Tata Ruang Kota Tinjauan Pustaka

commit to user 13 pemukiman pasukan artileri Mangkunegaran constable. Kampung Jageran sebagai tempat pemukiman pasukan penggempur Mangkunegaran dan kampung Kestalan sebagai tempat kandang kuda staal milik pasukan kavaleri legiun Mangkunegaran. Pada wilayah kota Mangkunegaran terdapat daerah elite orang Eropa yang dikenal dengan Villapark. Lingkungan Villapark dinyatakan sebagai lingkungan elit dengan peraturan tersendiri yang dapat dilihat dari Undang-Undang tentang penggunaan tanah negara di Surakarta, khususnya daerah Mangkunegaran. Peraturan tentang penggunaan tanah negara di Mangkunegaran tidak meliputi daerah Villapark, karena daerah ini sudah mempunyai peraturan tersendiri yang ditetapkan tanggal 1 November 1913 Rijksblad Mangkunegaran, 15 Januari 1918. No 1. Tahun 1918, artikel no.2 Pasal 3. Lingkungan Villapark dihuni oleh sebagian besar orang Eropa yang bekerja di sektor perkebunan.

2. Tata Ruang Kota

Tata ruang kota dikatakan sebagai ilmu interdisiplin. Maksudnya, pengetahuan dan ilmu tata ruang tidak semata meliputi satu disiplin ilmu pengetahuan. Disiplin pengetahuan adalah suatu kecanggihan yang dikembangkan untuk memikirkan dan mendalami permasalahan yang sudah lama menarik perhatian dan menjadi kepedulian pemerhati yang gemar berpikir. Tata ruang kota adalah bentuk penggunaan lahan yang ada dikota untuk keperluan tertentu jalan , perkantoran, taman, pemukiman dsb . Daerah perkotaan umumnya mempunyai tata ruang yang terencana dengan baik, terutama peningkatan praarana perkotaan yang meliputi tujuh bidang penyediaan air bersih, drainase yang baik, pengolahan sampah, sanitasi lingkungan, perbaikan kampung, pemeliharaan jalan kota, perbaikan sarana dan fungsi pasar. Tata ruang merupakan kegiataan untuk menjadikan suatu ruang itu menjadi seperti yang direncanakan. Tata atau penataan dapat diartikan sebuah perencanaan yang disusun secara berurutan dan terarah. Sedangkan pengertian ruang terdapat dua pengertian, yaitu ruang tak terbatas dan ruang terbatas. Para commit to user 14 pemikir Barat cenderung memahami ruang yang bersifat tak terbatas, sedangkan para pemikir Timur, khususnya Jawa cenderung memehami ruang secara terbatas. Kecenderungan ini disebabkan paham rasianalisme yang bersifat progresif telah lama berkembang di Barat, sedangkan di Timur paham rasionalisme baru berkembang akhir-akhir ini Hariyono , 2007 : 5 . Ruang merupakan alih kata space untuk Bahasa Indonesia. Dalam Oxford English Dictionary disebutkan ,space berasal dari kata Latin spatium yang berarti terbuka luas, memungkinkan orang melakukan kegiatan dan bergerak leluasa didalamnya, dan dapat berkembang tak terhingga. Ruang dalam bahasa Jawa disebut dengan istilah rong yang bererti suatu keadaan kosong yang terdapat pada batasan dua kerangka utama yang menunjang atap. Rong juga berarti lubang tempat serangga bersarang dan gua. Gagasan tersebut mengacu pada sesuatu yang terbatas, bervolume dan nyata. Rong menurunkan kata rongga yang berarti ruang kosong yang terdapat pada suatu benda. Dengan demikian, ruang dalam budaya Jawa memiliki batasan yang sifatnya terbatas dan konkret. Secara mitos, ruang dalam pemahaman Jawa adalah tempat yang bersifat konkret yang dihuni oleh makhluk hidup maupun makhluk halus Tjahyono, 1990 : 29 . Tata ruang kota-kota di Jawa khususnya sebagian besar masih menganut konsep kosmologi Jawa yang merupakan bagian dari konsep kosmogoni. Seorang raja sering dianggap sebagai representasi