Pembangunan Di Praja Mangkunegaran

commit to user 17 nampak mata kasat mata. Tanpa adanya tata kehidupan yang nyata dan teratur dalam dunia manusia mikrokosmos, kehidupan manusia senantiasa berusaha memahami arti dan kehidupan serta berusaha menemukan nilai-nilai baru untuk diterapkan dalam bentuk kehidupan yang lebih sempurna. Keberhasilan manusia dalam menjalani kehidupan yang baik dan benar di dunia ini tergantung pada kekuatan batin jiwanya. Bagi orang Jawa, masyarakat, alam, dan alam adikodrati dirasakan sebagai kesatuan terungkap dalam kepercayaan bahwa semua peristiwa alam empiris berkaitan dengan peristiwa-peristiwa di alam metampiris Franz Magnis Suseno, 1985:90. Apa yang terjadi di sisi realitas yang satu mempunyai kecocokan dengan sisi satunya. Oleh karena itu manusia tidak boleh bertindak gegabah seakan-akan masalahnya terbatas pada dimensi sosial dan alamiah saja. Dalam segala tindak-tanduk manusia harus bersikap sedemikian rupa sehingga tidak bertabrakan dengan berbagai roh dan kekuatan halus. Kepercayaan akan keterkaitan antara peristiwa-peristiwa di dunia dan di alam gaib barangkali merupakan salah satu latar belakang kepopuleran berbagai upacara. Alam pikiran, sikap serta pandangan hidup tentang alam semesta makrokosmos merupakan peninggalan konsep dari paham Hindu Jawa. Pada dasarnya apabila setiap manusia melaksanakan tugas dan kewajiban hidupnya Dharma, dan berpegang pada aturan ilahi atau kekuatan Brahma yang berkuasa atas kehidupan alam semesta, maka dia akan menuju pada keselamatan dunia serta menciptakan kehidupan yang ”tata tenterem, kerta raharja” yaitu kehidupan yang bahagia, aman, dan sejahtera. Di situlah letak hubungan khusus serta penyatuan antara makrokosmos dan mikrokosmos dalam kehidupan orang Jawa.

3. Pembangunan Di Praja Mangkunegaran

Pembangunan didefinisikan sebagai rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh suatu Negara bangsa menuju modernitas. Dari pengertian tersebut, maka muncul enam commit to user 18 ide pokok. Pertama : pembangunan merupakan suatu proses. Berarti pembangunan merupakan rangkaian kegiatan yang berlangsung secara berkelanjutan dan terdiri dari tahap – tahap yang di satu pihak bersifat independen akan tetapi di pihak lain merupakan „ bagian‟ dari sesuatu yang bersifat tanpa akhir . Kedua : pembangunan merupakan upaya secara sadar yang ditetapkan sebagai suatu untuk dilaksanakan. Ketiga : pembangunan dilakukan secara terencana. Keempat : rencana pembangunan mengandung makna pertumbuhan dan perubahan. Kelima : pembangunan mengarah pada modernitas. Modernitas disini diartikan antara lain sebagai cara hidup yang baru dan lebih baik dari sebelumnya, cara berfikir yang rasional dan sistem budaya yang kuat tetapi fleksibel.Keenam : modernitas yang ingin dicapai melalui bergai kegiatan pembangunan bersifat multidimensional Siagan.P, 2000 : 5 . Kadipaten Mangkunegaran didirikan dan ditegakkan di atas hasil perjuangan, bukan hadiah, sekalipun Mangkunegaran adalah vassal kompeni dan di bawah Kasunanan Surakarta, bahwa dalam perjalan sejarahnya pengaruh kompeni sangat besar terhadap Kadipaten Mangkunegaran. Namun semua ini pada dasarnya karena kompeni ketakutan terhadap timbulnya kekuatan baru yang menentangnya. Oleh karena perjuangan itu dijalankan bersama antara yang dipimpin dan yang memimpin, tegasnya antara R. M. Said dan para pengikutnya, maka hasil- hasil