Dasar- Dasar Pemberian Kredit Bank

2. PBI No. 72PBI2005 serta perubahannya dengan PBI No 82PBI2006 dan PBI No 96PBI2007 mengenai Penilaian Kualitas Aktiva Sebagian besar dari ketentuan penilaian kualitas aktiva adalah mengenai hal- hal yang berkaitan dengan pemberian kredit. Pemberian kredit merupakan bagian dari aktiva produktif bank dalam rangka penyediaan dana untuk memperoleh penghasilan. Ketentuan PBI No 72PBI2005 beserta perubahan-perubahannya dan SEBI tentang petunjuk pelaksanaannya, sepanjang mengenai hal hal kualitas kredit, penyisihan penghapusan aktiva, dan restrukturisasi kredit. 3. PBI No 73PBI2005 dan PBI No 813PBI2006 mengenai BMPK BMPK ialah persentase maksimum penyediaan dana yang diperkenankan terhadap modal bank. Dalam PBI ini diatur pula ketentuan- ketentuan tentang perhitungan BMPK untuk kredit dan bentuk penyediaan dana lainnya, pelampauan BMPK, penyelesaian pelanggaran dan pelampauan BMPK, pengecualian ketentuan BMPK, pelaporan, pengenaan sanksi, dan sebagainya.

