Pemanenan dan Dampaknya Evaluasi Sistem Silvikultur Berdasarkan Pelaksanaan di Lapangan:
21
1. Kondisi hutan rawa gambut yang tergenang air dengan kestabilan tanah yang
rendah menyebabkan sistem pemanenan yang dilakukan berbeda dengan hutan di tanah kering yaitu menggunakan sistem semi mekanis gabungan
antara tenaga manusia dan tenaga mesin. Tenaga manusia lebih banyak terlibat dalam kegiatan penyaradan pengangkutan log dari lokasi tebangan
sampai lokasi pengumpulan logTPn sejauh sekitar 500 m dan pemuatan dari TPn kedalam lori angkut.
2. Sistem pengangkutan log dari lokasi TPn ke log pond menggunakan jalan lori
dengan jarak mencapai 20 km.
Permasalahan yang sering timbul terkait dengan penggunaan sistem semi mekanis tersebut adalah Istomo, 2009:
1. Ketersediaan sumberdaya manusia khususnya tenaga kerja penarik kayu.
2. Efisensi kerja yang tergolong rendah keterbatasan kemampuan tenaga
manusia, waktu tempuh lori dan kapasitas angkut terbatas. 3.
Masalah keselamatan kerja yang tinggi bagi penarik kayu dan pekerja lori. Menurut Istomo 2009, karakteristik ekosistem hutan rawa gambut yang unik, yaitu
jenis air sehingga tidak dapat digunakan sistem pengangkutan full mekanis. Jika digunakan pengangkutan full mekanis justru dapat berakibat pada kerusakan tegakan
tinggal dan gangguan keseimbangan ekosistem lainnya. Berdasarkan informasi yang diperoleh saat ini, PT. DRT telah menggunakan penyaradan full mekanis dengan
menggunakan kombinasi kabel dan mesin dari logfisher. Dampak negatif akibat kerusakan logfisher terhadap tegakan tinggal dan keterbukaan hutan menjadi lebih
besar.
Menurut Kurniawan 2002, dengan menebang sekitar 29 pohonha di Unit Manajemen Hutan UMH di PT. DRT telah menyebabkan keterbukaan areal sekitar
22,51, dengan kata lain setiap menebang satu pohon akan menyebabkan keterbukaan areal sebesar 0,77 atau 77,6 m
2
. Dibandingkan dengan hasil-hasil penelitian lain keterbukaan tersebut masih tergolong rendah. Data hasil-hasil
penelitian keterbukaan hutan akibat pemanenan di beberapa lokasi disajikan pada Tabel 8.
Istomo 2009 menyatakan bahwa sistem pengangkutan log hasil tebangan sebaiknya tetap seperti saat ini dengan beberapa penyempurnaan, terutama berkaitan dengan
pengurangan tenaga manusia, efisensi waktu tempuh dan keselamatan kerja. Dalam proses penyaradan perlu digunakan rel dan lori mini, sehingga tidak ditarik manusia.
Hal ini telah dikembangkan dengan nama Rodongkak, sayang penelitiannya tidak dilanjutkan lagi. Dalam pemuatan log dari TPn kedalam lori dapat dikembangkan
derek mini. Sedangkan dalam pengangkutan log dari TPn ke log pond perlu desain
22
dan konstruksi jalan utama yang memadai termasuk pemeliharaan jalan, penggunaan loko, penggunaan alat pelindung diri APD pada pekerja sesuai standar mutu yang
telah ditetapkan.
Tabel 8. Perbandingan keterbukaan areal akibat pemanenan No.
Lokasi Intensitas
penebangan pohonha
Persentase keterbukaan areal
1. UMH PT. DRT, Riau
29 22,51
2. HTD IPB, Jambi Setiawan, 2002
5,3 - 6 21,20 - 29,23
3. Pemanenan terkendali, Kalbar
Muhdi, 2001 6
18,32 4.
Pemanenan konvensional, Kalbar Muhdi, 2001
6 32,67
5. Pemanenan konvensional Elias, 1998
3 - 4 8,73
6. Pemanenan terkendali Elias, 1998
3 - 4 5,21
Sumber: Kurniawan 2002.