BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Vektor Penyakit
Salah satu cara mekanisme penularan atau transmisi agen infeksius adalah melalui vektor antropoda. Antropodborne diseasevektorborne disease adalah
penyakit yang ditularkan kepada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga. Vektor adalah antropoda yang dapat menularkan, memindahkan danatau menjadi
sumber penular penyakit terhadap manusia Kemenkes,2010. Di Indonesia, beberapa penyakit yang ditularkan melalui serangga antara lain, demam berdarah dengue
DBD, malaria, kaki gajah dan kemudian muncul chikungunya serta penyakit saluran pencernaan seperti kolera, disentri, demam tifoid, dan demam paratifoid yang
ditularkan secara mekanis oleh lalat rumah Chandra, 2007. Ada 3 jenis cara penularan anthropodborne disease Chandra, 2007 yaitu :
1. Kontak langsung
Agen penyakit dipindahkan oleh anthropoda dari satu orang ke orang lain melalui kontak langsung.
2. Transmisi secara mekanis
Anthropoda hanya bertindak sebagai pembawa mikroorganisme penyebab penyakit yang berasal dari penderita berupa tinja, muntahan atau bahan-
bahan infektif lainnya ke makanan atau minuman orang yang sehat. Dengan cara hanya melekat pada permukaan tubuh arthropoda, agen masuk ke mulut
anthropoda dan kemudian dimuntahkan atau melalui kotoran anthropoda itu
Universitas Sumatera Utara
sendri. Di dalam tubuh anthropoda mikroorganisme penyebab penyakit tidak mengalami perubahan apapun, baik jumlah, bentuk maupun sifatnya. Sebagai
contoh, peranan lalat rumah dalam penularan penyakit amubiasis dan disentri basiler Soedarto, 1990.
3. Transmisi secara biologi
Agen penyakit akan mengalami perubahan siklus dengan atau tanpa multiplikasi di dalam tubuh anthropoda. Transmisi secara biologi dibagi 3
cara, yaitu : a.
Cyclo Propogative Agen penyakit mengalami multiplikasi dan perubahan siklus di dalam
tubuh anthropoda. Misalnya, penularan plasmodium penyebab penyakit malaria pada tubuh nyamuk Anopheles.
b. Cyclo Developmental
Agen penyakit mengalami perubahan bentukmorfologi tanpa mengalami penambahan jumlah dalam tubuh anthropoda. Misalnya, cacing
Wuchereria bancrofti penyebab filariaris yang ditularkan oleh nyamuk Culex fatigans.
c. Propogative
Agen penyakit mengalami multiplikasi tetapi tidak mengalami perubahan bentukmorfologi di dalam anthropoda. Misalnya, pada penularan
penyakit pes, maka kuman pasteurella pestis akan memperbanyak diri dalam tubuh pinjal tikus, dengan bentuh tubuh yang sama dengan
morfologi kuman pada saat dihisap dari tubuh penderita. Penularan virus
Universitas Sumatera Utara
dengue pada nyamuk Ae.aegypti juga merupakan propogative transmission.
Gambar 1. Diagram Propogative Chandra, 2007 Nyamuk betina menyimpan virus tersebut pada telurnya, sedangkan nyamuk
jantan akan menyimpan virus tersebut pada nyamuk betina saat melakukan kontak seksual. Nyamuk betina akan menularkan virus tersebut ke manusia melalui
gigitannya. Nyamuk mengambil virus dengue dari manusia yang mempunyai virus tersebut. Virus akan masuk ke dalam lambung nyamuk,kemudian virus akan
memperbanyak diri dalam tubuh nyamuk dan menyebar ke seluruh jaringan tubuh nyamuk termasuk kelenjar air liurnya. Jika nyamuk yang telah mengandung virus ini
menggigit orang sehat maka akan mengeluarkan air liurnya agar darah tidak beku. Bersamaan dengan air liur tersebut virus akan ditularkan. Siklus ini layaknya
lingkaran setan yang sulit ditemukan ujung pangkalnya Satari dan Meiliasari, 2004. Selain tiga penularan biologik tersebut diatas, penularan mikroorganisme
penyebab penyakit juga dapat terjadi secara transovarial. Pada keadaan ini
mikroorganisme penyebab penyakit sudah masuk ke dalam tubuh serangga vektor
Universitas Sumatera Utara
akan mengadakan multiplikasi didalam tubuh anthropoda tersebut, kemudian mikroorganisme penyebab penyakit akan menginfeksi ovarium dan sel telur dari
anthropoda. Anthropoda generasi berikutnya akan mengalami penularan. Penularan yang seperti ini adalah Srub typhus yang disebabkan oleh Rickettesia tsutsugamushi
dan Trombicula akamushi Soedarto, 1990.
2.1 Nyamuk Penular Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD