Mangkunegoro VII Memegang Kekuasaan di Praja Mangkunegaran

commit to user 40 pergantian tahta di daerah Swapraja saat itu harus mendapat persetujuan pemerintah Belanda. Keinginannya tersebut baru dikabulkan satu tahun kemudian, dan sebagai penggantinya ditunjuklah Raden Mas Soeryo Soeparto, anak angkatnya, yang sebenarnya putra Mangkunegoro V dari selir.

2. Mangkunegoro VII Memegang Kekuasaan di Praja Mangkunegaran

Setelah Mangkunegoro VI mengundurkan diri dari tahta, karena puteranya berdasarkan alasan dinasti tidak dapat menggantikannya, maka Pemerintah Hindia Belanda Memilih Raden Mas Soeryo Soeparto sebagai penggantinya. Raden Mas Soeryo Soeparto merupakan putera kedelapan dari Mangkunegoro V yang lahir pada hari Kamis Wage, 4 Sapar tahun Dal Windu Kuntara atau 15 Agustus 1885 dari Garwa Pangrembe Bendara Raden Purnamaningrum. Sebelum bergelar Rden Mas Soeryo Soeparto ia bernama Bendara Raden Mas Soeparto. Pada usia 6 tahun ia bersekolah di Belanda, yaitu di Legere School dan belajar disana selama 10 tahun H.G. Cannegieter, 1986 : 10 . Karena dilarang pamannya yaitu Mangkunegoro VI untuk melanjutkan sekolah di sekolah menengah Hogere Burger School atau HBS maka Raden Mas Soeparto memutuskan untuk keluar kraton dan mengembara bersama seorang abdi dalem yang setia mengikutinya. Dalam pengembaraan inilah ia mengenal dari dekat bangsanya, dari rakyat jelata sampai kaum priyayi. Ia menyadari bahwa kehidupan dari sebagian besar bangsanya tidaklah aman dan tentram, apalagi bila dibandingkan kehidupan di istana. Ia melihat kesengsaraan, keburukan, kelaparan, kemiskinan, penyakit dan kematian yang terjadi pada bangsanya Reksopustoko, 1985 : 9 . Pada tahun 1901 Raden Mas Soeparto mengikuti ujian pada Klein Ambtenaars-examen dan berhasil lulus. Kemudian ia magang di Kabupaten Demak sebagai seorang juru tulis dan pada tahun 1906 naik pangkat menjadi mantri. Tetapi pada tahun itu juga ia berhenti bekerja dan kembali ke Surakarta untuk belajar kesusastraan Jawa dan bahasa asing. Berkat kepandaiannya menggunakan bahasa asing, Raden Mas Soeparto diterima menjadi juru bahasa dikantor Karisidenan Surakarta. Pada saat inilah ia mulai mengenal pemuda- commit to user 41 pemuda yang bercita-cita mengadakan pembaharuan di kalangan rakyat yang tergabung dalam Budi Utomu, diantaranya Pangeran Notodirojo dari Pakualaman. Raden Mas Soeparto giat dalam Budi Utomo dan menolak paham chauvinisme yaitu cinta tanah air yang berlebihan, tetapi ia menganjurkan agar para pemuda lebih mendewasakan diri. Ia mengajak para pemuda untuk menjunjung tinggi kebudayaan yang merupakan tujuan dari semua usaha kearah perbaikan bangsa H.G.Cannegieter,1986 : 11 . Raden Mas Soeparto menuangkan pemikiran dan pendapatnya untuk mendukung serta mempropagandakan Budi Utomo di lingkungan masyarakat Jawa Tengah, khususnya Mangkunegaran, dalam harian Darmo Kondo Bernardinah, 1985 : 10 . Pada tahun 1913 Raden Mas Soeparto pergi ke Belanda walaupun dengan biaya sendiri. Kemudian ia kuliah di Universitas Leiden mengambil jurusan Sastra Jawa. Sewaktu pecah Perang Dunia I ia mendaftarkan diri sebagai tentara cadangan kerajaan Belanda dan ditempatkan sebagai Grenadier, yaitu tentara pelempar granat. Disinilah ia menunjukkan kedisiplinan dan kecakapannya sebagai seorang tentara sehingga pangkatnya dinaikkan menjadi kopral, kemudian sersan dan akhirnya letnan dua H.G.Cannegieter,1986 : 14 . Pada bulan Mei 1915 Raden Mas Soeparto kembali ke Surakarta dan bekerja sebagai Adjunct Controleur Agrarische Zaken Pembantu Kontrolir Jawatan Agraria . Dari pengalaman yang ia peroleh