perjuangan tidak dimiliki oleh seseorag atau sekelompok orang, melainkan dimiliki oleh bersama. Atas dasar inilah maka Praja Mangkunegaran tidak menjadi milik pribadi pihak yang memimpin perjuangan, dan kemudian naik tahta memimpin Mangkunegaran, tetapi juga milik para pengikutnya yang ikut dalam perjuangan. Dengan pemahaman inilah, maka kontinuitas atau kelanggengan menjadi target atau tujuan yang terus- menerus diperjuangakan demi kelangsungan Praja Mangkunegaran sendiri. Ia diangkat menjadi raja bergelar Pangeran Adipati Mangkunegoro, dan menguasai suatu daerah yang pada tanggal 17 Maret 1757 luasnya 4000 cacah.Wilayah Kasunanan dan Kasultanan dikemudian hari dikurangi oleh Deandels, yang harus mempertahankan Pulau Jawa dari Inggris. Kemudian jaman Inggris, Sir Thomas Stamford Rafles mendirikan kerajaan Paku-Alaman tahun 1813 dengan tanah diambil dari commit to user 19 Kasultanan, dengan menunjuk Yogyakarta sebagai istananya. Setelah pembentukan Paku Alaman, kemudian pada 21 Oktober 1813, daerah Mangkunegaran diperluas, serta Pangeran Mangkunegoro memperoleh kebebasan lebih banyak. Yang menjadi alasan untuk itu adalah suatu persekutuan antara Sunan dan Sultan untuk melawan pemerintah Inggris. Alasan ini pula yang digunakan untuk mendirikan Paku Alaman. Setelah perang Jawa 1825 – 1830 , maka pada 22 Pebruari 1830 wilayah Mangkunegaran diperluas lagi, yaitu dengan tanah Ngawen. Yang memperluas ini adalah pihak Belanda , dengan mengambil wilayah Sultan. Dan pada 22 September 1830 telah ditatapkan batas – batas wilayah Mangkunegaran hingga tahun 1934. Namun setelah tahun 1900, batas – batas wilayah Mangkunegaran diubah lagi dengan menukarkan beberapa tanah dengan tanah Kasunanan, hal ini untuk menghindari adanya en clave tamah yang terkurung oleh wilayah negara lain . Landasan juang RM.Said atau K.G.P.A.A Mangkunagoro I serta para kawulanya tertumpu pada 3 langkah : 1. Mulat Sarira Hangrasa Wani kenalilah dirimu sendiri 2. Rumangsa melu Handarbeni merasa ikut memiliki 3. Wajib Melu Hangrungkebi berkewajiban untuk siap membela kepentingan Praja Mulat sarira, hangrasa wani, sesungguhnya merupakan candrasengkala tahun pendirian Mangkunegaran yakni tahun 1757 Masehi. Mulat sarira berarti mengetahui diri sendiri dengan melakukan introspeksi yang perlu dihayati agar dapat mengatasi rintangan yang menghalang-halangi perbaikan pribadi kita. Introspeksi juga menimbulkan kesadaran kita akan keakraban kita dengan sesama, alam, dan Tuhan. Prinsip kedua Tri Darma ialah : Rumangsa Melu Handarbeni. Ucapan ini disampaikan oleh RM. Said setelah dinobatkan sebagai Mangkunagoro I. Ucapan ini ditujukan kepada para pengikut setianya untuk diteruskan kepada keturunannya, serta rakyat. Rakyat harus menganggap daerah Praja Mangkunegaran sebagai miliknya sendiri, tempat mereka akan memperoleh sumber kehidupan dari tanah itu. Antara raja dan rakyat diadakan persekutuan commit to user 20 sehingga terjadi persatuan antara mereka, yang mencakup dalam manunggaling kawula gusti Prinsip ini memuat bahwa Mangkunagoro dan rakyat bersama-sama memiliki daerah Praja Mangkunegaran. Mangkunagoro yang memimpin Praja Mangkunegaran akan berusaha menyejahterakan rakyat. Negara bukan milik perorangan, tetapi merupakan tempat berlindung seluruh rakyat, sehingga setiap orang dapat melakukan pekerjaannya. Negara dipandang sebagai milik kolektif, maka setiap warganya perlu turut