commit to user 52
Di Karanganyar, jalan yang melewati Jumapolo serta jalan dari Mojogedang ke Batujamus lewat Kemuning diperbaiki. Selain itu dilakukan
pembangunan jalan baru ke Tawangmangu. Tahun 1924-1927 bus mulai memiliki andil yang besar dalam sarana angkutan perkotaan Th.M.Metz, 1939 : 68-70 .
Tahun 1914 direncanakan jembatan Jurang-Gempol di jalan Wonogiri – Jatisrono
– Ponorogo sebagai suatu proyek agar jalan ini bisa dilewati pedati yang ditangani oleh arsitek Belanda, Ir. Van Oort dari Madiun Autorisatie begrooting van
kosten. 1940. Arsip Mangkunegaran . Perhatian terhadap pembangunan jaringan jalan dan jembatan ini semakin
intensif sejak K.G.P.A.A. Mangkunagoro VII memegang tampuk pemerintahan. Pada tahun 1916 terdapat 433 km jalan kuda yang diperlebar, 60 km jalan yang
tidak dikeraskan. Keadaan ini mengalami banyak perubahan pada tahun 1931 yakni setelah Mangkunagoro VII memegang tampuk pemerintahan selama 15
tahun. Di Praja Mangkunegaran terdapat 530 km jalan yang dapat dilalui kendaraan bermotor. Antara tahun 1909-1924 dibangun dan diresmikan jembatan
Kali Pepe di dekat stasiun Balapan yang memperpendek jalan dari Villa Park menuju Purwosari.
Usaha pembangunan jalan dan jembatan yang dilakukan K.G.P.A.A. Mangkunagoro VII telah membawa hasil yang sangat memuaskan. Dalam
pidatonya pada hari ulang tahun penobatannya beliau menjadi penguasa Praja Mangkunegaran yang ke-16, pada tahun 1931 beliau menyampaikan rencana
pembangunan jalan aspal sepanjang 70 kilometer. Sehingga dalam jangka waktu 20 tahun tidak diperlukan biaya pemeliharaan jalan dari praja. Akan tetapi karena
terjadi krisis, maka diadakan kebijakan penghematan dalam anggaran belanja Praja hingga pelaksanaan pembangunan itu menjadi terhambat. Hingga tahun
1940-antara lain ketika situasi dunia menjadi panas menjelang PD II, sudah tidak ada pembangunan jalan dalam skala besar yang direncanakan dari anggaran praja.
c. Pembangunan Gedung Societed
Secara fisik pengaruh budaya Eropa pada bangunan soos dapat ditelusuri dari adanya jendela-jendela yang berukuran besar. Contohnya adalah bangunan
soos Harmoni, yang terletak di timur benteng Vastenberg, atau soos
commit to user 53
Mangkunegaran. Hampir pada semua bangunan soos memiliki ciri seperti ini, baik yang dikota-kota besar maupun dikota-kota kecil.
Kesan Indis tidak saja terlihat dari fisik bangunannya saja, nmun lebih dari itu tersirat dari berbagai macam kegiatan dan aktivitas dari pengguna bangunan
tersebut. Bangunan soos selain menjadi tempat interaksi sosial, juga merupakan perwujudan akan kebutuhan tempat untuk mendukung gaya hidup mereka. Pesta-
pesta dansa serta perjamuan makan yang dulu sering dilakukan di rumah tinggal Indis yang luas dan megah sudah jarang dilakukan, karena terbatasnya ruang
yang ada. Namun karena para pendukung budaya Indis ini menganggap perlunya menggunakan budaya Barat demi karier, jabatan, dan prestise dalam kehidupan
masyarakat kolonial, maka mereka menganggap perlunya budaya masa lampau yang dibanggakan.
Dengan munculnya organisasi modern, para priyayi yang tergabung dalam organisasi-organisasi tersebut sering berkumpul di satu tempat pertemuan. Tempat
pertemuan ini dikenal dengan nama Soos, yang diambil dari kata Belanda Societeit, yaitu tempat pertemuan bangsa Belanda yang eksklusif. Di samping
untuk keperluan rapat, soos juga menjadi tempat pertemuan publik yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti kegiatan rekreasi, pementasan
sandiwara, pesta sekolah, pertandingan permainan, dan lain sebagainya. Pada awalnya kebiasaan-kebiasaan berkumpul di soos merupakan
kebiasaan orang-orang Belanda. Mereka berkumpul di gedung yang cukup luas untuk melakukan berbagai kegiatan, yang kebanyakan merupakan pesta-pesta
diakhir pekan. Selain pesta permainan yang sangat digemari adalah permainan bola sodok. Hampir setiap kali orang-orang Belanda berkumpul mereka
memainkan permainan ini. Berawal dari permainan inilah kemudian banyak orang awam memakai istilah Kamar Bola sebagai nama lain dari societeit.
Dengan dimulainya abad 20, sebuah zaman dimana semangat modernitas seperti yang ditujukkan oleh orang-orang Belanda dipahami sebagai peradaban
Barat yang telah mengikis sikap penghormatan terhadap orang tua. Mereka menyebut diri dengan istilah kaum muda, yang lebih modern dan maju ketimbang
orangtua mereka dan orang-orang yang tidak berpendidikan Barat. Namun semua
commit to user 54
itu tidak berarti mereka kehilangan identitasnya sebagai orang Jawa. Yang terpenting pada masa ini adalah hal-hal tradisional telah kehilangan maknanya
yang utuh dan mereka dipaparkan berdampingan dengan hal-hal yang modern Takashi shiraishi,1987: 41.
K.G.P.A.A. Mangkunagoro VII menginginkan sebuah societed dibangun di kawasan Mangkunegaran. Oleh sebab itu mulai tahun 1918, mulai diadakan
pembangunan societed. Sasono Suka Societed SSS dibanguna oleh seorang arsitek pribumi yang berasal dari seorang arsitek pribumi yang berasal dari
Semarang yang bernama Atmodirono. Sasono Suko Societed SSS merupakan bangunan yang berbeda dengan soos lain di Surakarta, karena SSS
menggabungkan antara elemen Hindu-Jawa dan Eropa. Hal ini terlihat dari bentuk SSS yang menyerupai candi dan dilengkapi dengan arca.Bangunan ini juga
memiliki ornamen berbentuk stupa candi dan beberapa punden berundak. Pengaruh Eropa tercermin dari peletakan pintu dan jendela yang besar, yang
merupakan ciri khas bangunan-bangunan Eropa. Gedung ini kemudian menjadi gedung untuk siaran radio di Surakarta yang diprakarsai oleh Mangkunegoro VII,
dikenal dengan SRV. Sejak saat itu hari radio diperingati di Indonesia. Namun sekarang sudah beralih fungsi menjadi gedung perpustakaan yang dikenal dengan
Monumen Pers.
d. Pembangunan Taman Kota