27
7. Musim Apabila perusahaan tidak dipengaruhi musim, maka penjualan
tiap bulan rata-rata sama. Tetapi jika pipengaruhi musim, perusahaan memerlukan sejumlah modal kerja yang maksimum
untuk jangka relatif pendek. Ada 2 macam musim :
a. Musim dalam hal produktif hanya dilakukan dalam bulan-bulan
tertentu saja sedangkan dalam bulan lain tidak ada produksi atau sedikit produksinya.
b. Musim dalam hal penjualan, yaitu penjualan hanya dilakukan
dalam bulan-bulan tertentu saja, sedangkan dalam bulan lain penjualan tidak begitu banyak.
2.1.4 Likuiditas Perusahaan
Likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus
dipenuhi Riyanto, 2005 :25. Jumlah alat-alat pembayaran alat likuid yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat merupakan kekuatan
membayar dari perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar belum tentu dapat memenuhi segala
kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi atau dengan kata lain perusahaan tersebut belum tentu memiliki kemampuan membayar.
Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban finansialnya yang
Universitas Sumatera Utara
28
segera harus dipenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut adalah likuid, dan sebaliknya yang tidak mempunyai kemampuan membayar adalah
illikuid. Sedangkan menurut Munawir 2001:31 likuiditas adalah
menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Sehingga dapat disimpulkan bahwa likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya yang segera harus dipenuhi.
Untuk menilai likuiditas perusahaan terdapat beberapa rasio yang dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisa dan menilai posisi likuiditas
perusahaan, yaitu :
1. Rasio Lancar Current Ratio
Rasio lancar menurut Van Horne 2009:206 adalah “ rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka
pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya.” Rasio lancar atau Current Ratio biasanya digunakan sebagai alat
untuk mengukur keadaan likuiditas suatu perusahaan, dan juga merupakan petunjuk untuk dapat mengetahui dan menduga sampai dimanakah
kiranya kita, apabila memberikan kredit berjangka pendek kepada seorang nasabah, dapat merasa aman atau tidak. Dasar perbandingan tersebut
dipergunakan sebagai alat petunjuk, apakah perusahaan yang mandapat
Universitas Sumatera Utara
29
kredit itu kira-kira akan mampu ataupun tidak untuk memenuhi kewajibannya untuk melakukan pembayaran kembali atau pada pelunasan
pada tanggal yang sudah ditentukan. Dasar perbandingan itu menunjukan apakah jumlah aktiva lancar itu cukup melampaui besarnya kewajiban
lancar, sehingga dapatlah kiranya diperkirakan bahwa, sekiranya pada suatu ketika dilakukan likuiditas dari aktiva lancar dan ternyata hasilnya
dibawah nilai dari yang tercantum di neraca, namun masih tetap akan terdapat cukup kas ataupun yang dapat dikonversikan menjadi uang kas di
dalam waktu singkat, sehingga dapat memenuhi kewajibannya Tunggal, 2005: 154.
Current ratio yang tinggi maka makin baiklah posisi para kreditor, oleh karena terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa utang
perusahaan itu akan dapat dibayar pada waktunya. Hal ini terutama berlaku bila pimpinan perusahaan menguasai pos-pos
modal kerja dengan ketatdengan semestinya. Dilain pihak ditinjau dari sudut pemegag saham suatu current ratio yang tinggi tak selalu paling
menguntungkan, terutama bila terdapat saldo kas yang kelebihan dan jumlah piutang dan persediaan adalah terlalu besar.
Pada umumnya suatu current ratio yang rendah lebih banyak mengandung risiko dari pada suatu current ratio yang tinggi, tetapi
kadang-kadang sutau current ratio yang rendah malahan menunjukkan pimpinan perusahaan menggunakan aktiva lancar sangat efektif. Yaitu
bila saldo disesuaikan dengan kebutuhan minimum saja dan perputaran
Universitas Sumatera Utara
30
piutang dari persediaan ditingkatkan sampai pada tingkat maxsimum. Jumlah kas yang diperlukan tergantung dari besarnya perusahaan dan
terutama dari jumlah uang yang diperlukan untuk membayar utang lancar, berbagai biaya rutin dan pengeluaran darurat Tunggal, 2005: 157.
Formulasi untuk mengetahui rasio ini sebagai berikut Van Horne, 2009:206:
Aktiva Lancar Current Ratio = X 100 = …..
Hutang Lancar 2.
Rasio Sangat Cepat Quick Ratio atau acid test ratio
Rasio sangat cepat menurut Kasmir 2010:137 adalah “ rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar
kewajiban atau utang lancar utang jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan inventory.”
Rasio ini disebut juga sebagai acid test ratio, yaitu perbandingkan antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan utang lancar Munawir
2001: 74. Rasio ini merupakan ukuran kemampuan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dengan tidak
memperhitungkan persediaan, karena menganggap persediaan memerlukan waktu lama untuk direalisir menjadi kas, walaupun pada
kenyataannya mungkin persediaan lebih likuid dari piutang. Rasio ini lebih tajam dari pada current ratio karena hanya membandingkan aktiva
yang sangat likuid. Jika current ratio tinggi tapi quick ratio rendah, hal ini menunjukkan adanya investasi yang sangat besar dalam persediaan.
