Pemanenan IUPHHK Aktif PT. Diamond Raya Timber, Riau

57 Permasalahan yang terkait dengan sistem transportasi adalah 1 ketersediaan sumberdaya manusia sulit mendapatkan tenaga kerja sebagai penarik kayu, 2 efisensi kerja yang tergolong rendah keterbatasan kemampuan tenaga manusia, waktu tempuh lori dan kapasiatas angkut terbatas hambatan di jalan karena jalan lori yang tidak stabil dan 3 masalah keselamatan kerja bagi pekerja penarik kayu dan pekerja lori. Pada saat tim kajian lapangan melakukan survey lapangan di areal PT. DRT kegiatan pengangkutan sedang tidak beroperasi karena saat itu sedang dalam proses transisi antara berakhirnya kegiatan RKT 2008 menuju ke RKT 2009. Sementara kegiatan RKT 2008 telah selesai dan kegiatan RKT 2009 belum mulai. Oleh karena itu tim survey tidak mendapatkan data tentang sistem pemanenan dan pengangkutan tetapi melakukan wawancara dan pengamatan jaringan rel untuk sarana transportasi. Satu hal yang dicermati dalam sistem transportasi di areal kajian PT. DRT saat ini adalah telah digunakannya penyaradan dan pemuatan loading log kedalam lori dengan logfisher kombinasi kabel dan mesin dari Komatsu. Telah dapat diduga bahwa penggunaan logfisher tersebut telah menimbulkan kerusakan terhadap tegakan tinggal dan keterbukaan hutan akibat penebangan akan menjadi lebih besar. Demikian pula telah terjadi pemadatan tanah akibat jalan yang dilalui oleh logfisher tersebut yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman penutup dan regenerasi pohon sulit terjadi. Oleh karena itu penggunaan logfisher dalam penerapan sistem silvikultur pada hutan rawa gambut di areal PT. DRT perlu ditinjau kembali. Gambar 14. Penggunaan logfisher dalam pengangkutan kayu di IUPHHK PT. DRT, Riau. 58

4.1.6. Kondisi dan Pembinaan Tegakan Tinggal

Evaluasi tegakan tinggal hutan bekas tebangan perlu dilakukan untuk mengetahui proses suksesi atau regenerasi hutan paska penebangan menuju kondisi hutan seperti sebelum penebangan. Jika suksesi tersebut berjalan positif maka kondisi hutan bekas tebangan akan kembali seperti semula dan siap untuk ditebang pada siklus tebang berikutnya. Hal ini merupakan prinsip kelestarian pengelolaan hutan. Hasil pengukuran langsung potensi ramin jumlah pohon dan volume secara cuplikan pada hutan bekas tebangan di RKT 2004 dapat dilihat pada Tabel 31 dan Tabel 32. Tabel 31. Potensi ramin pada hutan bekas tebangan RKT 2004 hasil cuplikan Kelas diameter cm 20 - 29 30 - 39 40 up 20 up Kelompok jenis N V N V N V N V Ramin - - 4,17 4,22 12,50 17,91 16,67 22,13 Non-Ramin 87,50 25,01 33,33 25,42 16,67 29,78 137,50 80,22 Total 87,50 25,01 37,50 29,64 29,17 47,70 154,17 102,35 Keterangan: N : jumlah pohonha; V : volume pohon m 3 ha. Tabel 32. Persentase pohon inti dan pohon ditebang pada areal bekas tebangan di areal RKT 2004 hasil cuplikan Kelas diameter cm 20 - 39 40 up 20 Up Kelompok jenis N V N V N V Ramin 11,11 14,22 42,86 37,56 10,81 21,62 Non-Ramin 88,89 85,78 57,14 62,44 89,19 78,38 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Keterangan: N : jumlah pohonha; V : volume pohon m 3 ha. Pada Tabel 31 dan Tabel 32 terlihat bahwa pada areal bekas tebangan tahun 2004 atau 5 tahun setelah penebangan menunjukkan bahwa pohon inti ramin diameter 20 - 39 cm berjumlah 4,17 pohonha sedangkan jumlah pohon berdiameter 40 cm up adalah 12,50 pohonha. Jumlah pohon ramin tersebut jika dibandingkan dengan jumlah pohon seluruh jenis mencapai 11,1 untuk pohon inti dan 42,86 untuk pohon ditebang 40 cm up atau persentase volume pohon mencapai 14,22 pohon inti dan 37,56 pohon ditebang. Berdasarkan hasil analisis data hasil pemantauan PSP di wilayah IUPHHK-HA PT. DRT diperoleh informasi tentang perkembangan tegakan tinggal paska 59 penebangan dinamika struktur tegakan ramin dan jenis non ramin menurut kelas diameter seperti tampak pada Tabel 33. Pada Tabel 33 dapat dilihat jumlah sebaran ramin dan non ramin pada RKL I - VI menunjukkan bahwa telah terjadi dinamika tegakanregenerasi hutan bekas tebangan dari mulai tebangan yang paling muda 2008 sampai tebangan paling tua RKL I tebangan 1978. Secara umum regenerasi hutan bekas tebangan suksesi yang terjadi berjalan secara positif terutama untuk total jenis campuran. Jumlah pohon inti dan pohon yang boleh ditebang paling banyak terdapat pada hutan bekas tebangan tua RKL I-II berangsur-angsur menurun sampai yang terendah adalah hutan tebangan muda tebangan RKT 2008 kecenderungan dinamika struktur tegakan yang terjadi di IUPHHK-HA PT. DRT dapat dilihat pada Gambar 15. Untuk jenis campuran pohon yang boleh ditebang kelas diameter 40 up tertinggi pada RKL I yaitu 53,7 pohon ha walaupun pada kelas pohon inti dan pohon kecil terbanyak pada RKL II. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya gangguan tebangan liar yang terjadi pada RKL I. Tabel 33. Dinamika rata-rata jumlah pohon per ha di hutan bekas tebangan berdasarkan data pengamatan petak PUP PT. DRT Kelas diameter Kelompok jenis 10-19 20-29 30-39 40-49 50-59 60 up 40 up 20-39 Jenis Ramin: RKL I 1,85 1,54 1,85 1,54 0,93 0,62 3,09 3,40 RKL II 3,89 1,94 3,61 2,78 0,00 0,56 3,33 5,56 RKL III 1,04 1,04 4,51 7,29 4,51 1,04 12,85 5,56 RKL IV 0,83 1,67 1,11 0,28 0,56 0,83 1,67 2,78 RKT2001 1,25 4,58 5,56 1,53 1,25 0,00 2,78 10,14 RKT2005 0,00 1,23 0,00 0,31 0,31 1,85 2,47 1,23 RKT2008 0,37 0,31 0,37 0,31 0,19 0,12 0,62 0,68 Jenis Non Ramin: RKL I 54,32 68,52 47,53 27,47 13,27 12,96 53,70 116,05 RKL II 81,67 111,39 58,61 31,11 11,94 8,33 51,39 170,00 RKL III 57,99 44,10 43,06 32,64 13,89 4,86 51,39 87,15 RKL IV 38,61 60,56 38,06 20,83 9,17 5,28 35,28 98,61 RKT2001 30,28 68,40 37,71 19,17 5,83 1,60 26,60 106,11 RKT2005 57,10 44,44 16,36 10,80 5,56 4,32 20,68 60,80 RKT2008 11,89 15,01 11,34 6,35 2,90 2,70 11,96 26,35 Sumber: diolah dari data 113 PUP PT. DRT, Riau.