sewaktu mengembara, belajar, maupun bekerja telah menjadikannya seseorang pemimpin yang baik dan mengerti akan kondisi rakyatnya. Pengalaman seperti ini akan sangat berguna di kelak kemudian pada saat ia naik tahta, memegang kekuasaan di Praja Mangkunegaran. Dalam kongres Budi Utomo di Bandung 1915, Raden Mas Soeparto terpilih menjadi ketua Budi Utomo menggantikan Dr.Rajiman Widiodiningrat. Pengalamannya sebagai tentara sangat mempengaruhi pemilihannya sebagai ketua Budi Utomo. Pada saat itu Budi Utomo sedang mengajukam mosi kepada pemerintah Belanda bahwa milisi wajib militer perlu pula diadakan bagi bangsa Indonesia agar dapat membantu tentara Belanda dalam Perang Dunia maupun untuk mempertahankan diri Bernardinah, 1985 : 13 . commit to user 42 Raden Mas Soeparto telah terjun langsung dalam perjuangan bangsa. Seperti tujuan Budi Utomo , maka pada bulan Oktober 1915 ia meminta kepada pemerintah Hindia Belanda untuk menungkatkan pengetahuan para guru desa. Dengan meningkatkan mutu guru-guru desa ini diharapkan akan membentuk landasan hidup yang kuat bagi anak-anak di pedesaan. Selain itu jumlah guru harus diperbanyak sehingga dapat memperluas pendidikan dikalangan rakyat jelata. Budi Utomo telah dapat mengobarkan dan memantapkan progan pendidikan bagi seluruh bangsa Indonesia terbukti dengan meningkatnya jumlah sekolah maupun kursus-kursus guru desa Bernardinah, 1985 : 12 . Pada tanggal 3 Maret 1916 Bendara Raden Mas Soeryo Soeparto dinobatkan sebagai seorang penguasa dan berhak naik tahta di Praja Mangkunegaran. Ia bergelar Pangeran Adipati Aryo Prabu Prangwadono dan baru pada tanggal 4 September 1924 bergelar Adipati Aryo Mangkunegoro VII. Sebagai panglima Legiun Mangkunegaran berpangkat Kolonel Kolonel- Commandant dan selain di kraton Kasunanan ia berhak menggunakan gelar Kanjeng Gusti Th.M.Metz, 1986 : 8 . Pada masa pemerintahan Mangkunegoro VII inilah Praja Mangkunegaran kembali mengalami masa kejayaan seperti pada masa pemerintahan Mangkunegoro IV. Mangkunegoro VII melaksanakan pembangunan diberbagai bidang seperti ekonomi,pendidikan, sosial, budaya dan kesehatan Bernardinah, 1985 : 30 .Di bidang perekonomian ditandai dengan adanya peningkatan areal penanaman tebu danpengaturan air yang lebih baik dengan dibangunkannya waduk-waduk dan saluran air. Mangkunegoro VII merupakan pendukung emansipasi wanita sehingga ia mengeluarkan peraturan bahwa anak perempuan hendaknya diberikan hak yang sama untuk dapat menikmati pendidikan di sekolah. Sekolah Sisworini yang telah didirikan tahun 1912, pada tahun 1923 ditingkatkan menjadi Huishoudkursus Sisworini Kursus Kerumahtanggaan . Kursus ini dimaksudkan untuk mempersiapkan anak wanita menjadi ibu dan pengatur rumahtangga yang baik. Kursus ini kemudian ditingkatkan lagi menjadi Huishoudschool Sekolah Kepandaian Putri . commit to user 43 Kemajuan dan peningkatan pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan rakyat. Bila pada tahun 1918 hanya terdapat 3 buah sekolah desa, maka pada tahun 1939 telah terdapat 103 buah Volkschool Sekolah Rakyat dengan 13.000 orang murid. Seluruh biaya sekolah-sekolah ini ditanggung oleh Praja Mangkunegaran, karena sebagian besar desa di wilayah Mangkunegaran bukanlah desa yang kaya. Pada tahun 1920 juga didirikan perpuetakaan umum yang bertempat di Sositeit Mangkunegaran. Untuk pihak-pihak lain di luar Pemerintahan Praja Mangkunegaran yang ingin mendirikan sekolahan diberikan tanah dengan percuma. Dengan demikian daerah Mangkunegaran banyak berdiri sekolah-sekolah baru , seperti Algemeene Midelbare School, Christelijke Mulo, Neutrale