dewa sekaligus penguasa kota. Kepercayaan ini membawa pengaruh konsep kosmogoni untuk merancang kotanya. Konsep kosmogoni adalah suatu pemahaman tentang kesejajaran antara alam makrokosmos dan mikrokosmos dalam suatu pertautan dimuka bumi. Alam semesta atau jagad raya diimitasikan dengan dunia manusia di alam jagad kecil. Dalam konsep kosmogoni disebutkan bahwa kemakmuran dan ketentraman dunia dapat dicapai dengan menyusun dunia manusia sebagai replica alam semesta. Sebagai konsekuensinya kota kerajaan harus dirancang sesuai dengan gambaran bagian – bagian alam semesta yang dihayati. Ibukota atau istana raja tidak hanya sebagai pusat pemerintahan dan kebudayaan, melainkan juga sebagai pusat kekuatan magis dari seluruh wilayah kerajaan. Dalam konsep kosmologi Jawa commit to user 15 yang digunakan untuk tata ruang terdapat kesatuan antara masyarakat, alam, dan alam adikodrati serta kedudukan raja sebagai pemusatan kekuatan kosmis. Dalam lingkaran pertama pandangan dunia Jawa, dunia luar dihayati sebagai lingkungan kehidupan individu yang homogen, yang di dalamnya manusia menjamin keselamatannya dengan menempatkan dunia ini sebagai penghayatan terhadap masyarakat, alam dan alam adikodrati sebagai satu kesatuan yang tak terpecah-belah. Dari tingkah laku yang tepat terhadap kesatuan itu tergantung keselamatan manusia. Masyarakat dan alam merupakan lingkup kehidupan masyarakat Jawa sejak lahir. Melalui masyarakat, manusia berhubungan dengan alam. Konsep kehidupan masyarakat bagi orang Jawa merupakan sumber rasa aman, begitu pula alam dihayati sebagai kekuasaan yang menentukan keselamatan sekaligus kehancurannya. Dasar kepercayaan Jawa atau Jawanisme adalah keyakinan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini pada hakekatnya adalah satu, atau merupakan suatu kesatuan hidup. Jawanisme memandang kehidupan manusia selalu terpaut erat dalam kosmos alam raya. Dengan demikian hidup manusia merupakan suatu perjalanan yang penuh dengan pengalaman-pengalaman yang religius Mulder, 1973 : 36 . Apa yang dialami manusia sejak dilahirkan sampai pada kematian atau kejadian yang dialami manusia selama manusia hidup selalu terkait dengan kekuatan dari alam lain adikodratigaib. Alam pikiran Jawa merumuskan bahwa kehidupan manusia berada dalam dua kosmos yaitu makrokosmos jagad gede dan mikrokosmos jagad cilik yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Makrokosmos merupakan lukisan atau gambaran dari mikrokosmos, sebaliknya mikrokosmos pun adalah lukisan dari makrokosmos. Hal ini didasarkan bahwa hakekat segala yang ada di dunia ini adalah satu. Di satu pihak, makrokosmos adalah sikap dan pandangan hidup terhadap alam semesta yang dianggap sebagai alam yang mengandung kekuatan supranatural dan penuh dengan hal-hal yang bersifat wadi misterius. Di lain pihak, mikrokosmos adalah sikap dan pandangan hidup terhadap jagad cilik manusia. Tujuan utama dalam hidup adalah mencari serta menciptakan keselarasan atau keseimbangan antara kehidupan makrokosmos dam commit to user 16 m ikrokosmos, dalam mewujudkan ”keselamatan” dan ”kedamaian” seperti yang sesuai dengan sifat-sifat ilahi. Alam inderawi bagi orang Jawa merupakan ungkapan alam gaib. Alam adalah ungkapan kekuasaan yang akhirnya menentukan kehidupan manusia. Dalam alam ini manusia mengalami betapa sangat tergantung dari kekuasaan- kekuasaan adidunia yang tidak diperhitungkan, yang disebut dengan alam gaib. Kosmos, termasuk kehidupan benda-benda, peristiwa-peristiwa di