berusaha mengembangkannya, mempertahankannya serta menjaga dari berbagai bentuk ancaman. Prinsip ketiga Tri Dharma, ialah : Wajib Melu Hangrungkebi. Prinsip ketiga ini erat hubungannya dengan prinsip pertama dan kedua. Kedua pihak bertanggung jawab penuh atas kelestarian negara, maka rakyat diharapkan menjalankan tugas bagi negara dengan semangat berkorban, penuh dedikasi dan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan zaman. Ketiga gatra tersebut merupakan pedoman langkah dimana satu sama lain saling bergandengan, mengisi dan melengkapi. Falsafah tersebut dikenal dengan sebutan Tri Dharma yang berarti juga mawas diri dan merasa berani. Pada dasarnya Tri Dharma bermakna sebagai berikut : 1. Tri Dharma pada hakekatnya adalah dasar utama berdirinya Praja Mangkunegaran. 2. Tri Dharma adalah sikap hidup dan pola tingkah laku serta tingkah karya bagi pimpinan negara, narapraja, punggawa, dan kerabat Mangkunegaran. 3. Tri Dharma merupakan dasar bertindak dalam pembinaan dan pengembangan Praja Mangkunegaran. 4. Tri Dharma adalah pengarah bagi kehidupan kerabat dan orang-orang Mangkunegaran dalam menghadapi pasang surutnya keadaan serta dalam menyesuaikan diri dengan zaman dan situasi NN, 1969 : 9 . Mangkunegaran memperoleh perluasan wilayah oleh Belanda yang tidak diperoleh oleh kerajaan lain. Tetapi tetap ada pengurangan kekuasaan seperti di kerajaan lain. Para Raja di Mangkunegaran diangkat menurut “ Acte van Verband “ yang harus mereka tanda tangani dihadapan wakil Pemerintah Hindia- Belanda sebelum mereka dinobatkan. Mereka yang menjadi Raja di Mangkunegaran, commit to user 21 haruslah keturunan dari Raja pertama dari negaranya. Meskipun hak – haknya dibatasi oleh Belanda, namun Raja- raja di Mangkunegaran berhasil mendirikan negara yang kuat karena kemampuannya. Sampai tahun 1934 Mangkunegaran mempunyai tujuh orang Raja yang dalam setiap pemerintahannya terdapat tahapan pembangunan yang berkesinambungan. Pembangunan wilayah Mangkunegaran dilakukan secara bertahap di segala bidang pada masing-masing Raja, ketujuh Raja tersebut adalah sebagai berikut : 1. Mangkunegoro I 1757 – 1795 , sebelum dinobatkan sebagai raja, ia bernama dan bergelar Raden Mas Said dan Pangeran Suryokusumo.Ia adalah cucu dari Sunan Mangkurat IV dari Mataram. 2. Mangkunegoro II 1796 – 1835 , adalah cucu dari pendahulunya, dan naik tahta dengan gelar Pangeran Ario Prabu Prangwadono. 3. Mangkunegoro III 1835 – 1853 , adalah seorang putra dari seorang putri Mangkunegoro II. Ia naik tahta dengan gelar Pangeran Adipati Ario Prabu Prangwadono, dan pada tahun 1842 bergelar Mangkunegoro. 4. Mangkunegoro IV 1853 – 1881 , adalah putra dari putri Mangkunegoro II yang lebih muda. Gelarnya sama dengan pendahulunya, baru pada tahun 1857 bergelar Mangkunegoro. 5. Mangkunegoro V 1881 – 1896 , adalah putera Mangkunegoro IV. 6. Mangkunegoro VI 1896 – 1916 , adalah saudara Mangkunegoro V. Sejak ini Mangkunegaran berdiri lepas dari Keraton dan Susuhunan Surakarta. Pada masa ini terjadi perbaikan ekonomi di Praja Mangkunegaran , sehingga keuangan Mangkunegaran berangsur pulih kembali. Pembangunan di berbagai bidang mulai dilakukan, tidak hanya bidang keuangan, tetapi juga bidang pendidikan, kesehatan, pangan dan pembangunan fisik terus dilakukan di Praja Mangkunegaran sampai masa kekuasaaan Mangkunegoro VI berakhir dan diteruskan oleh penggantinya nanti. 