HIS, Van Deventer School, Koningin Wilhelmina School dan masih banyak lagi sekolah yang ada. Mangkunegoro VII adalah seorang penguasa Praja yang berjiwa kerakyatan. Jiwa kerakyatan ini tertanam pada diri Mangkunegoro VII karena ia mempunyai darah rakyat yang mengalir dari Ibunya dan dalam pengembaraannya dapat merasakan serta mempelajari kehidupan rakyat jelata. Wujud dari jiwa kerakyatannya antara lain dengan mengurangi jumlah sembah yang dihaturkan pada diri dan keluarganya bila seseorang menghadap. Ia hanya mau menerima sembah pada waktu dating dan pergi. Ia juga menganjurkan penggunaan bahasa Jawa inggil terhadap satu sama lain sehingga dapat saling menghargai. Mangkunegoro VII juga dikenal sangat dekat dengan rakyatnya. Ia sering mengadakan kunjungan kerja kedaerah – daerah terutama daerah yang tergolong minus seperti Wonogiri, Wuryantoro, dan Ngadirojo yang memerlukan perhatian khusus. Ia juga sering melakukan penyamaran untuk mendapatkan informasi langsung dari rakyat. Ia pernah menyamar dengan duduk – duduk di warung mendengarkan pembicaraan rakyatnya tentang apa yang mereka harapkan dalam hidupnya. Selain itu ia juga mengumpulkan orang – orang cacat dari kampong – kampong sekali seminggu dan diberi pakaian yang pantas Soehatmoko, 1936 : 46 . Mangkunegoro VII mempunyai keinginan dalam bidang kebudayaan untuk menggali budaya dan filsafat Jawa untuk dapat dijadikan sarana dan dasar perjuangan bangsa. Tetapi karena waktu itu budaya Barat telah berpengaruh commit to user 44 dalam kehidupan rakyat, maka ia ingin membentuk suatu wadah untuk mempertemukan dan memadukan budaya Jawa dengan budaya Barat tersebut H.G.Cannegieter, 1986 : 32 . Budaya Barat yang mempengaruhi kehidupan rakyat adalah hal – hal yang langsung dilihat dalam bentuk yang nyata, yaitu ilmu pengetahuan dan teknologi Bernardinah, 1985 : 40 . Kontak antara budaya Barat dan Jawa hanya mungkin dapat dilakukan jika bangsa Jawa dan bangsa Barat masing – masing menggali dan mendalami kebudayaannya sendiri. Dengan menggali dan mendalami kebudayaan sendiri maka akan ditemukan hubungan yang lebih erat dalam suasana saling pengertian terutama dalam bahaya yang mengancap kepentingan bersama. Usaha yang dilakukan untuk mewujudkan kontak budaya ini adalah dengan mengadakan pertemuan – pertemuan rutin yang dihadiri oleh orang Jawa, Belanda maupun Cina yang dimulai tahun 1917. Dalam pertemuan ini biasanya membicarakan bidang politik yang langsung menyangkut kepentingan bersama Bernardinah, 1985 : 40 . Pada tahun 1931 dibentuk wadah baru untuk mengadakan kontak budaya yang diberi nama Lingkungan Budaya dan Filsafat Mangkunegaran atau sering disebut Mangkunegaran Studie Kring. Mangkunegoro VII secara pribadi memberikan penjelasan mengenai arti simbolik dan mistik dari wayang yang mempengaruhi kehidupan kejiwaan dan kerohanian bangsa Jawa. Melalui penjelasan inilah Mangkunegoro VII ingin membuktikan kepada bangsa Barat betapa luas dan luhurnya kebudayaan Jawa. Cerita pewayangan mampu mengutarakan penjabaran kehidupan batin manusia yang ingin mengungkap arti kehidupan Bernardinah, 1985 : 28 . Mangkunegoro VII tidak hanya menjadi seorang budayawan tetapi ia juga merupakan seorang kepala pemerintahan yang cakap dan disegani. Dalam upacara penobatan dari Pangeran Adipati Aryo Prangwadono menjadi Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Mangkunegoro VII, Residen Nieuwenhuys menekankan bahwa dengan penobatan ini membuktikan keberhasilan pemerintahan Mangkunegoro VII Th M Metz, 1986 : 9 . commit to user 45

3. Pembangunan Kota di Praja Mangkunegaran masa