dunia merupakan suatu kesatuan eksistensi dimana setiap materiil dan spiritual mempunyai arti yang jauh melebihi apa yang nampak Mulder, 1984 : 18. Bagi orang Jawa alam empiris berhubungan erat dengan alam dengan alam metampiris alam gaib, mereka saling meresapi. Kepekaan terhadap dimensi gaib dunia empiris menemukan ungkapannya dalam berbagai cara, misalnya upacara-upacara religius. Kesatuan antara masyarakat, alam, dan alam adikodrati dilaksanakan orang Jawa dalam sikap hormat terhadap nenek moyang leluhur, roh-roh, dan kekuatan halus. Bagi orang Jawa, kehidupan di dunia ini merupakan tempat dimana kesejahteraannya tergantung dari apakah manusia berhasil menyesuaikan diri dengan kekuatan-kekuatan gaib itu. Supaya roh-roh itu berkenan kepadanya maka pada waktu-waktu tertentu dipersembahkan sesajen. Masyarakat Jawa percaya bahwa tidak mungkin memisahkan sesuatu yang sakral dari yang profan, yang bersifat kodrati dari yang bersifat adikodrati. Kehidupan dalam kosmos alam raya dipandang sebagai sesuatu yang telah teratur dan telah tersusun secara bertingkat hierarkis. Kewajiban moril daripada segala sesuatu yang ada ialah menjaga keselarasan hidup dengan segala tata tertib yang dilambangkan dalam susunan alam semesta. Kekuasaan ilahi tersebut dinyatakan dalam paham ketuhanan yang antara lain disebut sebagai kekuatan Brahma, Gusti, Hyang Maha Kuasa, Hyang Murbeng Jagad, Hyang Tunggal, dan banyak lagi sebutan lain yang merupakan perwujudan dari rasa Ketuhanan dalam alam pikir Jawa. Adapun sikap dan pandangan terhadap dunia manusia mikrokosmos adalah tercermin pada kehidupan manusia dan lingkungannya, susunan manusia dalam masyarakat, tata kehidupan manusia sehari-hari dan segala sesuatu yang commit to user 17 nampak mata kasat mata. Tanpa adanya tata kehidupan yang nyata dan teratur dalam dunia manusia mikrokosmos, kehidupan manusia senantiasa berusaha memahami arti dan kehidupan serta berusaha menemukan nilai-nilai baru untuk diterapkan dalam bentuk kehidupan yang lebih sempurna. Keberhasilan manusia dalam menjalani kehidupan yang baik dan benar di dunia ini tergantung pada kekuatan batin jiwanya. Bagi orang Jawa, masyarakat, alam, dan alam adikodrati dirasakan sebagai kesatuan terungkap dalam kepercayaan bahwa semua peristiwa alam empiris berkaitan dengan peristiwa-peristiwa di alam metampiris Franz Magnis Suseno, 1985:90. Apa yang terjadi di sisi realitas yang satu mempunyai kecocokan dengan sisi satunya. Oleh karena itu manusia tidak boleh bertindak gegabah seakan-akan masalahnya terbatas pada dimensi sosial dan alamiah saja. Dalam segala tindak-tanduk manusia harus bersikap sedemikian rupa sehingga tidak bertabrakan dengan berbagai roh dan kekuatan halus. Kepercayaan akan keterkaitan antara peristiwa-peristiwa di dunia dan di alam gaib barangkali merupakan salah satu latar belakang kepopuleran berbagai upacara. Alam pikiran, sikap serta pandangan hidup tentang alam semesta makrokosmos merupakan peninggalan konsep dari paham Hindu Jawa. Pada dasarnya apabila setiap manusia melaksanakan tugas dan kewajiban hidupnya Dharma, dan berpegang pada aturan ilahi atau kekuatan Brahma yang berkuasa atas kehidupan alam semesta, maka dia akan menuju pada keselamatan dunia serta menciptakan kehidupan yang ”tata tenterem, kerta raharja” yaitu kehidupan yang bahagia, aman, dan sejahtera. Di situlah letak hubungan khusus serta penyatuan antara makrokosmos dan mikrokosmos dalam kehidupan orang Jawa.

3. Pembangunan Di Praja Mangkunegaran