Ekologi dan Bionomik Gambaran Umum mengenai Nyamuk

2.2.3 Ekologi dan Bionomik

Telur diletakkan satu persatu pada permukaan yang basah dan tepat diatas permukaan air. Perkembangan embrio biasanya selesai pada 48 jam di lingkungan yang hangat dan lembab. Telur akan menetas pada saat penampuangan air penuh, tetapi tidak semua telur akan menetas pada waktu yang sama WHO, 2005. Perkembangan larva tergantung pada suhu, tempat, keadaan air, ketersediaan makanan, dan kepadatan larva pada sarang. Pada kondisi optimum, waktu yang dibutuhkan mulai dari penetasan sampai munculnya nyamuk dewasa sedikitnya 7 hari, termasuk 2 hari untuk menjadi pupa. Di wilayah dengan persediaan air tidak menentu, banyak dilakukan penyimpanan air sehingga semakin banyak habitat yang ada untuk larva WHO, 2005. Pupa tidak makan, tetapi aktif bergerak dalam air terutama jika mengalami gangguan. Mereka berenang naik turun dari bagian dasar ke bagian atas permukaan air. Setelah dua atau tiga hari, maka kulit pupa akan pecah dan nyamuk dewasa akan keluar Sembel, 2009. Nyamuk dewasa yang baru muncul beristirahat di atas permukaan air agar sayap-sayap dan tubuh mereka kering dan menguat sebelum mereka terbang Achmadi, 2011. Nyamuk dewasa akan kawin dan nyamuk betina yang telah dibuahi akan mengisap darah dalam waktu 24-36 jam, karena darah merupakan sumber protein yang esensial untuk pematangan telur WHO, 2005. Jadi pertumbuhan dan perkembangan telur, larva, pupa sampai dewasa memerlukan waktu kurang lebih 7-14 hari Soegijanto, 2004. Nyamuk dewasa jantan umumnya hidup 6-7 hari, tetapi nyamuk betina dapat mencapai 2 minggu. Nyamuk Universitas Sumatera Utara yang dipelihara di laboratorium dapat hidup dalam beberapa bulan karena cukup karbohidrat dan kelembapan yang tinggi Soedarto, 1990. Gambar 2. Siklus Hidup Nyamuk www.google.com Perilaku Makan Nyamuk Aedes aegypti bersifat antropofilik senang sekali kepada manusia, walaupun sebenarnya bisa juga makan dari hewan berdarah panas lainnya Soedarmo, 2009. Nyamuk betina mengigit dan mengisap darah lebih banyak di siang hari terutama pagi dan sore hari antara pukul 08.00 sampai dengan 12.00 dan 15.00 sampai dengan 17.00 Soegijanto, 2004, tetapi saat ini nyamuk ini tidak lagi hanya mengisap darah pada siang dan sore hari, melainkan telah aktif di malam hari yaitu dari jam 18:00-05:50 Hadi, dkk, 2012. Nyamuk ini sebenarnya tidak suka mengisap di malam hari, hanya saja akan menjadi mengisap darah saat malam hari di kamar yang terang WHO, 2005. Hal ini tentu menjadi informasi yang penting dalam penyusunan program pengendalian vektor penyakit DBD. Nyamuk Ae. albopictus Universitas Sumatera Utara merupakan pengisap darah yang acak dan lebih zoofagik memilih hewan daripa Ae. aegypti WHO, 2004. Jika mengalami gangguan dalam hal makannya, nyamuk Aedes ini dapat menggigit lebih dari satu orang. Hal inilah yang menyebabkan semakin membesarnya penyebaran demam berdarah, beberapa anggota keluarga secara bersamaan mengalami gejala awal penyakit dalam 24 jam. Hal ini membuktikan bahwa mereka terinfeksi oleh nyamuk infektif yang sama WHO, 2005. Nyamuk tertarik pada host berdasarkan faktor –faktor yang berbeda. Karbon dioksida yang dikeluarkan hewan atau nafas manusia adalah bahan kimia terbesar yang digunakan nyamuk untuk menemukan host. Banyak pancaran dari hewan termasuk asam laktat dan keringat manusia yang membantu nyamuk menemukan host. Faktor ini menyebabkan nyamuk menetap di lingkungan hewan dan manusia dalam waktu yang lama. Nyamuk dapat makan 2-3 hari tetapi biasanya 