D. Dasar- Dasar Pemberian Kredit Bank

Pemberian kredit oleh bank merupakan unsur terbesar dari aktiva bank yang menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan dalam menjalankan fungsi dan usahanya menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Kenyataannya kredit yang diberikan oleh bank sebagian besar tidak dapat dikembalikan secara utuh oleh pihak debitur sehingga kreditur dalam memberikan kredit harus melakukan analisis pemberian kredit yang memadai agar kredit- kredit yang diberikan oleh bank itu tidak menjadi kredit macet. Tujuan utama analisis kredit adalah untuk menentukan kesanggupan dan kesungguhan seorang peminjam untuk membayar kembali pinjaman sesuai dengan persyaratan dalam perjanjian kredit. Dalam pengertian yang lebih luas, analisis kredit merupakan proses menilai resiko pemberian pinjaman kepada perusahaan atau kepada perorangan. 30 Dengan demikian, bank harus menentukan kadar resiko yang akan 30 Herman Darmawi, Manajemen Perbankan, Jakarta, Bumi Aksara, 2012, hlm. 105. Universitas Sumatera Utara dipikulnya dalam setiap kasus dan berapa jumlah kredit yang dapat disetujui dengan mempertimbangkan resiko. Dalam pemberian kredit perbankan, bank wajib memerhatikan hal- hal sebagaimana ditentukan dalam Pasal 8 ayat 1 Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang berbunyi: ” Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitor untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan diperjanjikan.” Serta Pasal 8 ayat 2 Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang berbunyi: ” Bank Umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan dan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.” Ketentuan dalam Pasal 8 ayat 1 dan 2 Undang- Undang Perbankan merupakan dasar atau landasan bagi bank dalam menyalurkan kreditnya kepada debitur. Oleh karena penyaluran kredit merupakan fungsi utama dari bank sehingga dalam menjalankan fungsinya bank harus menerapkan prinsip kehati-hatian sebagaimana yang dimaksudkan dalam Undang- Undang Perbankan. 31 Penilaian bank terhadap debitur memiliki peranan yang penting untuk mencegah terjadinya kredit bermasalah di kemudian hari. Penilaian suatu bank untuk memberikan persetujuan terhadap suatu permohonan kredit dilakukan dengan berpedoman kepada Formula 4P dan Formula 5C. 31 Hermansyah, Op.Cit., hlm. 63. Universitas Sumatera Utara Adapun yang dimaksud dengan Formula 4P ialah: 32 1. Personality Dalam hal ini pihak bank mencari data secara lengkap mengenai kepribadian pemohon kredit, antara lain mengenai riwayat hidupnya, pengalamannya dalam berusaha, dan lain- lain. 2. Purpose Bank harus mencari data mengenai tujuan pemohon untuk mendapatkan kredit atau apakah penggunaan kredit tersebut sesuai dengan line of business kredit bank yang bersangkutan. 3. Prospect Bank dalam hal ini harus meneliti secara cermat mengenai usaha apa yang akan ditekuni oleh pemohon kredit. Misalnya apakah usaha si pemohon kredit ke depannya memiliki prospek yang bagus yang mana berpengaruh di bidang ekonomi maupun sosial masyarakat di kemudian hari. 4. Payment Dalam penyaluran kredit, bank harus mengetahui dengan jelas kemampuan dari pemohon untuk melunasi kredit dalam jumlah dan jangka waktu yang telah ditentukan. Mengenai formula 5C dapat diartikan sebagai berikut: 33 1. Watak character Watak merupakan sifat dasar yang ada di dalam hati seseorang. 34 Watak dapat berupa baik dan jelek bahkan ada yang terletak di antara baik dan jelek. Watak dapat diartikan sebagai kepribadian, moral, dan kejujuran pemohon kredit. Calon debitur harus memiliki watak atau karakter yang baik. Penilaian terhadap karakter ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kejujuran, integritas, dan kemauan dari calon nasabah debitur untuk memenuhi kewajiban dan menjalankan kegiatan usahanya. Informasi ini dapat diperoleh oleh bank melalui riwayat hidup, riwayat usaha, dan informasi dari usaha- usaha yang sejenis. 2. Modal capital Bank terlebih dahulu melakukan penelitian terhadap modal yang dimiliki oleh pemohon kredit. Penyelidikan ini tidaklah semata-mata didasarkan pada besar kecilnya modal, tetapi lebih difokuskan kepada cara pendistribusian modal ditempatkan oleh pengusaha tersebut, sehingga segala sumber yang telah ada dapat berjalan secara efektif. 3. Kemampuan capacity Yang dimaksudkan dengan capacity adalah kemampuan calon debitur untuk mengelola kegiatan usahanya dan mampu melihat prospektif masa depan sehingga usahanya akan dapat berjalan dengan baik dan 32 Ibid., hlm. 64. 33 Ibid. 34 Sutarno, Op.Cit., hlm. 93. Universitas Sumatera Utara memberikan keuntungan serta menjamin bahwa ia mampu melunasi utang kreditnya dalam jumlah dan jangka waktu yang ditentukan. Pengukuran kemampuan ini dilakukan dengan berbagai pendekatan misalnya pendekatan materiil dengan melakukan penilaian terhadap keadaan neraca, laporan rugi laba, dan arus kas cash flow usaha dari beberapa tahun terakhir. Pada umumnya untuk menilai capacity seseorang didasarkan pada pengalamannya dalam dunia bisnis yang dihubungkan dengan pendidikan dari calon debitur, kemampuan, dan keunggulan perusahaan dalam melakukan persaingan usaha dengan pesaing lainnya. 4. Collateral jaminan Merupakan jaminan untuk persetujuan pemberian kredit yang merupakan sarana pengaman back up atas resiko yang mungkin terjadi atas wanprestasinya debitur di kemudian hari dalam hal terjadinya kredit macet. Jaminan ini diharapakan mampu melunasi sisa utang kredit baik utang pokok maupun bunganya. 5. Condition of Economy Kondisi ekonomi Bahwa dalam pemberian kredit oleh bank, kondisi ekonomi secara umum dan kondisi sektor usaha pemohon kredit perlu memperoleh perhatian dari bank untuk memperkecil resiko yang mungkin terjadi yang diakibatkan oleh kondisi ekonomi tersebut. Disamping formula 4P dan 5C yang digunaan sebagai pedoman dalam penilaian terhadap debitur, dalam proses pemberian kredit bank berpedoman kepada 2 prinsip, yaitu: 35 1. Prinsip kepercayaan Pemberian kredit selalu didasarkan dengan rasa kepercayaan. Bank mempunyai kepercayaan bahwa kredit yang diberikannya bermanfaat bagi nasabah debitur sesuai dengan peruntukkannya, dan terutama sekali bank percaya nasabah debitur yang bersangkutan mampu melunasi utang kredit beserta bunga dalam jangka waktu yang telah ditentukan. 2. Prinsip kehati-hatian prudential principle Bank dalam menjalankan kegiatan usahanya, termasuk pemberian kredit kepada nasabah debitur harus selalu berpedoman dan menjalankan prinsip kehati-hatian. Prinsip ini antara lain ditunjukkan dalam bentuk penerapan secara konsisten berdasarkan itikad baik terhadap semua persyaratan dan peraturan perundang- undangan yang terkait dengan pemberian kredit oleh bank yang bersangkutan. 35 Hermansyah, Op.Cit., hlm. 65. Universitas Sumatera Utara Menurut Juli Irmayanto, bank memberikan kredit berdasarkan pedoman yang telah ditentukan bank. Terdapat aspek- aspek yang tertuang dalam penilaian 6A dalam pemberian kredit yakni: 36 1. Aspek Yuridis Bertujuan meneliti ketentuan legalitas dari perusahaan yang akan memperoleh kredit. Yang dianalisis badan usahanya termasuk bentuk usaha, nama badan usaha, pemegang saham, anggaran dasar perusahaan,dsb, izin-izin yang harus dimiliki, beserta perjanjian- perjanjian yang ada. 2. Aspek Pasar dan Pemasaran Digunakan untuk meneliti luas dan bentuk pasar, pangsa pasar, tingkat persaingan usaha, rencana pemasaran suatu proyek yang akan dibiayai bank. 3. Aspek Teknis Untuk menilai kemampuan mengelola proyek dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan proyek. Yang dianalisis termasuk lokasi pabrik, bangunan, sistem dan alat ransportasi, peralatan kantor, lay-out bangunan, bahan baku, proses produksi, produksi percoban dan pembuangan sisi proses. 4. Aspek Manajemen Untuk menilai kemampuan manajemen pengelola proyek pada saat proyek belum beroperasi dan pada saat perusahaan sudah berjalan. Yang dianalisis diantaranya adalah struktur organisai, uraian tugas, sistem dan prosedur, kebutuhan tenaga kerja, dan evaluasi kepribadian pengusaha. 5. Aspek Keuangan Untuk menilai kemampuan dan kecakapan manajemen pengelola proyek ketika proyek belum, sedang, setelah berjalan. Analisisnya meliputi penilaian data keuangan proyek, penilaian data keuangan perusahaan yang sudah beroperasi. 6. Aspek Sosial-Ekonomi Menilai sejauh mana nilai tambah value added proyek akan dibangun dan dibiayai oleh bank, dari aspek sosial dan makro ekonomi. Aspek- aspek yang dinilai adalah dampaknya terhadap kesempatan kerja, penggunaan bahan baku lokal, pemasukkan devisa, penerimaan pajak, subsidi, pemerataan usaha, dampak eksternal terhadap lingkungan. 36 Juli Irmayanto, Bank dan Lembaga Keuangan, Jakarta, Universitas Trisakti, 2009, hlm. 78. Universitas Sumatera Utara Dengan memperhatikan dasar-dasar pemberian kredit yang telah diuraikan, diharapkan analisis kredit yang dilakukan oleh bank dalam pemberian kredit dapat mengurangi resiko kredit.

