Universitas Sumatera Utara
2.2.2.1 Partisipasi dan Komunikasi Pembangunan
Partisipasi adalah tingkat keterlibatan anggota sistem sosial dalam proses pengambilan keputusan. Tingkat partisipasi anggota sistem sosial dalam pembuatan
keputusan berhubungan positif dengan kepuasan mereka terhadap keputusan inovasi kolektif. Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan untuk mewujudkan
pembangunan sangat diperlukan, karena oembangunan yang berhasil harus didukung oleh semua komponen bangsa, agar masyarakat memiliki sense of belonging rasa
memiliki dan sense of responbility rasa tanggung jawab terhadap pembangunan itu sendiri.
Pembangunan sebenarnya merupakan suatu proses perubahan yang direncanakan atau dikehendaki. Setidaknya pembangunan pada umumnya merupakan
kehendak masyarakat yang terwujud dalam keputusan-keputusan yang diambil oleh pemimpinnya, yang kemudian disusun dalam suatu perencanaan yang selanjutnya
dilaksanakan. Pembangunan mungkin hanya menyangkut suatu bidang kehidupan saja, namun mungkin dilakukan secara simultan terhadap pelbagai bidang kehidupan yang
saling berkaitan. Di samping tujuan-tujuan yang direncanakan dan dikehendaki, tidak mustahil pembangunan mengakibatkan terjadinya dampak pada subsistem
kemasyarakatan. Fokus dalam partisipasi masyarakat pada era 80-an telah menjadi saksi dari
meningkatnya pengakuan terhadap pemerintahan nasional, agensi multilateral, dan Lembaga Swadaya Masyarakar LSM sebagai kepentingan pembangunan aspek
sosial. Ada dua hal yang diperhatikan dalam partisipasi dalam komunikasi pembangunan Ardianto dan Harun, 2011: 256-261.
1. Operasional Partisipasi
Ascroft dan Masilela, dalam Melkote memaparkan bahwa konsep dan proses dari partisipasi ditetapkan dengan kurang baik dan internalnya tidak konsisten, abstrak dan
ambigu dalam ilmu sosial. Usaha operasionalisasi dalam bagian ini menggeser paradigma dominan yang berinkarnasi secara halus, partisipasi diartikan sebagai
pendekatan kepada bagian merupakan asli representasi dari perkara untuk paradigma
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan dasar dan partisipasi sebagai sebuah akhir pendekatan Ardianto dan Harun, 2011: 256-257
Kebutuhan akan berpikir, mengekspresikan diri sendiri, memiliki kelompok, diakui sebagai individu, dihargai dan dihormati adalah penentu krusial yang
berpengaruh atas kehidupan seseorang, yang merupakan esensi pembangunan individu seperti halnya pada makan, minum, dan tidur. Dan partisipasi dalam aktivitas
bermakna adalah sebuah alat yang mengantarkan kebutuhan-kebutuhan di atas terpenuhi. Partisipasi sebagai sebuah proses pemberian kuasa kepada masyarakat
sehingga diberikan wewenang agar dapat mengatur dan berpendapat demi pembangunannya sendiri. Meski secara politiknya sedikit beresiko kepada kuasa yang
lebih tinggi, tetapi juga merupakan konsekuensi yang ideal dari partisipasi. Di sini individual aktif dalam program dan proses pembangunan, mereka berkontribusi,
mengambil inisiatif, mengartikulasikan kebutuhan dan permasalahan mereka, dan menonjolkan otonomi masing-masing Ardianto dan Harun, 2011: 257.
2. Forum-forum Dialogis Kalangan Bawah
Jika pembangunan memiliki relevansi dengan orang-orang yang paling memerlukannya, pembangunan tersebut harus dimulai dari awal kebutuhan riil dan
masalah muncul, misalnya didaerah pedesaan yang miskin, perkampungan kumuh dikota, dan lain-lain. Orang-orang yang hidup dalam lingkungan tersebut harus
didorong untuk menemukan kebutuhan riil dan mengidentifikasikan masalah riil mereka. pada skala yang luas, orang-orang ini belum mampu melakukannya karena
kurangnya partisipasi riil dalam strategi pembangunan yang dapat mengatasi masalah mereka. Strategi-strategi komunikasi alternatif sebagai pendekatan bottom-up menjadi
klise dan kurang substansial. Beberapa pendekatan yang lebih baru memilih partisipasi aktif rakyat dan
masyarakat kalangan bawah lainnya dalalm membangun negara. Dilihat dari luar, ini menandakan perubahan positif dari pendekatan preskriptif awal yang hierarkis.
Namun, struktur dominasi elit tidak terpengaruh. Dalam pendekatan-pendekatan terhadap pembangunan yang disebut bottom-up ini, masyarakat didoro ng untuk
Universitas Sumatera Utara
berpartisipasi dalam aktivitas swadaya, namun solusi dasar untuk masalah lokal telah dipilih oleh badan-badan pembangunan eksternal. Sering kali, partisipasi masyarakat
diarahkan karena tujuan proyek pembangunan adalah untuk mendapatkan kerja sama formal dan nonformal yang lebih baik, dan lain-lain. Dengan demikian masyarakat
kalangan bawah diikutsertakan dalam aktivitas yang akan memenuhi kebutuhan konsumen barang-barang industri mereka dalam waktu jangka panjang. Oleh karena
itu, partisipasi merupakan cara untuk mengakhiri ketergantungan massa yang lebih besar terhadap pasar yang dikendalikan oleh kaum elit, baik nasional maupun
internasional. Meski demikian, partisipasi sesungguhnya harus melebihi tujuan pragmatik seperti tingkat produktivitas yang lebih tinggi, kebiasaan hidup sehat yang
lebih baik, pendidikan yang lebih tinggi, dalam tindakan sosial dan politik yang dilakukan oleh massa disemua tingkat. Tujuan upaya-upaya memfasilitasi
conscientization rakyat pada struktur sosial, politik, dan spacial yang sangat pincang dalam masyarakt.
Freire menggunakan foto, gambar atau lukisan yang merepresentasikan realitas yang ada. Kemudian diadakan suatu diskusi yang bertujuan untuk membedah segala
sesuatunya harus demikian adanya, apa yang dapat dilakukan untuk memperbaiki situasi tersebut, dan lain-lain. Dengan kata lain jalur komunikasi digunakan dalam
pendekatan untuk memicu dialog, untuk membantu orang sama-sama berbicara dan memahami satu sama lain. Dengan demikian, komunikasi merupakan suatu alat untuk
pembebasan dari belenggu mental dan psikologis yang mengikat rakyat pada situasi yang ada. Dengan banyak cara, komunikasi menjalankan fungsi sejatinya, yaitu
mengomunikasikan atau membangun kesamaan Ardianto dan Harun, 2011: 259-260.
2.2.2.2 Strategi Baru Komunikasi Pembangunan