4-5 hari sekali Achmadi, 2011. Perilaku Istirahat Nyamuk betina mencari tempat untuk beristirahat setelah mengisap darah untuk mengubah darah menjadi telur Achmadi, 2011. Nyamuk Aedes lebih suka beristirahat di tempat yang gelap, lembab, dan tersembunyi di dalam rumah atau bangunan, termasuk di kamar tidur, lemari, kamar mandi, kamar kecil maupun di dapur. Nyamuk ini jarang ditemukan di luar rumah, di tumbuhan, atau di tempat terlindung lainnya. Tempat istirahat yang mereka suka adalah di bawah furnitur, benda yang tergantung seperti baju, korden, serta di dinding dan kamar yang gelap dan lembab WHO, 2005. Universitas Sumatera Utara Tempat Perindukan Tempat perindukan yang disukai nyamuk Ae.aegypti adalah tempat perindukan yang gelap, terlindung dari sinar matahari langsung, permukaan terbuka lebar, berisi air tawar jernih dan tenang. Tempat perindukan adalah tempat dimana nyamuk akan meletakkan telurnya di dalam rumah indoor atau di luar rumah outdoor. Tempat perindukan di dalam rumah yang paling utama adalah tempat penampungan air seperti bak mandi, tendon air minum, tempayan, gentong tanah liat, gentong plastik, ember, drum, vas tanaman hias, dll. Perindukan di luar rumah seperti drum, kaleng bekas, botol bekas, ban bekas, pot bekas, pot tanaman hias yang terisi oleh air hujan, dll WHO, 2005. Tempat perindukan nyamuk tidak selalu ada terus-menerus terutama yang di luar rumah. Pada musim kemarau akan banyak tempat perindukan yang banyak menghilang karena airnya mengering, sedangkan pada musim hujan akan muncul kembali. Pada musim kemarau nyamuk Ae.aegypti menurun sedangkan pada musim hujan sebaliknya. Musim hujan yang terus-menerus dengan intensitas tinggi akan mengakibatkan tempat perindukan diluar rumah rusak oleh genangan air yang berlebih WHO, 2005. Tempat perindukan nyamuk juga dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban. Pada suhu yang tinggi dan kelembaban yang rendah nyamuk tidak suka sebab tidak baik untuk hidup nyamuk, akibatnya umur nyamuk lebih pendek dan cepat mati. Secara umum dapat dikatakan bahwa pola musim penularan penyakit DBD sejalan dengan pola musim penghujan WHO, 2005. Setelah meletakkan telurnya, nyamuk ini akan terbang lagi mencari korban baru untuk mengulang siklus Achmadi, 2011. Universitas Sumatera Utara Suhu dan Kelembaban Kecepatan perkembangan nyamuk tergantung dari kecepatan metabolisme yang sebagian diatur oleh suhu. Menurut Iskandar, dkk 1985, pada umumnya nyamuk akan meletakkan telurnya pada temperatur sekitar 20 C-30 C. Menurut Yotopranoto, dkk 1998 dijelaskan bahwa rata-rata suhu optimum pertumbuhan nyamuk adalah 25-27 C dan pertumbuhan nyamuk akan terhenti sama sekali bila suhu kurang dari 10 C atau lebih dari 40 C Yudhastuti dan Vidiyani, 2005. Kelembaban juga merupakan salah satu kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi perkembangan nyamuk Aedes, spp. Spiracle lubang pada dinding tubuh nyamuk yang terbuka lebar pada saat kelembaban rendah dan terjadi penguapan air dalam tubuh nyamuk yang menimbulkan keringnya cairan tubuh nyamuk. Pada kelembaban kurang dari 60 umur nyamuk akan menjadi pendek, tidak bisa menjadi vektor, tidak cukup waktu untuk perpindahan virus dari lambung ke kelenjar ludah. Mardihusodo mengatakan bahwa kelembaban udara yang berkisar 71,5-89,5 merupakan kelembaban yang optimal untuk proses embriosasi dan ketahanan hidup embrio nyamuk Yudhastuti dan Vidiyani, 2005 sedangkan kelembaban untuk pertumbuhan dan perkembangan nyamuk berkisar 60-89 Jumar, 2000.

2.3 Pengendalian Vektor