E. Jaminan Kredit Perbankan

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Penyelesaian Kredit Macet Pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Krakatau Medan

2 72 103

Tinjauan Yuridis Kredit Macet pada Perjanjian Kredit Modal Kerja (Studi Kasus pada Bank BNI Cabang Pemuda Medan)

1 129 94

Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Kredit Macet Atas Kejadian Meninggalnya Debitur (Studi pada PT. Bank Panin,Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi

1 100 90

Pelaksanaan Penyelesaian Kredit Macet (Studi Pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Graha Helvetia, Medan)

0 48 86

Tinjauan Yuridis Penyelesaian Kredit Macet Pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Krakatau Medan

1 51 103

Tinjauan Yuridis Penyelesaian Kredit Macet Pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Krakatau Medan

0 0 10

BAB II TINJAUAN TENTANG KREDIT BANK DI INDONESIA DALAM SISTEM HUKUM PERDATA A. Pengertian Kredit Bank - Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Kredit Macet Atas Kejadian Meninggalnya Debitur (Studi pada PT. Bank Panin,Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi

0 0 26

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Kredit Macet Atas Kejadian Meninggalnya Debitur (Studi pada PT. Bank Panin,Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi

0 0 13

Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Kredit Macet Atas Kejadian Meninggalnya Debitur (Studi pada PT. Bank Panin,Tbk Cabang Pembantu Tebing Tinggi

0 0 10

Tinjauan Yuridis Penyelesaian Kredit Macet Pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Krakatau Medan

0 2 10