Universitas Sumatera Utara
31
Rumus untuk mencari rasio sangat cepat sebagai berikut Kasmir, 2010:137 :
Aktiva Lancar – Persediaan Quick Ratio = X 100 = …
Utang Lancar 3.
Rasio Kas cash ratio
Rasio Kas atau cash ratio adalah “ rasio yang merupakan perbandingan antara kas yang ada diperusahaan dibandingkan dengan
total utang lancar.” Sugiono, 2008:62 Pendapat yang hampir sama diungkapkan oleh Kasmir 2010: 138-
139 bahwa, “ rasio kas cash ratio merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberap besar uang kas yang tersedia untuk membayar
utang”. Formulasi untuk menghitung rasio kas adalah Kasmir, 2010:139 :
Kas Cash Ratio = X 100 = …
Kewajiban Lancar 4.
Rasio Perputaran Kas
Menurut Kasmir 2010: 140 perhitungan perputaran kas dapat diartikan sebagai berikut :
a. Apabila rasio perputaran kas tinggi, ini berarti, ketidak mampuan perusahaan dalam membayar tagihannya.
b. Sebaliknya apabila rasio perputaran kas rendah, dapat diartikan kas yang tertanam pada aktiva yang sulit dicairkan dalam waktu yang singkat
Universitas Sumatera Utara
32
sehingga perusahaan harus bekerja keras dengan kas yang lebih sedikit. Rumus yang digunakan untuk mencari rasio perputaran kas adalah
sebagai berikut Kasmir, 2010:141 :
Penjualan Bersih Rasio Perputaran Kas = X 100 = …
Modal Kerja Bersih
5. Inventory to Net Working Capital
Menurut Kasmir 2010:141-142, “Inventory to Net Working Capital
adalah rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja
perusahaan. Modal kerja yang dimaksud adalah selisih antara aktiva lancar dan kewajiban lancar”.
Rumus untuk mencari inventory to net working capital adalah Kasmir, 2010:142
Persediaan Inventory to NWC = X 100 = …
Aktiva Lancar – Kewajiban Lancar 2.1.5. Solvabilitas
Menurut Kasmir 2010:151, rasio solvabilitas leverage ratio adalah “ rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva
perusahaan dibiayai dengan utang.” Rasio solvabilitas menurut Wild 2005:9 merupakan “ kemungkinan
dan kemampuan jangka panjang perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka panjang”.
Universitas Sumatera Utara
33
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka
panjang apabila perusahaan dilikuidasi. Jenis-jenis rasio solvabilitas antara lain sebagai berikut:
a. Rasio Utang Debt Ratio Rasio utang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
perbandingan antara total utang dan total aktiva. Dengan kata lain, rasio utang mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau
seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Rumus untuk mencari debt ratio sebagai berikut Kasmir, 2010:156:
Total Utang Rasio Utang = X 100 = …
Total Aktiva
b. Rasio Utang terhadap Ekuitas Debt to Equity Ratio Rasio utang terhadap ekuitas adalah rasio yang digunakan untuk
menilai utang dengan ekuitas. Formulasi untuk mencari rasio Debt to Equity Ratio sebagai berikut
Kasmir, 2010:158 : Total Utang
Debt to Equity Rasio = X 100 = … Equitas
Universitas Sumatera Utara
34
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti
Judul Variabel
Kesimpulan
1. Siwi Nurgraeni
2007 Analisis Pengaruh
Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas, dan
Solvabilitas Terhadap Profitabilitas pada
perusahaan Property and Real Estate yang Go
Publik di Bursa Efek Jakarta.
Efisiensi Modal Kerja
X1 Likuiditas
X2 Solvabilitas
X3 Profitabilitas
Y Secara parsial hanya
variable efisiensi modal kerja dan
solvabilitas yang mempunyai
pengaruh terhadap profitabilitas,
sedangkan variable likuiditas tidak
mempunyai pengaruh terhadap
profitabilitas.
2. Faurani I Santi
Singangerda 2004
Analisis Pengaruh Modal Kerja terhadap
Profitabilitas dan Rentabilitas pada Koperasi
Dharma Wanita “Mandalika” Mataram
Nusa Tenggara Barat. Modal Kerja
X Profitaabilitas
Y1 Rentabilitas
Y2 Modal kerja tidak
begitu berpengaruh terhadap Profitabiltas
dan Rentabilitas pada koperasi
Mandalika tetapi dapat juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
3. Dani 2006
Pengaruh Likuiditas, Leverage, dan Efisiensi
Modal Kerja terhadap Profitabilitas studi kasus
pada PT. Modem Toolsindo Bekasi
Likuiditas X1
Leverage X2
Efisiensi Modal Kerja
X3 Profitabilitas
Y Modal Kerja
perusahaan mampu meningkatkan
Profitabilitas perusahaan.
4. Riza Wahyu
Ainur Robbi 2010
Efisiensi Modal Kerja untuk Meningkatkan
Profitabilitas Perusahaan Pabrik Plat Jok Motor di
Kediri Efisiensi
Modal Kerja X Profitabilitas
Y Modal kerja
perusahaan mampu meningkatkan
profitabilitas perusahaan.
Sumber: Diolah Peneliti 2013
Universitas Sumatera Utara