Keputusan Presiden Nomor 21 Tahun 1991, Menteri Keuangan memutuskan bahwa tugas operasional pengurusan piutang
negara dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pengurusan Piutang Negara KP3N, sedangkan tugas operasional lelang dilakukan oleh Kantor Lelang Negara KLN.
Selanjutnya berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 177 Tahun 2000 yang ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 2KMK.012001
tanggal 3 Januari 2001, BUPLN ditingkatkan menjadi Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara DJPLN.Untuk menyesuaikan tugas dan fungsi pada kantor
operasional, maka Kantor Pelayanan Pengurusan Piutang Negara KP3N dan Kantor Lelang Negara KLN dilebur menjadi satu dengan nama Kantor
Pengurusan Piutang dan Lelang Negara KP2LN.Penyatuan ini dikukuhkan dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 425KMK.012002 tanggal 2
Oktober 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara dan Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang
Negara. Pada tahun 2006 terjadi penataan organisasi di lingkungan Departemen
Keuangan dimana fungsi Pengurusan Piutang Negara dan Pelayanan Lelang digabung dengan fungsi Pengelolaan Kekayaan Negara Direktorat Pengelolaan
Barang MilikKekayaan Negara PBMKN DJPb, sehingga Direktorat Jenderal
Universitas Sumatera Utara
Piutang dan Lelang Negara DJPLN berubah menjadi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara DJKN berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2006
tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Republik Indonesia.
Dengan adanya perubahan organisasi tersebut, maka KP2LN berganti nama menjadi Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang KPKNL dengan
tambahan fungsi pelayanan di bidang kekayaan negara dan penilaian sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135PMK.012006 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Instansi Vertikal di lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.
72
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Darwin, karyawan PT. Bank Panin, Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi, penyelesaian kredit pihak Bank
Panin cabang Tebing Tinggi atas meninggalnya debitur melalui lembaga hukum hanya pernah dilakukan dengan lelang eksekusi melalui KPKNL Pematang
Siantar meskipun dalam Pasal 18 perjanjian kredit modal kerja terlampir dinyatakan bahwa:
“ Mengenai perjanjian ini dan segala akibatnya debitur memilih domisili yang tetap di Kantor Panitera Pengailan Negeri Tebing Tinggi Deli akan tetapi
dengan tidak mengurangi hak dari Bank untuk mengajukan penuntutan terhadap debitur dihadapan pengadilan- pengadilan lainnya dimanapun juga
yang dipandang baik oleh bank sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.”
Artinya tidak tertutup kemungkinan dilakukan penyelesaian hukum melalui lembaga peradilan. Dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya, kreditur
dapat mengajukan gugatan untuk memperoleh putusan pengadilan. Namun
72
https:www.djkn.kemenkeu.go.idpagesejarah
Universitas Sumatera Utara
prosedur ini biasanya memakan waktu yang relatif lama karena debitur yang dikalahkan biasanya mengulur waktu dengan mempergunakan upaya banding dan
kasasi sehingga proses penyelesaian atas kasus yang dibawa ke pengadilan tidak dapat terselesaikan dengan cepat. Selain itu, dari segi ekonomi, penyelesaian
melalui pengadilan ini mengandung suatu kelemahan. Kelemahan tersebut terjadi karena beberapa hal, seperti ketidakefisienan sistem peradilan yang ada sebab
harus mengikuti sistem yang formal dan teknis sekali sehingga penyelesaian tersebut kurang efektif karena memerlukan waktu yang lama serta biaya yang
mahal. Penyelesaian seperti itu dipandang dari segi kegiatan usaha yang selalu berpedoman cepat dan berbiaya murah kondisinya bertentangan dengan kedua
asas tersebut. Hal ini menyebabkan derasnya kasus penyelesaian kredit melalui jalur pengadilan secara umum pada PT. Bank Panin, Tbk di seluruh Indonesia
mengalami penurunan yang drastis dari tahun 2011 sampai tahun 2012, dimana:
73
Permasalahan hukum Legal Cases
Tahun 2012 Tahun 2011
Perdata Pidana Perdata Pidana
Telah selesai 4
16 Dalam proses penyelesaian
68 201
2 Total 72
217 2
Sumber Data: Laporan Tahunan PT. Bank Panin, Tbk Tahun 2012 PT. Bank Panin, Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi sebagai Cabang
Pembantu di Kota Tebing Tinggi selalu mengusahakan agar kasus sengketa kredit
73
Hasil wawancara dengan Bapak Darwin selaku karyawan PT. Bank Panin, Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi
Universitas Sumatera Utara
yang terjadi segera diselesaikan secara cepat, akurat dan tidak merugikan pihak mana pun. Penyelesaian dengan pendekatan secara kekeluargaan merupakan
prioritas utama dalam penyelesaian atas segala permasalahan yang timbul. PUPN mempunyai peranan penting dalam penyelesaikan kredit atas meninggalnya
debitur pada PT. Bank Panin, Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi. Meskipun peranan aktif dilaksanakan oleh KPKNL tetapi PUPN yang merupakan panitia
interdepartemental memiliki peranan yang penting untuk menetapkan produk hukum dalam pengurusan piutang negara.