7. Mangkunegoro VII 1916 – 1944 , adalah putra ke tiga dari Mangkunegoro V. Ia adalah seorang aktivis organisasi bersifat kebudayaan sebelum dinobatkan sebagai Raja di Mangkunegaran. Ia menjadi anggota commit to user 22 redaksi harian Jawa “ Darmo Kondo “, anggota Dewan Pengawas perkumpulan “ Budi Utomo “. Dan menjadi ketua Dewan Hindia volksraad . Setelah dinobatkan menjadi Raja, ia pun berhenti dari kegiatan tersebut. Pada masa pemerintahannya, banyak kebijakan yang dikeluarkan. Yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan di Praja Mangkunegaran dan wilayahnya. Pembangunan kota dengan peningkatan sarana perkotaan, pembuatan taman – taman kota dan pembaharuan irigasi dengan membuat bendungan dan waduk, merupakan progam – progam dalam kebijakannya. Daerah Mangkunegaran terletak di tanah Swapraja Vorstenlanden di bagian Timur dari Jawa Tengah. Dan ditanah Swapraja itu juga di bagian Timurnya. Daerah itu meliputi lereng Barat dan Selatan dari Gunung Lawu yang meluas sampai daerah hulu dari Bengawan Solo menuju Gunung Kidul. Sebanyak 35.183 orang tinggal di Kota Mangkunegaran. Sedangkan luas daerah dari Mangkunegaran adalah 2.815,14 Km2. Seperti tercantum dalam perjanjian yang sudah disetujui, wilayah kekuasaan Praja Mangkunegaran adalah daerah Keduwang, Laroh, Matesih dan Gunung Kidul. Baru pada masa pemerintahan Mangkunagoro II 1796-1835 daerah Praja Mangkunegaran bertambah 240 jung dan kemudian bertambah lagi 500 cacah 1 cacah = 4 bau. 1 bau = 0,7096 ha. 1jung = 4 karya = 16 bau. Mangkunagoro II telah berjasa kepada Rafflesh, membantu mengadakan perlawanan terhadap Sultan Hamengku Buwono II. Sebagai hadiah atas jasa- jasanya, maka Rafflesh memperluas daerah Mangkunegaran yang meliputi : 1. Keduwang 72 jung 2. Sembuyan 12 jung 3. Mataram 2,5 jung 4. Sukowati Timur 95,5 jung 5. Sukowati Barat 28,5 jung 6. Sebelah Timur Merapi 29,5 jung Jumlah 240 jung commit to user 23 Setelah terjadi perang Diponegoro 1825-1830, daerah Mangkunegaran diperluas dengan 500 cacah, semuanya milik Yogyakarta yang ada di Sukowati. Selama berlangsungnya perang Diponegoro, Mangkunagoro II membantu Belanda kemudian setelah perang usai daerah yang telah dikuasai oleh Belanda diserahkan sebagai hadiah atas jasa-jasanya. Dengan tambahan itu daerah Mangkunegaran luasnya menjadi 5.500 karya, yang meliputi : 1. Keduwang 141 jung 2. Laroh 115,25 jung 3. Matesih 218 jung 4. Wiraka 60,5 jung 5. Hariboyo 82,5 jung 6. Hanggabayan 25 jung 7. Gunung Kidul 71,5 jung 8. Sembuyan 113 jung Jumlah 846,75 jung Sedang mengenai letak geografis wilayah Praja Mangkunagaran dibatasi dengan sebelah utara dengan pegunungan kapur Kendeng, sebelah selatan dengan Samudra Hindia dan tanah datar wilayah Yogyakarta,sebelah timur dengan Gunung Lawu,sebelah barat dengan Gunung Merapi dan Merbabu. Moh, Dalyono, 1939 : 105 . Untuk menghindari adanya enclave tanah yang terkurung oleh wilayah negara lain, pada tanggal 27 September 1830 dibuatlah kontrak yang mengakibatkan swapraja di Surakarta dan Yogyakarta memiliki wilayah yang terpisah dengan daerah yang lain oleh garis batas. Adapun caranya yaitu dengan menukarkan beberapa tanah wilayah Praja Mangkunegaran dengan Kasunanan. Sejak tahun 1917 berdasarkan Rijksblad Mangkunegaran tahun 1917 No. 331, Mangkunegaran terdiri dari tiga kabupaten yaitu Wonogiri, Karanganyar, dan Kabupaten Kota Mangkunegaran. commit to user 24

B. Kerangka Berpikir