C.
Upaya Perlindungan PT. Bank Panin, Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi Dalam Mencegah Masalah Kredit Macet Yang Disebabkan oleh
Meninggalnya Debitur
PT. Bank Panin,Tbk didirikan pada tahun 1971 di Jakarta, Bank Panin merupakan hasil merger dari 3 tiga bank: Bank Kemakmuran, Bank Industri
Djaja Indonesia dan Bank Industri Dagang Indonesia. Setahun kemudian, pada April 1972, Bank Panin memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia untuk
menjadi bank devisa. Pada tahun 1982, Bank Panin mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta sekarang Bursa Efek Indonesia, dan menjadi bank pertama
yang go public di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Adapun produk pinjaman yang ditawarkan oleh Bank Panin, berupa:
74
Kredit Express Panin Kredit tanpa jaminan yang prosesnya sangat mudah
dan cepat, dengan angsuran fleksibel selama 36 bulan, bunga yang kompetitif.
Kredit Pemilikan Rumah Fasilitas Kredit untuk nasabah perorangan yang
digunakan khusus untuk pembelianrenovasi rumah, ruko, villa, atau apartemen.
Kredit Pemilikan Mobil Fasilitas Kredit untuk nasabah perorangan yang
digunakan khusus untuk pembelian mobil baru maupun bekas.
Kredit Serba Guna Kredit yang dapat digunakan untuk berbagai
kebutuhan dengan persyaratan mudah, dengan pilihan 2 dua jenis pinjaman: Rekening Koran atau angsuran
SMART Panin Small Medium and Retail Trade Panin, pinjaman
pembiayaan bagi usaha kecil dan menengah yang tersedia dalam berbagai pilihan: Pinjaman Modal
Kerja, Pinjaman Investasi, SMART Trade Finance Import dan Export, SMART Trade Service dan Bank
Garansi
Kredit Mikro Fasilitas pinjaman untuk pengembangan usaha kecil
atau home industry dengan nominal pinjaman tertentu Credit Card
Kartu kredit Bank Panin untuk memudahkan nasabah individual untuk melakukan berbagai transaksi
perbankan di seluruh dunia yang dilengkapi berbagai penawaran dan fasilitas menarik
Kredit Korporasi Fasilitas pinjaman berupa cash maupun non cash loan
dan layanan perbankan lainnya untuk kebutuhan modal kerja atau investasi usaha
Kredit Sindikasi Pelayanan pengaturan pembiayaan bersama dengan
beberapa bank lain untuk badan usaha berskala besar.
Banyaknya program produk pinjaman yang diberikan oleh bank selalu terdapat hal yang dinamakan dengan resiko kredit. Resiko kredit credit risk
merupakan suatu resiko kerugian yang disebabkan oleh ketidakmampuan ataupun gagal bayar dari debitur atas kewajiban pembayaran utangnya baik utang pokok
maupun atas bunganya ataupun keduanya. Salah satu cara untuk
74
Hasil wawancara dengan Bapak Darwin selaku karyawan PT. Bank Panin, Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi
Universitas Sumatera Utara
meminimalisasikan adanya resiko atas kredit tentunya dengan memperhatikan prinsip 5C dalam pemberian kredit. Meskipun demikian, resiko kredit tersebut
tetap ada. Contohnya debitur meninggal dunia. Kematian merupakan hal yang pasti dialami oleh manusia hanya saja
sebagai manusia kita tidak mampu mengetahui atau bahkan memprediksi kapan waktunya kita meninggal. Pihak bank yakni PT. Bank Panin, Tbk Cabang
Pembantu Tebing Tinggi meskipun tidak mampu mencegah terjadinya kematian tetapi pihak bank mempunyai langkah preventif untuk mengantisipasi kredit
macet yang terjadi bila debitur meninggal dunia. Upaya perlindungan bagi PT. Bank Panin, Tbk Cabang Pembantu Tebing
Tinggi dalam mencegah kredit macet yang disebabkan oleh meninggalnya debitur ialah dengan menerapkan klausula asuransi insurance clausul dalam perjanjian
kreditnya. Klausul ini bertujuan untuk memberikan proteksi kepada Bank atas resiko kegagalan debitur dalam melunasi fasilitas kredit atau pinjaman tunai cash
loan , seperti dalam kredit modal kerja, kredit perdagangan, dan lain- lain. Pada Pasal 8 perjanjian kredit kepemilikan rumah terlampir dinyatakan
bahwa: “ Debitur dengan ini berjanji dan mengikatkan diri kepada bank untuk tidak
menutup asuransi jiwa atas nama debitur dan menutup asuransi kebakaran atas bangunan yang diberikan sebagai jaminan dalam akta ini pada perusahaan
asuransi serta dengan syarat- syarat dan hingga nilai asuransi yang disetujui oleh bank, antara lain dengan syarat- syarat bahwa bank adalah pihak yang
berhak untuk menagih menuntut dan menerima uang ganti- rugi asuransi dari perusahaan asuransi bank’s clause , dan selanjutnya mempergunakan
memperhitungkan uang ganti kerugian asuransi tersebut dengan segala hutang- hutangnya debitur kepada bank karena sebab apapun juga.”
Universitas Sumatera Utara
Ketentuan tersebut menyatakan secara jelas bahwa debitur dalam perjanjian tersebut setuju untuk membuka asuransi jiwa. Asuransi jiwa ini pada dasarnya
bersifat pilihan. Artinya pihak debitur boleh memilih mau mempergunakan asuransi jiwa atau tidak. Hal ini diperkuat dengan tidak dinyatakan bahwa debitur
membuka asuransi jiwa dalam perjanjian kredit modal kerja terlampir. Sesuai dengan salah satu sifat dasar perjanjian yakni adanya kesepakatan,
mengenai syarat- syarat hingga perhitungan asuransi jiwa dalam kredit harus disepakati oleh kedua belah pihak penanda tangan kredit. Dalam asuransi jiwa
terlampir manfaat dari pertanggungannya ialah uang pertanggungan yang ditanggung dalam hal debitur meninggal dunia ialah sisa kredit tetapi tidak
melebihi uang pertanggungan dan dibayarkan kepada kreditur. Asuransi jiwa menjadi upaya perlindungan bagi PT. Bank Panin, Tbk Cabang Pembantu Tebing
Tinggi dalam menghadapi kredit macet yang disebabkan oleh meninggalnya debitur serta memberikan keamanan dan kenyamanan kepada ahli waris sehingga
tidak dibebankan dengan utang debitur terdahulu. Dalam asuransi kredit yang menjadi subjek tertanggung adalah Bank yang
mengajukan permintaaan asuransi kredit bukan debitur yang meminjam dana dari Bank. Asuransi kredit merupakan biparty agreement dimana hanya ada dua pihak
yang terlibat yaitu perusahaan asuransi sebagai penanggung dan bank umum atau lembaga pembiayaan sebagai tertanggung. Sedangkan objek pertanggungan
biasanya terletak pada resiko timbulnya kerugian yang dialami oleh Bank karena adanya kredit macet dari debitur. Asuransi merupakan produk Perusahaan
Universitas Sumatera Utara
Asuransi, bukan merupakan produk Bank, sehingga tidak termasuk dalam cakupan program penjaminan pemerintah dan tidak dijamin oleh Bank.
Saat ini, Bank Panin bekerja sama dengan PT. Panin Life dalam
menawarkan bancassurance. Bancassurance adalah produk asuransi dan investasi
yang diterbitkan oleh perusahaan asuransi untuk memenuhi kebutuhan nasabah terhadap perlindungan keuangan.
75
Pada beberapa produk, nasabah juga mendapatkan potensi tingkat pengembalian lebih tinggi daripada suku bunga
simpanan.
75
http:www.panin.co.idpages163bancassurance
Universitas Sumatera Utara
BAB V Kesimpulan dan Saran